Lelaki Misterius (Part 5-6 Free)

2
0
Deskripsi

Lanjutan kisah Anne, Sean dan Satya

LM

Bab 5

 

Anne kembali berjalan menuju tempat duduknya di bawah pohon. Di sebelahnya ada Satya yang sedang asyik menikmati seporsi cilok. Anne segera membereskan barang-barangnya dan berniat pulang.

"Kamu ikut kompetisi, Ann?" tanya Satya serius.

"Tumben nanya serius, ada apa gerangan?" jawab Anne sedikit ketus mengingat apa yang dilakukan Satya kemarin membuatnya kesal.

"Nggak, papa. Baguslah, semoga sukses ya!" ucap Satya tulus.

"Kamu beneran nggak tertarik?"

"Nggak."

"Kenapa?"

"Aku jadi pengamat aja."

"Ish, dasar aneh." Anne hendak berlalu meninggalkan Satya, tetapi dicegahnya dengan sebuah panggilan.

"Ann, maaf ya buat yang kemarin. Semangat ikut lomba ya! Siap berkompetisi dengan teman-teman terutama Sean."

"Pasti. Soal kemarin lupain aja. Kita kan berteman." Anne tersenyum lalu melambaikan tangan dan dibalas Satya dengan senyuman.

"Tumben, Satya bisa senyum. Manis." Anne menepuk jidatnya sambil menggelengkan kepala saat melenggang pergi meninggalkan Satya.

Setelah Anne berlalu, Satya semakin penasaran tingkat tinggi dengan akun yang dipakai Anne mengunjungi blog nya. Ia memikirkan cara untuk mendapatkan akun Anne.

@@@

Di rumahnya, seorang wanita paruh baya sedang bersiap belanja ke mall. Dia membangunkan anak laki-lakinya yang pulas tertidur di depan laptopnya.

"Bangun, Sean! Antar Mama belanja, yuk!" pinta wanita yang bernama Rosa.

"Ma..., aku masih ngantuk, nih."

"Pokoknya, Mama nggak mau tahu. Kamu harus siap dalam 15 menit titik."

Sean bergegas bangun dan menuju kamar mandi dengan malas-malasan. Dia tidak ingin membuat mamanya kecewa, yang berujung harus mau dikenalkan dengan anak dari teman-teman mamanya. Setelah selesai membersihkan diri dan bersiap-siap, Sean turun dari lantai atas.

"Yuk, Ma!"

"Nah, gitu dong anak ganteng."

"Ishhh, ada maunya."

"Makanya, segera kenalin calon mantu biar Mama bisa ada yang nemenin belanja."

"Memangnya nyari gampang, kayak pilih kue di toko bakery?" Sean sudah bersungut sontak membuat Mama Rosa tergelak

Terlintas dibenak Sean menelpon Anne untuk menemani mamanya.

"Bentar ya, Ma! Sean telpon teman dulu." Mama Rosa mengernyitkan dahi mendengar ucapan Sean.

"Halo,lagi di mana?"

....

"Aku jemput ya sekarang. Nggak ada penolakan."

"Sean, yang sopan kalau nelpon. Masa main tutup gitu. Memang siapa tadi?"

"Ada deh, Ma." Sean senyum-senyum menoleh ke mamanya.


Di tempat lain, Anne sedang berjalan menuju kos setelah kembali dari taman menikmati cilok dan batagor tak sengaja bareng Satya.

Tuttt,tuutt.....tut

"Sean, Sean! Ckkk, kebiasaan suka maksa." Anne berdecak kesal. Berjalan menuju kos sambil sesekali menendang kerikil yang ada di jalanan.

"Mau kemana sih, nyuruh bersiap dan dandan yang sopan."

Dalam hati Anne berbunga-bunga, tak biasanya Sean mengajaknya pergi berdua.

Sampai di kos, Anne berganti baju dan memantaskan diri di depan cermin. Saking bahagianya ia tersenyum-senyum sendiri di depan cermin. Anne memakai celana denim, kaos lengan panjang dan jilbab instan warna maroon menutup dada. Tak lupa tas punggung kecilnya siap menemani.

Anne berlari kecil menuju mobil Sean, namun ia kaget bukan main karena Sean tidak datang sendiri, melainkan dengan wanita yang Anne perkirakan pasti mamanya.

"Ma, kenalin Anne teman kuliah Sean. Ann, ini Mamaku." Kedua wanita beda usia itu akhirnya berjabat tangan.

"Anne." Anne mengulurkan tangan seraya tersenyum canggung.

"Astaga, Sean benar-benar ngerjain aku," guman Anne sambil tetap tersenyum.

"Rosa. Cantik sekali temanmu, Sean. Kenapa baru dikenalin sekarang?"Mama Rosa bersungut-sungut memarahi Sean. Sementara wajah Anne, jangan ditanya, ia sudah tersipu malu.

"Yah, Mama nih gimana. Orang Sean juga baru sebulan kenal ya kan, Ann?"

"Iya, tante. Kami kenal di Klub Coding."

"Wah, hebat Anne hobinya sama kayak, Sean! Kamu rajin-rajin nemenin tante belanja aja, ya! Punya anak laki-laki malas diajak belanja."

"Tapi maaf tante, saya jarang belanja di mall. Kalau hanya nemenin Insya Allah siap." Anne menjawab dengan polosnya karena iya memang lebih suka berselancar di dunia maya daripada menghabiskan waktunya ke mall.

"Oke, biar Sean yang hubungi kalau tante butuh teman buat belanja ya, Ann."

"Iya, tante." Anne tersenyum dengan kehangatan yang mulai terjalin antara dirinya, Sean, dan mamanya. Terbesit rasa bahagia saat pikirannya kembali ke perasaannya yang mengagumi Sean.

Apakah Sean juga merasakan seperti yang ia rasakan. Kata hatinya selalu dipenuhi tanda tanya itu.

Setelah masuk ke sebuah mall, Sean memilih menunggu di foodcourt. Sementara Anne diajak belanja Mama Rosa.

Sean asyik menikamti kopi dan berselancar di dunia maya dengan ponselnya. Ia memikirkan bahan untuk ikut kompetisi coding. Katakanlah dia memanfaatkan Anne yang harus menemani mamanya. Padahal Anne seharusnya juga melakukan hal sama seperti dirinya bersiap di kompetisi.

Tapi yang Sean tahu, Anne gadis baik pasti tidak bisa menolak permintaan temannya.

Mengingat itu, Sean tersenyum sendiri.

"Hei, senyum-senyum sendiri. Udah nggak waras, ya?" Tiba-tiba ada Satya yang membuyarkan lamunannya.

"Astaghfirullah, Satya bukannya salam malah ngagetin orang." Sean berpura-pura marah sambil memukul tangan Satya. Namun yang dipukul berhasil menghindar.

"Ngapain disini bengong?"

"Nganter Mama belanja."

"Dasar kamu ya, mamanya dibiarin belanja sendiri."

"Siapa bilang sendiri, tuh ditemenin gadis cantik." Satya penasaran mendengar Sean menyebut gadis cantik. Ia segera mengedarkan pandangannya.

"Mana?"

"Lurus arah jam 2, Sat." Satya melihat gadis berjilbab marun, berkaos dan celana denim longgar.

"Itu kan, Anne kok bisa di sini?"

"Memang kenapa, aku ajak tadi buat nemenin Mamaku." Sean tertawa di depan Satya yang wajahnya berubah datar mengetahui Anne diajak Sean ke Mall.

"Sat, kok diam aja."

"Eh, ga papa. Sebentar aku angkat telpon dari papa dulu." Satya bisa mengalihkan raut wajahnya dari Sean karena ada panggilan di ponselnya.

"Ya, Pa. Aku segera pulang."

"Sean, aku duluan ya. Papa memintaku pulang nih ada hal penting."

"Oke, hati-hati di jalan Sat."

Satya melambaikan tangannya segera menuju parkiran Mall. Ia melewati jalan yang memungkinkan tidak sampai terlihat Anne.

"Anne pasti bahagia bisa jalan bareng Sean," batin Satya sambil mengedikkan bahunya.

Terbesit cara memancing Anne untuk membuktikan akun visitor blognya.

Satya mengulas senyum penuh arti. Entah apa yang akan dilakukannya, ia pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

LM
Bab 6

 

Sean mengantar Anne ke kosnya sebelum kembali pulang. Sementara itu, Mama Rosa sangat gembira hari ini ada yang menemaninya belanja. Bahkan Mama Rosa mementa Sean mengajak Anne setiap ingin diantar belanja. Meski baru pertama bertemu, mamanya langsung akrab dan menyukai Anne.

"Sean, kamu nggak berniat serius sama Anne? Dia cantik dan pandai bergaul lho," goda Mama Rosa membuat Sean tertawa.

"Mama ini, orang Sean baru kenal sama Anne. Kita juga baru dekat ini. Anne gadis baik, Ma. Dia nggak suka pacaran, bahkan paling serius belajar di kampus."

"Oh, malah bagus itu Sean. Jadiin mantu Mama aja," pinta wanita paruh baya itu dengan semangat.

"Ya, kalau Anne mau Ma."

"Kayaknya Anne ada perasaan ke kamu Sean. Kalau nggak ya mana mungkin mau kamu ajak dia nemenin Mama."

"Haha, orang Sean yang maksa. Dia nggak boleh nolak ajakan Sean." Mama Rosa reflek memukul lengan Sean.

"Awww, sakit Ma."

"Ganteng-ganteng kok tukang maksa. Mama salah mengartikan Anne dong." Sedikit kecewa terlukis di wajah Mama Rosa membuat Sean mengernyit.

"Ya gak papa. Anne nya mau kok." Sean sudah menyengir yang langsung mendapat pelototan dari mamanya.

"Jagain dia Sean, nanti digandeng yang lain lho."

"Mama, jodoh nggak akan kemana deh. Tenang aja. Lagian kami harus fokus kompetisi Coding jadi belum mikirin hal itu"

"Ishh kamu nih bilangnya tenang-tenang." Mendengar ucapan mamanya, Sean hanya tersenyum sambil membayangkan dirinya jika bersanding dengan Anne.


Di kamarnya, Anne segera merebahkan badannya. Sedikit capek dirasakan tetapi perasaan bahagia bisa dekat dengan keluarga Sean membuat capeknya sirna. Anne tersenyum membayangkan dirinya jika menjalin hubungan serius dengan Sean. Sedetik kemudian, lamunannya terbuyarkan oleh materi kompetisi Coding. Dia harus belajar dan menyiapkan diri untuk bisa menunjukkan performance terbaiknya.

Laptop pun dinyalakan, dan karena waktu Asar tiba segera Anne mengambil wudhu untuk salat terlebih dilu.

Selesai Asar, Anne berselancar di dunia maya mencari materi yang akan dipelajari untuk kompetisi. Tak lupa dibukanya web yang biasa Anne chating dengan sesama pecinta Coding. Akunnya adalah PA, seorang yang Anne tahu berprofesi sebagai back end developer. Anne selalu berdiskusi tentang Coding dengannya.

Saking asyik diskusinya, kadang Anne chating masalah keseharian di kampus. PA sangat membantunya hingga membuat Anne sangat terkesan dengan PA yang pandai bergaul di dunia maya. Berbeda jauh dengan Satya yang dikenalnya pendiam dan misterius. Walaupun sebenarnya semenjak Anne mendekatinya, Satya ternyata tipe laki-laki banyak omong dan suka usil. Semakin mengenalnya, semakin tampak kalau Satya begitu perhatian.

Anne memulai dengan sapaan salam. Lalu ia mengetik kalimat yang mengalir dari kepalanya.

"Hai, PA. Aku sedang mempersiapkan diri untuk kompetisi Coding. Kamu ikut juga, kah?"

"Ah, sepertinya PA lagi offline," guman Anne lalu melanjutkan belajarnya.

@@@


Sampai di rumah Satya tersenyum senang. Pasalnya, tidak biasanya ia bisa berjumpa dengan papa mamanya. Kedua orang tuanya termasuk jarang di rumah karena papanya yang sibuk bekerja di bidang keamanan informasi. Sementara itu, mamanya selalu setia menemani papanya pergi.

Satya di rumah bersama kakak laki-laki dan adiknya perempuan. Mereka sudah terbiasa mandiri mengingat profesi ayahnya yang memang orang penting. Namun, sesibuk apapun keluarga mereka tetap menyempatkan diri berkumpul bersama di kala akhir pekan atau libur panjang.

"Dari mana aja, Sat?" tanya Mama Lian yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama Papa Wijaya.

"Biasa lah Ma, anak muda." Satya tersenyum mendengar belaan papanya.

"Iya nih Pa, Mama kayak nggak pernah muda aja."

"Justru itu alasan Mama nanya kamu, kapan ngenalin calon mantu gitu." Mama Lian bersemangat sekali untuk mendapat mantu. Anak sulungnya terlalu sibuk bekerja, dan susah dibujuk untuk segera membawakan calon mantu. Mana tahu, kalau Satya duluan yang membawa calon membuat kakaknya berubah pikiran.

"Ishh Mama nih, Satya lagi fokus ngerjain project. Iya kan, Pa." Papa Wijaya pun mengangguk.

"Jangan ikut-ikutan kakakmu. Kasih contoh biar dia berubah pikiran nggak sibuk kerja terus, Sat!"

"Biarin aja, Ma. Mereka sudah dewasa. Bentar lagi kalau project Satya selesai pasti dia bawain kita calon mantu." Satya yang dibela ayahnya mengacungkan dua jempolnya yang diikuti sikap mamanya yang sudah hafal dengan suami dan anak laki-lakinya itu.

"Ya sudah sana istirahat, nanti makan malam Mama siapin masakan kesukaanmu."

"Wah, asyik." Satya mencium kedua orang tuanya lalu bergegas ke kamar. Ia tak sabar mau menyelidiki akun Anne.

Sampai di kamarnya yang lumayan luas, kasur empuk berukuran kingsize dan ruangan bercat biru muda yang didesain Satya sendiri membuatnya nyaman berada di kamar.

Saat Satya menghidupkan laptopnya, langsung membuka blog miliknya. Ia tersenyum melihat akun AP yang masuk dengan chat beberapa menit yang lalu. Satya segera membalasnya.

"Wa'alaikumsalam, hai juga AP. Kamu semangat sekali mengikuti kompetisi ya? Semoga berhasil. Kalau butuh teman diskusi, saya siap bantu." Tak lama chatnya dibalas karena terlihat AP masih online.

"Wah, dengan senang hati. Aku memang sedang belajar untuk persiapan. Kamu nggak ikut kompetisi juga?

"Tentu saja tidak, supaya kamu bisa menang."

"Ishhh, itu bukan alasan tepat. Kompetisi untuk menggali kemampuan kita sampai mana. Jadi harus bersaing secara sehat."

"Saya lagi ada project harus segera diselesaikan." Tentunya ini hanya alasan yang masuk akal dari Satya. Karena dia tidak mungkin ikut, levelnya sudah juri untuk kompetisi coding.

"Kamu kayaknya semangat banget nih."

"Ih iyakah? Aku memang lagi senang habis jalan-jalan tadi.

"Kemana?" Rupanya Satya tak perlu memancing tanya ke AP, dia sendiri yang bercerita.

"Tadi teman yang aku kagum sama dia tiba-tiba ngajak ke Mall buat aku nemenin Mamanya." Akhirnya tanda tanya di benak Satya terjawab. AP adalah Anne.

"Wah, seneng pastinya ya. Kamu pakai jilbab maroon ya?"

"Hmmm, tahu darimana? Kayak peramal aja nih."

"Eh, bener ya?" Aku kan cuma nebak biasanya cewek suka warna maroon. Satya pura-pura asal nebak aja padahal ia hafal tadi Anne pakai pakaian dan jilbab apa.

"Iya bener banget kamu."

"Ishhh, PA kok orangnya lama-lama jadi misterius gini ya. Tahu aku pakai pakaian apa." batin Anne sesaat sambil menoleh ke kanan kiri lalu mengusap lengannya yang merinding.

 

Nantikan next part

 

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Lelaki Misterius (Part 7-10 Free)
3
0
Ikuti kisah Anne, Sean dan Satya yuk.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan