Eva Kurniasari: Aku belum pernah mengalami Writer’s Block.

3
0
Deskripsi

Writer’s block itu musuh bebuyutan penulis novel online—lagi semangat nulis, eh tiba-tiba otak nge-freeze kayak WiFi lemot. Mau lanjut nulis, tapi nggak tahu harus ngetik apa. Rasanya kayak nyasar di jalan tanpa Google Maps. Ide-ide yang tadinya banjir deras, tiba-tiba macet total. Kadang gara-gara overthinking, takut cerita nggak semenarik ekspektasi. Ujung-ujungnya, draft terbengkalai, deadline keteteran, dan pembaca mulai nanya, "Kak, kapan update?" 

 

Nah kali ini kita akan kenalan dengan Eva...

Buat Eva, menulis bukan menunggu inspirasi turun dari langit, tapi harus dijemput dengan banyak membaca atau berkhayal. Walau terkadang bisa datang sendiri juga seperti dari obrolan random, mimpi aneh atau pertanyaan-pertanyaan absurd ke diri sendiri seperti, ‘Kalau aku jadi pacar artis A, hubungan kita bakal masuk berita atau malah jadi skandal?’ Lancar sekali ya keran idenya?

Seseorang memang telah mengubah hidup Eva dengan memberikan nasihat tentang menulis. Yaitu lakukanlah menulis karena suka, bukan karena terpaksa. Hal ini yang terpatri dalam ingatan Eva sehingga membuat dirinya merasa menulis itu seperti jatuh cinta. 

post-image-67ad8bd21db05.jpg

Tau sendiri kan kalau sedang jatuh cinta? Rasanya senang dan senyum-senyum terus! Beda hal kalau kita merasa menulis menjadi beban tuntutan. Aduh, lihat layar laptop kosong rasanya sudah ingin kabur!

Eva juga menggambarkan kalau lagi lancar-lancarnya menulis sebuah cerita, rasanya seperti simfoni yang harmoni. Contohnya ketika menulis karya Melody at Refrain.“Ide ceritanya mengalir begitu lancar, setiap kata terasa seperti nada yang pas dalam sebuah lagu. Aku menulisnya dengan perasaan penuh semangat, seolah ikut hidup di dalam cerita,” ujar Eva. Tentu saja Eva makin semangat ketika mengetahui pembaca menanggapi karya Eva ini dengan sangat positif. 

Tapi ternyata yang bikin susah justru hal-hal di luar menulis! Seringkali Eva merasa waktu buat menulis malah kepotong sama hal-hal yang nggak bisa di-skip. Jadi bukannya kehabisan ide, tapi kehabisan waktu! Jalan keluar yang bisa dilakukan adalah mengatur ulang waktu dan memilah mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Hal ini dilakukannya agar Eva tetap bisa menulis tanpa mengorbankan hal lain. 

Sebagai penulis yang tidak pernah kehabisan ide, bukan berarti tidak ada tantangan dalam menulis. 

 

post-image-67ad8c1a383c8.jpg

 

Bagi Eva menulis karakter lawan jenis itu nggak boleh setengah-setengah—mereka harus terasa hidup, bukan cuma versi penulis yang lagi “menyamar.” Oleh sebab itu bila Eva sedang menulis tokoh pria, dia akan membuatnya sebisa mungkin untuk tidak overthinking seperti dirinya sendiri yang seorang perempuan. Lalu bagaimana ketika harus menulis tokoh wanita? Tentu gak harus terlihat seperti wanita ribet yang penuh kode juga seperti dirinya. “Intinya, tantangannya adalah membuat mereka (karakter dalam cerita) berbicara dan bertindak seperti diri mereka sendiri, bukan aku dalam versi lain,” jelas Eva.

Eva berencana menulis cerita baru–yang seperti biasa–ceritanya akan ringan dan manis. Eva berkat bahwa ia akan membawa pembaca ke latar dengan nuansa baru yang berbeda. Ia berjanji akan ada banyak elemen-elemen tak terduga supaya setiap halaman jadi terasa segar dan penuh kejutan. Wah, mungkin ini secret sauce seorang Eva yang akan menulis cerita yang bikin pembaca senyum-senyum sendiri, trus tiba-tiba,”Lho kok gini?” dan bikin ketagihan baca. Wah, makin gak sabar nih nunggu karya terbarunya! 

Nah, untuk mengobati kerinduan kita pada karya-karya terbaru Eva, kita nikmati dulu aja karya penulis di Karyakarsa yang direkomendasikan oleh Eva, yaitu Crazy Wifey - Desy Miladiana dan Good Night ‘n Go - Dear Monoceros. Gak kalah seru dan memikat seperti karya Eva Kurniasari, lho!

Gimana, jadi semangat menulis lagi kan? 

Baca karya-karya Eva Kurnia di https://karyakarsa.com/ravaa

Jangan lupa ikuti media sosial, juga ya!

Instagram: @raa_va 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Penulis networking? Penting!
4
2
Jiwa introvert pada seorang penulis itu wajar banget, malah bisa dibilang bagian dari paket lengkapnya. Nggak heran kalau penulis lebih nyaman tenggelam di dunia fiksi daripada berbaur di keramaian. Bukan berarti antisosial, cuma memang energi para penulis udah abis buat mikirin plot, karakter, atau ending yang mind-blowing. Tapi jaman udah berubah. Penulis nggak bisa cuma ngandelin skill nulis doang, karena dunia kepenulisan juga butuh koneksi. Nggak harus tiba-tiba jadi extrovert, yang penting bisa nyari circle yang suportif dan bisa bantu berkembang. Mau tau lebih jauh? Simak terus artikelnya!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan