Day 1 Ketemu Mantan (Najmi Adibya Dospem Ver)

57
0
Deskripsi

“Najmi, Mas boleh peluk?” 

Entah keberanian dari mana, Adibya tiba-tiba saja mengajukan pertanyaan demikian pada sang puan. Padahal mereka jelas-jelas tidak lagi memiliki hubungan apapun. 

Day 1 Ketemu Mantan

Segala yang gadis itu sebutkan memang benar. 

Ini, benar-benar untuk pertama kalinya dia menangisi laki-laki. Dan Adibya pun sangat sadar bahwa ini memang untuk yang pertama kalinya Najmi bisa sejujur ini dengan perasaannya terhadap Adibya. Sebab sebelumnya, gadis yang sangat menjunjung tinggi gengsi dan harga dirinya itu mana pernah mau bertindak sejauh ini. Jangankan memohon, meminta maaf pun rasanya ia tidak sudi. 

Maka dari itu, kala sang puan benar-benar membuang jauh semua hal tersebut, Adibya sungguh tertegun. Ia merasa terenyuh dan sedikit tidak menyangka bahwa Najmi yang ia kenal, nyatanya bisa bertindak sejauh ini hanya untuk memperjuangkan kembali hubungan mereka. 

Lantas, ketika sang tuan juga akhirnya mendengar penuturan Najmi tentang dia yang nyaris mati kehilangan nyawa karena sesak napas, rasa bersalah Adibya kian tumbuh berkali-kali lipat. Ia sungguh tidak menaruh sangka bahwa Najmi akan mengalami hal tersebut tepat ketika hubungan mereka baru saja usai. Adibya benar-benar tidak mengira bahwa dirinya akan sedalam itu menyakiti perasaan sang puan. 

Maka ketika ia mengetahui bahwa hal tersebut kembali terulang untuk kedua kalinya, Adibya tentu kalut tak karuan. Jantungnya berdebar kencang dengan perasaan yang begitu berkecamuk. Rasa khawatirnya jelas membuncah tak tertahankan. Ia sungguh takut Najmi kenapa-napa di rumahnya sana. 

Terlebih, sepemerhatian Adibya, saat ini gadis itu sedang sendirian di rumah. Ia tahu bahwa Khaffa Desra aliasn mantan calon ayah mertuanya itu sedang berada di luar kota. Sementara untuk Ghandi, kakak laki-laki Najmi itu juga sedang berada di luar negeri. Semua hal tersebut ia ketahui dari sosial media masing-masing mereka. 

Alhasil, dapat ia simpulkan bahwa saat ini, Najmi Desra hanya tinggal bersama dengan ART dan satpam di rumahnya. Gadis yang masih dalam masa istirahat itu sedang tak punya siapapun saat ini di sana. Maka dari itu, wajar kalau Adibya tunggang langgang menuju kediaman tersebut. Sang tuan bahkan rela berlari sekencang mungkin dari ruangannya menuju parkiran mobil. 

“Ya Tuhan, semoga Najmi baik-baik aja.” 

Dalam hati, entah untuk yang ke berapa kalinya, Adibya berharap bahwa Najmi baik-baik saja di sana. Ia bahkan tak henti-hentinya berdoa dan berharap bahwa gadis itu tidak menghadapi kesulitan dan kesakitan yang begitu berarti. 

Namun semakin dipikirkan, rasanya Adibya semakin sesak bukan main. Rasa gundah dan gelisahnya kian meningkat. Seolah bertambah di setiap detik lajunya mobil sang tuan di jalanan. Mau ratusan kali pun saat ini ia berucap maaf, Najmi tentu tak akan bisa mendengar. Sebab jika memang benar-benar merasa bersalah, dirinya harus berani mengucapkan hal tersebut langsung pada sang puan. 

Karena selain ingin membuat Najmi segera membaik dan merasa lega, Adibya sendiri pun sebenarnya masih sangat peduli dan sayang pada gadis itu. Ia pun sebenarnya juga tidak rela untuk melepaskan Najmi begitu saja dengan cara yang seperti ini. Namun apa boleh buat, keadaan yang membuatnya terpaksa memilih jalan perpisahan.

 *****

Di sisi lain, usai panggilan telepon dengan Adibya terpaksa ia putuskan sepihak, Najmi yang sudah menangis sesenggukan dan sesak napas itu hanya bisa mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. 

Berulang kali gadis itu mencoba untuk mengatur napasnya sebisa mungkin. Sebab kalau tidak, ia bisa mati kejang karena tak dapat meraup oksigen yang cukup untuk paru-parunya itu. 

Namun sudah berulang kali dicoba, nyatanya Najmi masih saja belum bisa lega. Dadanya masih sesak, dan napasnya masih terengah-engah tak karuan. Debar jantung pun turut mengencang, tangan dingin gemetaran, dan tungkai terasa sangat untuk menahan pijakan. 

Akan tetapi, meski dengan kondisi tubuh yang sangat lemah itu, Najmi tetap tak menyerah begitu saja untuk bertahan dan menyelamatkan dirinya sendiri. Dengan langkah tertatih, dirinya raih inhaler MDI yang berada di atas meja riasnya. Dengan harapan, alat inhalasi yang dua hari lalu ia beli di apotek itu dapat bekerja dan manjur pada tubuhnya. 

Tak lama, usai inhaler asma dosisi terukur itu dirinya hirup, Najmi sangat bersyukur bahwa perlahan-lahan dirinya mulai bernapas dengan cukup lega. Namun karena masih sangat lemah, Najmi akhirnya tetap jatuh terduduk di lantai kamarnya yang dingin.

Lantas dengan sisa tangis dan air matanya itu, Najmi pun sesekali mencoba untuk meraba dan menekan dadanya yang masih terasa sakit. Ia pijit pelan dengan harapan bahwa nyeri yang sedang dirasakan saat ini dapat perlahan mereda. 

Seraya mengumpulkan kembali kekuatannya dalam posisi tersebut, lima menit kemudian barulah ia Najmi mulai beranjak dan merebahkan diri di ranjangnya. 

Ponsel yang berada di atas sana pun ia raih. Ia nyalakan kembali benda tersebut untuk mengetahui kabar laki-laki yang tadinya ia tinggal begitu saja di tengah obrolan penting. 

Dan dapat Najmi lihat, bahwa saat ini, di ponselnya tersebut ada cukup banyak notifikasi yang berasal dari Adibya. Pria tersebut benar-benar mengirimkannya belasan pesan yang hampir sama di waktu yang berdekatan. Bahkan panggilan masuk yang tak terjawab olehnya pun cukup banyak, membuat Najmi merasa bahwa saat ini, Adibya sedang khawatir dan masih peduli dengan dirinya. 

Lantas dengan wajah yang sudah sangat sembab dan merah itu, sang puan pun kembali mengurai tangis. Sebab ia kembali merasa begitu sedih kala mengingat dirinya yang benar-benar sudah berakhir dengan Adibya. Terlebih, usai menyadari respon sang tuan beberapa saat lalu, rasanya harga diri dan gengsi yang sudah dibuang sejauh mungkin, tampaknya tak dapat memperbaiki apapun lagi. Buktinya, Adibya tetap bersikeras untuk tetap berpisah dan memperbaiki diri masing-masing. 

Namun siapa sangka, usai lima belas menit lamanya gadis itu kembali menangisi hal tersebut dengan isak tangis pilunya, tiba-tiba saja terdengar derap langkah terburu yang menuju ke arah kamarnya. 

Sebenarnya Najmi memang sangat berharap bahwa yang datang adalah sosok Adibya. Namun karena ia harus tetap siaga agar tidak ketahuan sedang sakit karena patah hati oleh keluarganya, Najmi segera menyembunyikan wajah dan tubuhnya ke dalam gulungan selimut.

Bahkan ia sampai rela menahan sisa isak tangis yang begitu sulit untuk dilakukan itu… hanya karena tak ingin ada satupun orang yang tahu bahwa hubungan dirinya dengan Adibya sebenarnya telah usai. 

“Najmi?” 

Panggilannya melantun begitu lembut, namun berhasil membuat sang puan langsung mendudukkan diri dari rebahnya. Saking kaget dan tak percayanya gadis itu, ia bahkan sampai membuang jauh-jauh selimut yang tadi menyelimutinya. 

Bukan halu, bukan mimpi, dan bukan hanya sekadar harapan palsu belaka, nyatanya sosok yang sudah Najmi tangisi beberapa hari ke belakang benar-benar menampakkan diri. 

Adibya, datang menemuinya. 

Lantas setelah cukup mencerna apa yang sedang terjadi, barulah tangis Najmi kembali pecah tak tertahankan. Perasaannya begitu campur aduk sampai sangat sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata. 

Sementara, Adibya yang sudah terengah-engah dan setengah mati khawatir pada gadis itu pun tak lagi bisa menahan diri untuk segera mendekati. 

Dengan langkah pasti dan seluruh perasaan carut marutnya itu, Adibya pun berjalan menuju ranjang. Tak sedetikpun ia alihkan pandangan dari sosok yang terlihat sangat mengiris hatinya tersebut. 

“Najmi, Mas boleh peluk?” 

Entah keberanian dari mana, Adibya tiba-tiba saja mengajukan pertanyaan demikian pada sang puan. Padahal mereka jelas-jelas tidak lagi memiliki hubungan apapun. 

Yang ditanyai demikian pun tentu seratus persen dapat dijamin tak akan menolak. Alhasil, mereka yang sebenarnya sudah bersusah payah saling rindu menahan rindu, akhirnya terlampiaskan ketika Najmi resmi memberi anggukan tanpa ragu. 

“Boleh.” 

Maka hangat pun dapat dirasa. Tenang seolah tiba-tiba datang membalut keduanya. 

*****

Bersambung.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Mantan Tapi Mesra (Najmi Adibya Dospem Ver)
14
1
Ketika mata mereka saling beradu tatap dengan cukup lama, Najmi yang tak dapat menahan gejolak rindunya lebih lama lagi pun berakhir memutuskan untuk meraup ranum Adibya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan