Tawarkan Karya Berupa Game di Power Point, Kok Bisa?

2
0
Deskripsi

Ketika Adhicipta Raharja Wirawan mendaftar di KaryaKarsa dan mendapat dukungan di bulan Juni, Karina senang sekali. Gimana nggak, karyanya unik banget: Adhi menawarkan ice breaking games dalam format power point! 

Ice breaking games adalah sebuah permainan yang dilaksanakan dalam suatu sesi pertemuan (rapat, kelas, dll.) yang tujuannya untuk mencairkan suasana dan mengembalikan fokus dari para peserta. 

Setelah sebulan menawarkan karya, rupanya Adhi terus menunjukan kenaikan penghasilan....

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Edukasi & Tutorial
Selanjutnya Ario Tamat: Dari Dulu Ingin Dapat Duit Dari Karya
3
0
Satu tahun memang usia yang sangat muda. Saking mudanya, kalau bertemu media atau investor pertama kali, seringkali mereka mengajukan pertanyaan yang sama: mengapa membuat KaryaKarsa? Alasan kami mendirikan dan terus membangun KaryaKarsa sudah dijelaskan dengan cukup komprehensif dalam artikel perkenalan kami di Juni 2019, tapi tentunya ada cerita dan pengalaman pribadi yang mempengaruhi perjalanan saya sendiri sampai mendirikan KaryaKarsa.Dari SMA, saya bercita-cita bermain band. Menurut saya, skill dan bakat saya lumayan, setidaknya jika dibandingkan dengan teman-teman sepantaran. Di satu titik, saya bahkan mencoba mengarahkan band saya untuk audisi untuk klub dekat sekolah (dengan polosnya), di saat teman-teman masih belum terpikirkan untuk berkarir di musik. Sayangnya, orang tua tidak mengizinkan saya sekolah musik, karena menurut mereka, kerja di musik tidak ada masa depannya. Akhirnya saya memilih kuliah di Desain Produk, salah satu kesenangan yang lain. Tapi musik terus mengikuti. Tak lama setelah lulus, saya diterima di sebuah perusahaan Singapura bernama Soundbuzz. Soundbuzz ini dasarnya adalah perusahaan teknologi + musik, yang di zamannya terkenal sebagai toko online unduhan musik pertama di Asia. Saya bekerja di cabang Jakarta, mengurusi bisnis ringtone yang kala itu sedang beranjak besar. Di sana saya ketemu bos dan mentor saya Daniel Tumiwa, yang akhirnya saya ikuti tak lama setelah beliau pindah ke Universal Music Indonesia. Di sana pun saya mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan teknologi, di antaranya bisnis premium SMS dan ring back tone.Di sela-sela kesibukan saya sebagai Business Development, saya sempat bermain dengan band Oracle (yang akhirnya genre musiknya tidak cocok dengan saya), dan bergabung dengan band Krayola. Kiprah Krayola sebagai band indie ya.. Segitu aja sih. Sang vokalis, Eriz, ngotot untuk rekaman album, padahal di saat itu pun saya sudah mulai bertanya, buat apa rekam album kalau tidak bisa balik modal (atau usaha)? Latihan dan bikin lagu aja dulu yang banyak sampai matang. KrayolaHanya saja, mengerjakan sesuatu yang sambilan biasanya memang akan mendapatkan hasil yang sambilan juga. Dan di saat itu, kesempatan untuk band indie dapat mengembangkan karir dengan fokus di musik masih sempit. Akhirnya Krayola terakhir manggung di Java Rockinland 2009 sebelum hiatus tanpa putus. Bass-bass saya diam mengumpulkan debu sampai akhirnya saya mulai dapat bermain band lagi di tahun 2017 dengan The Weekend Rockstars di sebuah kafe bernama Serendipity. The Weekend RockstarsSingkat kata, meskipun karir korporat saya cukup lancar, tentunya usaha saya membangun karir sebagai musisi sudah nihil dari lulus SMA. Dan memang, tidak banyak orang yang dapat membangun karir yang sepenuhnya dinafkahi kegiatan bermusik, apalagi hanya fokus pada mimpi semua anak muda: menjadi anak band terkenal. Ketertarikan pada industri musik ini berlanjut dari pekerjaan hingga mendirikan startup bernama Ohdio.FM yang kini sudah tutup. Idealismenya sama - membangun sebuah alur pemasukan yang belum ada sebelumnya untuk industri musik, dengan memanfaatkan teknologi. Misi utama Ohdio.FM ada dua: menjadi representasi musik Indonesia terbaik di internet (saat itu, layanan-layanan seperti iTunes dan Spotify pun belum lengkap konten Indonesianya), dan membuka tempat baru untuk brand berinteraksi dengan musik (dan tidak terbatas pada artis). Misi ini gagal karena kami, yah, amatiran. Kami sibuk membuat produk, tapi lupa memastikan kebutuhan pasarnya seperti apa. Kami tidak menyelesaikan sebuah “masalah” yang ada di industri musik, hanya memunculkan sesuatu yang baru saja. Setelah berputar otak berusaha untuk mencari cara lain untuk menghidupkan Ohdio.FM, akhirnya saya menyerah kalah, sambil tetap mencari cara lain untuk meningkatkan perputaran uang ke industri musik. Pertanyaan besar yang saya ingin jawab adalah, ada masalah apa yang cukup besar di industri musik, yang apabila saya berhasil memecahkan masalahnya, akan berdampak pada banyak orang? Makanya saat mulai berdiskusi soal konsep KaryaKarsa dengan Aria Rajasa dan kami menemukan “klik”, saya merasa bahwa ada panggilan pada bidang yang saya sudah lama tinggalkan, yaitu industri kreatif. Pelajaran-pelajaran ini yang akhirnya saya ambil dan curahkan saat membangun KaryaKarsa - karena dari konsepsi awal, kami melakukan banyak riset dan ngobrol dulu dengan pelaku maupun penikmat karya, sebelum akhirnya membuat Minimum Viable Product yang diluncurkan pada post yang disebut pada awal artikel ini. Saat itu pun, kami berpikir bahwa KaryaKarsa akan dapat menjaring 1,000 kreator di tahun pertama, bukan 10,000 seperti sekarang. Dan setelah genap satu tahun beroperasi, misi kami tetap sama - memberdayakan kreator supaya bisa #hidupdarikarya. Dan, kita sudah lihat, geliat kreator yang selama ini potensinya kurang digali atau terabaikan, mulai terasa, dan mulai menghasilkan untuk mereka. Kami belajar terus selama setahun lebih terakhir membangun KaryaKarsa. Selain belajar membangun perusahaan dari keikutsertaan kami di program Accelerating Asia, juga belajar sangat banyak dari kreator-kreator yang sudah mempercayakan kami menjadi tempat mencari penghasilan. Saya terharu dan kagum melihat ragam bakat, karya dan keahlian yang dapat timbul dan hidup di ladang yang kami siapkan ini. Kami pun turut memutar otak untuk mencari cara bagaimana kreator-kreator ini dapat terus mengembangkan karya dan penghasilan dari karyanya. Dan mudah-mudahan, kami akan terus menjadi mitra para kreator dalam perjalanan mereka menjadi kreator. Dan akhirnya, KaryaKarsa kini mungkin menjadi badan usaha dan deretan pemilik saham, tapi KaryaKarsa tetap saja milik kreator, karena hadir untuk kreator agar bisa meraup penghasilan. Mudah-mudahan saya dan tim KaryaKarsa dapat mengemban misi ini dengan baik. Amin. ***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan