MATA KETIGA: BAB 7—8

0
0
Deskripsi

Bab 7: Bukan Salahmu

Zaman dulu, orang yang memiliki kemampuan melihat masa depan akan dianggap sebagai penyihir, tapi kalau di zaman sekarang, orang itu akan dianggap gila. Niken belum sepenuhnya lepas dari masa lalu setelah indra keenamnya meramalkan nasib buruk bus sekolah antar jemputnya. Niken kerap menyalahkan dirinya sendiri karena tidak berhasil meyakinkan para penumpang untuk turun. Kalau saja saat itu mereka percaya padanya, tidak akan ada korban yang berjatuhan. Niken kerap mempertanyakan...

BAB 7: BUKAN SALAHMU

Butuh waktu satu jam lagi bagi Adi agar bisa pulang sekolah. Lantaran jam terakhirnya membosankan, Adi minta izin untuk istirahat di UKS karena kali ini sakit kepalanya tidak mampu ditoleransi lagi. Dia kerap menerima gambar acak dari setiap tempat yang dia kunjungi. Karena gambar-gambar itu, pikirannya terasa sesak dan menyebabkan pusing luar biasa.

“Ah, lagi-lagi begini.”

Adi buru-buru mencari tisu untuk mengelap darah yang menetes dari hidungnya. Adi menyasar setiap bagian laci di UKS yang mungkin menyediakan stok tisu. Satu kotak tisu berhasil dia temukan. Lantaran darah dari hidungnya terus menetes hingga mengotori lantai, Adi terpaksa mengambil lebih banyak tisu untuk membersihkan darah tersebut.

Adi memegang tengkuknya, dia merasakan hal ganjil di UKS tempatnya beristirahat. Adi memeriksa hidungnya yang sepatutnya sudah bersih. Semakin Adi berusaha membersihkan darah di lantai itu, semakin banyak pula darah bercucuran. Merasa segalanya tidak masuk akal, Adi menggerakan tubuhnya perlahan, kemudian maju ke tempat di mana darah itu terus menetes. Entah dari mana datangnya, tepat di tempatnya berjongkok, Adi menemukan sepasang kaki berwarna hitam. Saat menoleh ke atas, Adi melihat sosok perempuan mengenakan seragam SMA menggenggam pisau. Perempuan itu menyayat urat nadinya sendiri. Sadar keberadaannya diketahui, sosok perempuan itu mengubah caranya menggenggam pisau. Dia mengepalkan tangannya seperti orang yang hendak membunuh. Adi histeris bukan main. Niken yang kebetulan lewat di depan ruangan itu buru-buru masuk dan menolong Adi yang ketakutan.

“Adi, sadar! Adi!”

Niken merasakan energi negatif yang sangat kuat di ruang UKS itu. Setelah melihat sekelebat bayangan menembus tembok, Niken langsung tahu apa yang menyebabkan Adi histeris begitu. Dia diganggu sosok hantu perempuan!

*****

Waktu yang dinanti sudah tiba, murid-murid menyambut bel pulang dengan sukacita. Niken, Bayu, dan Clarrisa, tiga sekawan itu berjalan beriringan. Di depan mereka, Adi dan Fahri juga berjalan beriringan tanpa mengucap sepatah kata. Mereka bersikap dingin satu sama lain. Fahri pun mendahuluinya dan bergabung bersama teman-temannya yang lain. Tidak lama Adi menyusul, lalu pamitan pada tiga sekawan itu begitu ayahnya menjemput. Selanjutnya Bayu juga pergi dan hanya menyisakan Clarrisa dan Niken.

Clarrisa menyadari adanya interaksi antara Niken dan Adi sebelum jendela mobil tertutup.

“Sejak kapan kalian berteman?” tanya Clarrisa antusias sembari mengimbangi langkahnya dengan Niken.

“Sejak di UKS tadi, mungkin?”

“Kok kayak nggak yakin begitu jawabnya?”

“Aku pernah berurusan sama orang koma, jadi aku tahu sedikit apa yang dia rasakan.”

Pagi itu, hujan turun deras. Niken yang masih SMP kelas 9 pulang ke rumah dengan perasaan putus asa. Dia sangat menderita di sekolah. Ke mana pun dia pergi, sekeras apa pun dia berusaha untuk berteman dengan seseorang, dia selalu ditolak. Niken dianggap pembunuh. Semuanya bermula dari bus antar jemput sekolah. Niken berteriak kepada semua orang, bahkan ke sopirnya.

Dia berkata, “Pak, jangan berangkat! Kita semua bakal mati, Pak!”

Saat menyampaikan hal itu, Niken merasa pusing. Dia melihat banyak orang terluka. Niken sudah dihantui penglihatan mengerikan itu dari dua hari sebelumnya. Dia berusaha menghentikan sang sopir untuk tidak mengemudikan bus dan menyuruh semua penumpang turun dengan maksud menyelamatkan mereka, tapi tak ada yang percaya. Niken pun menerima perlakuan tidak mengenakkan dari para penumpang yang tidak lain adalah anak-anak sekolah. Dia dilempari kertas, telur, bahkan disiram air. Niken dianggap gila.

Peristiwa yang ditakutkan Niken benar-benar terjadi setelahnya. Bus sekolah berkapasitas sedang itu menabrak jembatan dan masuk jurang. Sebanyak 75 orang mengalami luka-luka, serta 5 orang lainnya meninggal dunia, termasuk sopir. Banyak orang tua murid menuntut Niken dan ibunya untuk membayar ganti rugi karena perkataannya sebelumnya kepada para penumpang dianggap menakut-nakuti. Mental Niken pun terganggu sehingga dia mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Beruntung rencana itu gagal begitu sang ibu memergokinya.

“Lalu apa yang terjadi sama kamu dan ibumu?” tanya Clarrisa seraya membantu Niken masuk ke dalam bus antar jemput sekolah.

“Setelah kejadian itu, ibuku masuk rumah sakit. Penyakit diabetesnya sudah akut, jadi dia koma. Satu-satunya teman yang kupunya saat itu adalah Kakek Hendra. Kami setia menunggu ibu sembuh, sampai aku terpaksa merelakannya.”

Ruang Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit khusus di rumah sakit yang dirancang untuk memberikan perawatan dan pemantauan ketat bagi pasien dengan kondisi kritis, termasuk mereka yang mengalami koma. Kata orang, ruang ICU adalah batas antara hidup dan matinya seseorang. Semua bergantung pada tekad pasien, entah mereka tetap hidup atau kembali kepada Sang Pencipta.

Memang pada saat itu Niken menerima sebuah harapan kecil. Dia diberi kesempatan menghabiskan waktu bersama ibunya selama tiga bulan. Niken pun memberitahu sang ibu bahwa saat ibunya koma, dia kerap melihatnya berlalu-lalang. Niken mengaku sudah mencoba memanggil ibunya yang bukan dalam wujud fisik supaya bisa kembali, namun entah kenapa tidak berhasil.

“Mungkin itu sudah ketetapan Yang Mahakuasa. Ibu harus bisa kembali atas tekad Ibu sendiri,” ucap ibunya.

Setelah bangkit dari koma, ibunya juga bersaksi bahwa dia kerap melihat hal-hal yang tak biasa. Sekarang dia mengerti apa yang dirasakan anaknya selama ini. Sangat melelahkan. Sebelum pergi, ibunya sempat berpesan, “Seberat apa pun masalah kamu, Ibu cuma minta satu hal. Jangan bunuh diri ya, Nak. Ibu mohon sekali sama kamu.”

“Nggak, Bu. Niken nggak akan ngelakuin hal itu lagi. Ini semua gara-gara Niken! Karena Niken, Ibu jadi masuk rumah sakit.”

“Bukan salahmu. Berhenti menyalahkan diri kamu.”

“Harus ya ... Ibu pergi?” tanya Niken seraya berusaha membendung air matanya agar tidak jatuh.

“Relakan Ibumu, Cu. Anakku, kalau kamu mau pergi sekarang, pergilah. Biar kujaga anakmu,” ucap Kakek Hendra yang sudah sangat siap melepas kepergiannya.

“Ibuuu... jangan tinggalin Niken, Bu!”

“Ibumu udah nggak sakit lagi. Yang ikhlas, Cu.”

Sebagai penggemar konten mereka, Clarrisa merasa tidak layak terlibat dalam kisah hidupnya yang sangat personal itu, tetapi bagi Niken, dengan kerendahan hatinya, tidak menganggap bahwa membagikan kisah hidupnya adalah hal yang melampaui batasan antara penggemar dan konten kreator. Niken bahkan tak pernah terpikir menjadi terkenal sejak terjun ke platform berbagi video sampai punya penggemar sendiri. Lagi pula, jumlah pelanggan kanal YouTube mereka kurang dari sepuluh ribu.

Selama bus dikemudikan menuju tempat perhentian, Clarrisa sibuk mengusap air matanya sendiri. Clarrisa terlalu sensitif kalau menyangkut cerita sedih. Hatinya mudah tersentuh sehingga gampang sekali baginya untuk menangis.

“Kamu nggak apa-apa, Ken?!”

Bus yang dikemudikan sopir tiba-tiba mengerem mendadak dan mengeluarkan bunyi decit. Hal itu memicu trauma Niken terhadap terawangannya dahulu. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi lagi. Demi keselamatan penumpang, sopir memberitahu bahwa ada bagian dalam bus yang harus diperbaiki. Para penumpang disuruh keluar dan disarankan menaiki transportasi lain, karena bus harus dibawa ke bengkel secepatnya.

Sementara menunggu penumpang lain turun, Niken tiba-tiba melihat sosok arwah korban kecelakaan bus dari angkatan terdahulu. Dia adalah bapak sopir yang Niken larang mengemudikan bus saat SMP. Beriringan dengan kemunculan arwah si bapak, bus yang menyetel konten siniar itu kebetulan menceritakan seorang narasumber dengan kisah kecelakaan bus yang menewaskan 5 orang penumpang.

Bapak itu tidak bicara, hanya tersenyum ke Niken seolah-olah mengisyaratkan bahwa apa yang terjadi dulu bukan salahnya. Semua peristiwa di dunia sudah ditetapkan. Jika sudah terjadi, maka terjadi. Kematian tetaplah kematian dan tidak bisa dihindari.

BAB 8: WANITA MISTERIUS

“Gimana sekolahmu?” tanya Yudi berbasa-basi.

“Biasa aja, Yah,” jawab Adi.

“Yakin biasa-biasa aja? Kamu nggak komunikasi lagi sama Fahri? Dulu dia sahabatmu, lho.”

Tiba-tiba Yudi mengungkit soal Fahri, remaja berpenampilan urakan yang bersinggungan dengannya beberapa hari belakangan, hingga sempat berjalan beriringan sewaktu pulang tadi. Adi pun menjelaskan kalau hubungan mereka kurang baik. Fahri kelihatan kecewa karena Adi tidak dapat mengingat dirinya.

“Nggak ada yang salah, nggak ada yang benar. Lagi pula kamu sedang kehilangan separuh ingatanmu. Nggak mungkin kan kamu bilang ingat, padahal sebenarnya lupa?” ujar Yudi mengutarakan pendapat berdasarkan sudut pandangnya.

“Benar juga, sih. Cuma aku nggak nyangka aja. Sejak kapan aku bersahabat sama berandalan kayak dia?”

“Coba kamu buka laci mobil Ayah.” Yudi menunjuk laci mobilnya yang tertutup rapat.

Saat dibuka, Adi menemukan banyak berkas kantor bertumpukan. Suasana sedikit canggung saat tumpukan berkas itu jatuh berserakan. Yudi menggaruk kepalanya, sementara sang anak menatap heran. Yudi lalu menerangkan bahwa dulu dia adalah seorang pekerja kantoran. Lantaran pekerjaannya mengharuskannya berpindah-pindah kota, dia jadi kesulitan meluangkan waktu bersama istri. Mirna menolak pergi dinas bersama Yudi karena kadung mencintai tanah kelahirannya. Menjadi ibu rumah tangga adalah impiannya, itu sebabnya dia hobi membuat kue dan menjajakannya kepada para tetangga. Dia mencintai pekerjaannya karena telah melahirkan banyak pelanggan setia.

“Kami biasanya pergi ke panti-panti untuk membagikan kue buatan mamamu. Kami juga rutin berdonasi untuk kelangsungan panti.”

“Begitu, ya. Lain kali ajak-ajak, lah. Aku mau lihat anak-anak panti juga. Nggak apa-apa, kan?”

Belakangan sikap Adi melunak dan lebih mudah diajak bicara dibandingkan saat pertama kali dijemput dari rumah sakit. Dia tidak terlalu pendiam. Sebenarnya Yudi senang Adi berminat berkunjung ke panti, namun dia tidak bisa lupakan pesan Bu Dewi bertahun-tahun lalu itu. Sekarang Panti Rindu Hening sudah digantikan oleh para relawan yang baru. Kabar terakhir yang Yudi dengar, Bu Dewi mengabdikan diri di kampung halaman untuk mengurus cucu-cucunya.

“Ini aku sama Fahri?” tanya Adi setelah menemukan benda pipih berisikan potret antara dirinya dengan Fahri di masa lalu.

“Ya, kalian akrab sekali dulu.”

Adi Kurniawan dalam versi baru, yang masih belum mengenal dirinya sendiri karena harus memproses trauma berat pada cedera kepala yang dia alami, lagi-lagi harus berurusan dengan pasar malam. Tampaknya pasar malam adalah tempat dengan sejuta kenangan bagi Adi versi lama. Tidak diragukan lagi, keakraban mereka, cara mereka bergaya dalam foto itu adalah bukti mutlak bahwa mereka bersahabat di masa lalu.

*****

Menjadikan SMA Nusantara sebagai tempat penelusuran adalah ide bagus, tapi Niken harus meninjau kembali keputusannya dengan Bayu terkait lokasi yang mereka pilih. Mereka khawatir pihak sekolah tidak setuju apabila gedung-gedungnya dijadikan konten. Mungkin akan timbul pro dan kontra jika masa lalu sekolah diulik. Hal ini tidak lupa mereka diskusikan juga pada Clarrisa, anggota baru di tim mereka yang menjabat sebagai admin untuk memperbaiki kekurangan pada konten-konten mereka. Clarrisa pun menawarkan solusi yang lebih sederhana. Jika syuting dilaksanakan, dia akan mengarahkan talent bahwa mereka tidak perlu menyebutkan nama lokasinya. Segala hal yang melibatkan nama sekolah, termasuk tulisan-tulisan di dinding akan diburamkan.

“Jadi apa keputusan akhirnya, Ken?” tanya Bayu.

“Mungkin sebaiknya nggak usah penelusuran di sana. Aku khawatir reputasi sekolah jadi rusak gara-gara kita. Lagi pula aku udah nemuin satu sosok seram. Oh ya, aku lupa nanya. Di sekolah kita apa ada mitos terkenal, Ris?” tanya Niken sambil menghadap laptop yang menampilkan panggilan videonya bersama Clarrisa.

“Ada, Ken. Sosok hantu UKS! Katanya dia bunuh diri. Belum jelas bunuh dirinya kenapa, tapi katanya dia dendam sama orang yang pernah mem-bully dia.”

“Begitukah? Pantesan tadi Adi histeris banget.”

Clarrisa dan Bayu menanyakan hal yang sama, “Ada apa sama Adi?”

“Kayaknya tadi dia salah masuk ruangan. Aku nggak tahu kenapa dia bisa tiduran di ruang UKS lama itu.”

Biasanya ada kelas-kelas tertentu yang gurunya tidak masuk mengajar dan hanya menitipkan tugas kepada ketua kelas. Selama melangkahkan kaki di koridor membantu temannya mengembalikan buku paket ke perpustakaan, Niken mengamati petugas kebersihan sekolah yang tengah membersihkan sampah di sekitar gedung UKS lama.

“Dia itu orang gila!” tegur temannya.

“Orang gila bagaimana?”

“Lihat itu.”

Petugas kebersihan itu meletakkan beberapa sesajen dan dupa di sekitar pelataran UKS tersebut. Warga sekolah kerap menganggap perbuatannya adalah hal yang negatif. Yang mengherankan, wanita itu mengenakan kacamata hitam dan pakaian super tertutup.

Apa dia nggak pengap pakai setelan panjang begitu?

“Jadi Adi kekunci di ruangan itu?” Bayu menebak-nebak.

Niken menjawab, “Kalau kekunci sih nggak, cuma yang aku tangkap, di sana ada hantu perempuan. Kamu tahu soal ibu-ibu itu, Ris?”

“Terus terang aku nggak tahu dan enggan mencari tahu. Semua murid mengacuhkan dia dan mau nggak mau aku ngelakuin hal yang sama. Kami takut dikutuk kalau dekat-dekat dia.”

“Kalian nganggap ibu itu bakal ngutuk kalian cuma gara-gara dia ngeletakkin sesajen di UKS?” sahut Bayu heran.

“Kalian mungkin udah biasa sama hal mistis begitu, tapi aku nggak. Sebab inilah aku ngedeketin kalian. Aku pengin memahami dari sudut pandang “mereka”, supaya “mereka” nggak merasa disalahpahami. Tapi, aku terlalu takut, Ken, Bay!”

Suara Clarrisa tiba-tiba terdengar emosional di seberang sana. Bayu mencerna ulang pertanyaan yang dia ajukan barusan, yang ternyata terdengar agak memojokkannya.

“Kok begitu banget sih pertanyaanmu?” protes Niken.

“Ya, habisnya aku kesal. Warga sekolah terlalu kejam sama ibu-ibu yang mereka pekerjakan. Dia kan mengabdikan dirinya untuk sekolah kita, membersihkan sampah-sampah kita. Rasanya nggak adil aja.”

“Maaf, semuanya! Aku terlalu terbawa suasana. Sebenarnya aku ini tipe orang yang rasa penasarannya besar, tapi penakut. Penasaran, tapi takut. Kalian ngerti, kan?” ujar Clarrisa menegaskan.

“Kamu aneh, Ris. Ngakunya takut, tapi kok bergaulnya sama kami?” celatuk Bayu.

“Entahlah, mungkin udah takdir,” respons Clarrisa sambil tertawa.

Bayu dan Niken pun tidak menyangka kalau sosok yang mereka rekrut adalah orang penakut. Pada lain kesempatan, Niken dan Bayu ingin mengajak Clarrisa melakukan penelusuran sungguhan. Untuk sekarang, mereka harus memprioritaskan ibu-ibu misterius yang selalu meletakkan sesajen dan dupa, di gedung UKS lama.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya MATA KETIGA: BAB 9—10
0
0
Bab 9: Tanganmu atau Telingamu?Adi terus mengevaluasi perkembangan memori ingatannya hari demi hari dan membandingkan dirinya yang dulu dan sekarang, termasuk melihat penampakan aneh yang mungkin tidak dialami Adi versi lama. Kasus perundungan tampaknya belum ditanggapi secara serius oleh beberapa sekolah. Mutiara, budak Sofia dan Fiona, harus bergumul dengan mentalnya lantaran selalu diminta mengerjakan tugas mereka. Sudah lelah menjadi budak, Mutiara pun membangkang. Sofia dan Fiona tidak menyangka kalau aksi perlawanannya itu akan menjadi mimpi buruk mereka seumur hidup.Bab 10: I Feel You TooNyali Sofia dan Fiona menciut setelah murid yang mereka risak mengalami kesurupan. Niken harus mempertaruhkan nyawanya sendiri lantaran mengusik ibu kandung dari arwah yang merasuki Mutiara. Harus bertarung dengan lingkungan yang tidak memihak korban perundungan, Niken harus memperjuangkan keadilan untuknya sekaligus mengungkap rahasia di balik hubungan sang arwah dan petugas kebersihan yang ternyata seorang pengidap kelainan genetik atau biasa disebut albino.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan