
Acel meletakkan ponselnya di tepi kolam. Kakinya yang terendam air ia goyangkan perlahan, menciptakan riak-riak kecil di permukaan. Ia menengadah, menatap langit yang malam ini tampak lengang tanpa bintang.
“Cel, gue ke dalam bentar ya, ambil wine,” ujar Sagara sebelum berlalu, meninggalkan Acel sendirian di kolam.
Beberapa detik setelah Sagara menghilang, Adam muncul. Ia mengenakan kaus putih dengan jaket hitam yang masih melekat di tubuhnya. Tanpa berkata apa-apa, ia melepas jaket itu dan menyampirkannya...
Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Dangerous (Favorite) Woman
3
0
Hello, My Dangerous (Favorite) Woman. This is your Captain speaking...Acel tersentak. Suara itu—suara yang begitu dikenalnya—menggema di seluruh kabin melalui PA system, sistem pengeras suara yang biasanya hanya ia abaikan. Tapi kali ini, suara itu menghantamnya langsung, menggetarkan sesuatu di dalam dirinya.Matanya bergerak liar, mencari sosok di balik suara yang baru saja berbicara. Dengan tangan gemetar, ia segera mengetik sesuatu di ponselnya. Sekejap kemudian, ponselnya bergetar—balasan dari Adam. Kecurigaannya terbukti.Tubuhnya menegang. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar memusatkan perhatiannya pada suara yang keluar dari sistem pengeras kabin.Gimana perjalanannya, Sayang? Suara Adam kembali terdengar, disusul dengan tawa kecilnya. Pasti capek banget, ya? Sabar ya? Aku mau ngomong dulu, terus abis ini kita langsung ke hotel buat istirahat.Jemari Acel mencengkeram tepian kursi, napasnya tertahan. Ia mendengus geli ketika menyadari nada gugup dalam suara Adam—sesuatu yang jarang sekali terjadi. Ia menahan tawa, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang.Cel?Seakan refleks, Acel mendongak, menatap ke arah speaker di atasnya, seolah Adam bisa melihatnya.Suaraku kedengeran keren gak pas kamu denger? Haha, semoga keren, ya? Soalnya ini sekali seumur hidup banget aku begini. Kalau gak keren, malunya seumur hidup juga, kayaknya.Tawa Adam kembali terdengar, dan kali ini Acel tak bisa menahannya. Ia terkekeh pelan, merasakan sesuatu yang hangat menjalar di hatinya.Oke-oke, ini kita serius dulu. Maksudnya aku yang harus serius. Jadi… gini…Acel menunggu, menahan napas.Kamu… beneran nyelundupin drugs ke sini? Siapa sih yang nuduh-nuduh kamu kayak gitu? Bilang aja, nanti aku omelin.Acel mendelik, napasnya tercekat sejenak sebelum akhirnya mendengus kesal. Dan tepat seperti yang diduganya, gelak tawa Adam kembali memenuhi kabin.Hahaha, becanda, Sayang. Jangan bete. Anggep aja intermezzo. Aku nervous banget soalnya.Acel berdecak, matanya menyipit. Intermezzo apaan kayak gitu? gumamnya, lalu bersandar, melipat tangan di dada.Oke. Kali ini aku mau serius beneran.Nada suara Adam berubah. Lebih tenang. Lebih dalam.Ada sesuatu yang mau aku omongin sama kamu. Di sini. Dengerin baik-baik. Semoga kamu bisa dengar omonganku dengan jelas.Acel menelan ludah, bibirnya terasa kering. Ia membasahi bibirnya, lalu perlahan mengangguk, meskipun ia tahu Adam tak mungkin bisa melihatnya.Dari awal aku udah pernah bilang sama kamu kalo cita-citaku pas SMA pengen nikahin kamu. Pas udah kerja aku masih tetap bercita-cita pengen nikahin kamu. Dan sampe sekarang, disaat aku udah punya pengalaman lebih dari 5 tahun bekerja, aku masih punya cita-cita yang sama yaitu pengen nikahin kamu karena aku cukup konsisten sama omonganku yang satu itu.Acel menelan salivanya gugup. Tubuhnya ia tegakkan kembali dengan gemuruh jantung yang kian berdentum tiap kali Adam bersuara.Oleh karena itu, dari 2 minggu yang lalu, untuk mewujudkan cita-citaku itu, aku udah rencanain proposal yang keren banget di Bali. Hahaha iya di Bali. Aku nyiapin semuanya di Bali karena aku pikir kamu disana dan semuanya bakal lancar-lancar aja. Tapi sayangnya lagi-lagi aku gagal karena kamunya malah terbang ke Amerika.Acel tak pernah tau soal itu. Apa dia lagi-lagi mengacaukan semuanya?“Tapi gak pa-pa, Cel. Aku gak masalah dengan semua itu. Mungkin Bali bukan tempat yang tepat aja buat ngelamar kamu. Terlebih saat aku tau alasan kamu terbang ke Amerika adalah aku. Aku berasa kayak rela ngehancurin 1000 lamaranku di Bali untuk itu.Acel pun menghela nafasnya lega, dengan degupan jantung yang semakin berdentum tiap detiknya.Dan setelah itu, aku mikir lagi, tentang gimana cara aku buat ngelamar kamu. Meskipun aku tau kamu setuju buat bareng aku lagi — hehe pede aja dulu. Tapiiii aku pikir aku gak bisa malah ngegampangin gitu aja. Gimanapun aku dapetin kamu itu susah Cel, jadi aku pengen cara aku buat minta kamu untuk bareng aku selamanya bisa aku jadikan memori indah untuk diri aku semacam rewards dari perjuanganku selama ini.Mata Acel tiba-tiba berkaca-kaca, mendengarnya.Dan diantara banyak tempat, secara randomly, aku malah milih disini, di pesawat ini, buat ngelamar kamu. Dan kamu tau gak alasannya kenapa?Acel menggeleng pelan, untuk menjawab.Adam tersenyum, Banyak yang bilang kalo pesawat adalah transportasi yang paling membahayakan di dunia. Alasannya karena kemungkinan untuk bisa selamat setelah kecelakaan pesawat itu bener-bener sangat kecil. Tapi kerennya, meskipun membahayakan, pesawat juga satu-satunya transportasi yang paling favorit karena cuma pesawat yang bisa menyelesaikan jarak dan menuntaskan kerinduan beberapa orang dalam waktu yang terbilang singkat.Adam menjeda kalimatnya, dan Acel bisa merasakan kalau Adam tersenyum pada jedanya.Bagi aku kamu itu sama kayak pesawat ini, Cel. Membahayakan dan juga paling favorit. Dua kata bertolak belakang itu jadi cocok buat disatukan untuk mendeskripsikan kamu di hidup aku.”“…..”“And that’s why I’m here, booking every corner of this plane to create the moment. — Our moments.Acel sepertinya benar-benar akan menjatuhkan air matanya sebentar lagi karena penglihatannya sudah buram akibat selaput bening itu.Jujur.. sebenarnya.. aku gak hebat berkata-kata, Cel. Aku masih sama kayak bocah SMP yang secara gak sengaja duduk di sebelah kamu di studio tatto bertahun-tahun yang lalu. Perasaan cintaku pun masih sama seperti saat pertama kali aku jatuh cinta sama kamu. Semuanya masih sama, Cel. Dan mungkin satu-satunya yang gak sama adalah gimana cara aku ngebiarin kamu pergi dulunya, karena mulai sekarang aku gak akan pernah lagi ngebiarin kamu pergi, Cel. Sekalipun kamu minta aku beneran bakal peluk kamu selamanya dan gak akan ngelepas kamu lagi.Acel tergelak mendengar kalimat posesif itu dan bersamaan dengan itu air matanya turun melewati pipinya.Dan biar pelukan selamanya itu halal, aku pengen nikah sama kamu, Cel. Aku pengen kita serumah biar akunya gampang menjalani misi memeluk kamu selamanya itu kalo nantinya kamu kabur lagi. Selain itu, kalo kita nikah, kita bisa saling nemenin satu sama lain. Mau kemanapun kita bisa selalu berdua. Dan aku pikir bisa berdua sama kamu terus-terusan adalah hal yang paling membahagiakan di dunia..”“….”“Jadii.....Terdengar tarikan nafas Adam yang gugup, membuat Acel ikut menahan nafasnya.Please.. Marry me, Cel.. Stay with me forever and help me become the happiest guy in the world.. Please?Hening.Bibir Acel bergetar dan tiba-tiba dia bangkit dari duduknya dan berlarian menuju kabin kru dan cockpit untuk menemukan sosok Adam.Tok! Tok! Tok!Adam berbalik daan kaget menemukan Acel dibalik pembatas kaca flight deck. Dia pun melepas pilot headset di telinganya, kemudian menggeser pembatas kaca itu ketika setelahnya Acel menerjangnya dengan pelukan erat.Cel—"Aku mau.Adam membeku.Lamaran kamu diterima. Aku mau menikah sama kamu. Aku bakal sama kamu selamanya. Dan aku bakal jadiin kamu cowo paling bahagia di dunia ini.Acel merenggang peluknya, dan sedikit berjinjit untuk menangkup wajah Adam.Tanpa kamu tanyain pun jawabanku selalu mau. Untuk yang satu ini aku gak akan pernah berubah pikiran. ucapnya dengan air mata yang sedari tadi sudah mengalir di pipinya.Adam pun tersenyum dibuatnya, dia ikut menangkup pipi Acel lalu memberi banyak kecupan disana. Aku tau.” Adam menghapus air mata Acel. “Aku tau kalo kali ini kamu gak akan berubah pikiran. ucap Adam sambil menatap matanya.Sesaat Adam pun mengambil kotak cincin di sakunya, lalu mengeluarkan isinya dan Acel seketika semakin ingin menangis saat melihat cincin elegan yang berkilauan dan memiliki permata indah di tengahnya.Ini hadiah. ucap Adam mengamit jarinya dan memasangkan cincin tersebut, Hadiah buat Eva Aracelli yang kali ini gak akan berubah pikiran lagi.Adam mengecup jemarinya yang sudah tersemat cincin itu, membuat perasaan Acel membuncah. Dia pun dengan agresif menangkup pipi Adam kembali dan memberi kecupan kecil di bibir laki-laki itu, membuat Adam kaget dengan mata yanh sedikit melebar.Acel pun tersenyum. Dia kembali mengecup bibir Adam kali ini dengan kecupan sedikit lebih lama. Ini hadiah.Adam menaikkaan satu alisnya.Acel kembali mengecupnya, lalu bertatapan lagi, Hadiah buat Adam Cipta Palmiera yang hari ini keren banget dan bikin aku makin cinta tiap detiknya.Adam mengerutkan kening, lalu senyumnya merekah. Kekehannya terdengar bersamaan dengan tawa kecil Acel. Ia pun menarik tengkuk Acel, berniat melumat bibir perempuan itu.Namun…Brak!Pintu kabin terbuka.Mereka berdua serempak menoleh.Ternyata, Mamanya Adam baru saja masuk ke dalam pesawat, diikuti Syela, Romeo, dan beberapa awak kabin yang bersorak-sorai melihat momen itu.Adam berdecak, sementara Acel tertawa nyaring. Adam kembali merengkuhnya dalam pelukan erat.Ntar ciumannya diulang. Enggak! Yang tadi itu gak pantes disebut sebagai ciuman sama sekali. Pokonya ntar pas sampe hotel aku mau hadiah ciuman dengan durasi minimal 5 jam. ucap Adam berbisik di telinganya, membuat Acel tergelak lalu mencubit perut laki-laki itu sampai Adam meringis kesakitan dan berakhir mencium puncak kepalanya.I love you, My Dangerous (Favorite) Woman,I love you more, Captain!Adam tertawa renyah dan kembali mengecup puncak kepalanya, berkali-kali.Pesawat telah lama berhenti di landasan, tapi bagi Acel dan Adam, waktu seakan berjalan dengan caranya sendiri. Sorakan dari keluarga dan awak kabin masih terdengar, namun semua itu hanya menjadi latar samar bagi dua insan yang tenggelam dalam momen mereka.Acel menatap cincin di jarinya, lalu kembali menatap Adam—laki-laki yang selama ini selalu ada, selalu mencintai, dan kini, akhirnya menjadi miliknya sepenuhnya. Adam hanya tersenyum, seakan memahami segala yang ada di benaknya tanpa perlu kata-kata.Di luar, dunia mungkin tetap berjalan seperti biasa. Namun bagi mereka, hari ini adalah awal dari segalanya. Sebuah perjalanan panjang yang kini tak lagi harus ditempuh sendirian.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan