
Simak kisah ending Syila, Arfan dan Arzan yuk. Jangan lewatkan. Jika ada yang ingin membeli paket Fullpart bisa request ya, tentu harga lebih hemat. Bisa DM bagi yang minat fullpart.
Bertukar Akad #UnlockNow
81
6
28
Selesai
Selamat datang di dunia imaginasi DLista.Jangan lupa subscribe dulu sebelum membaca ya. Tinggalkan jejak komentar dan lovenya. Salam sehat selalu.BlurbArsyila pikir dialah istri pertama bagi Arzan. Namun, realita telah menamparnya sebab ternyata dia adalah istri kedua Arzan. Seolah menelan pil pahit yang berkepanjangan, keluarganya sengaja merahasiakan fakta itu. "Aku terluka, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Demi keluargaku, aku rela bertahan. Hidup seatap dengan wanita yang dicintainya." (Arsyila) "Kamu merasa terluka? Justru di sini akulah yang terluka. Apapun kulakukan demi tangismu mereda." (Arfan) "Maaf, aku masih mencintainya dan akan tetap mencintainya sepanjang hayat." (Arzan) "Aku yakin kamu tidak akan pernah berpaling dariku, sampai kapanpun." (Sania) Bagaimana nasib rumah tangga Arsyila? Mampukah dirinya bertahan dengan statusnya atau justru tergoda oleh kenyamanan yang ada?Cerita ini spin off dari MENIKAHI SUAMI SAHABATKU & TERJEBAK CINTA CEO DUDA.Ini kisah anak-anak dari tokoh cerbung di atas. Sambil menunggu UP, bisa melipir ke sana juga.
3,378 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Bertukar Akad
Selanjutnya
Bersinar Usai Bercerai (Bab 1-33, Karya: Anquin Dienna)
8
0
Welcome to DLista Story.Teman2 pembaca setia, berikut ada karya titipan teman saya. Langsung bisa didukung dan dibaca maraton ya. Untuk karya lainnya teman2 bisa kunjungi akunnya langsung di link berikut. Postingan ini atas kesepakatan dua pihak. Terima kasih. Selamat membaca. Salam sehat selalu.https://karyakarsa.com/anquindienna Blurb 10 tahun pasca diceraikan hanya karena status instagram, tiba-tiba saja Davika kembali bertemu dengan Rafi, mantan suaminya. Dengan entengnya, Rafi menginginkan Davika kembali setelah melihat pesona yang terpancar dari wanita berusia 35 tahun itu, padahal ia masih memiliki istri. Mungkin Rafi lupa, bagaimana dulu ia dengan teganya melepaskan Davika dan memilih wanita lain yang secara fisik lebih cantik daripada istrinya itu. Padahal luka itu masih jelas terekam dalam ingatan. Di sisi lain, partner kerja Davika bernama Devanno juga setia menanti hati Davika terbuka sudah hampir lima tahun lamanya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Davika menerima Rafi kembali atau Davika memulai lembaran baru bersama Devanno? Benarkah Rafi sudah berubah atau hanya rasa penasaran saja dengan sosok Davika sekarang yang ternyata lebih bersinar setelah lama ia tinggalkan? Bab 1 : Tak Sengaja Bertemu Mantan Suami Baik, kita sudahi rapat kali ini. Saya tunggu laporan selanjutnya di minggu depan, ujar Davika disertai senyuman yang selalu terkembang di bibir ranumnya. Tak hanya parasnya yang cantik, Davika juga tipikal orang yang ramah terhadap siapa pun. Wanita berjilbab peach itu membereskan beberapa file dan laptop di ruang rapatnya. Di usia 35 tahun, ia mencapai puncak kejayaan kariernya. Wanita itu berhasil menghidupkan kembali butik fashion yang pernah dirintis kedua orangtuanya menjadi salah satu butik terbaik di beberapa kota di Jawa Barat dan Banten. Selain itu, ia juga menjadi salah satu distributor terbaik dari brand skincare B ERL Cosmetics dengan penjualan perbulan mencapai 6000-8.000 produk. Tak hanya itu, Davika juga menjadi salah satu selebgram yang sering dilirik beberapa brand ternama untuk menjadi brand ambassador produk-produknya. Bu, ada beberapa brand menghubungi manajer Ibu dan meminta Ibu menjadi model untuk mengiklankan produk-produknya di instagram. Bagaimana? tanya Raissa, sekretarisnya, saat Davika ke luar dari ruang rapat. Simpan dulu proposalnya di meja saya ya, Sa. Nanti saya coba pelajari terlebih dahulu. Mungkin keputusannya besok atau lusa, sahut Davika seraya meraih ponselnya di dalam tas.Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi. Davika mengangguk seraya tersenyum ramah pada Raissa. Senyum wanita itu terkembang setelah melihat layar ponselnya. Baru saja ia mendapatkan berita dari Umi Masriyah bahwa Keenan menjadi salah satu Hafidz terbaik di Pondok Pesantren Al-Madinah. Ah, Keenan anak lelaki yang paling ia sayangi selama 15 tahun itu benar-benar anugerah terbaik yang Allah berikan padanya. Selain parasnya yang rupawan, Keenan juga anak yang shaleh, baik, penurut, serta pintar. Alhamdulillah, terimakasih Umi untuk informasinya. Tolong sampaikan kepada Keenan bahwa saya sangat bangga padanya, Um. Terima kasih sudah jadi cahaya di kehidupan Mami, dan minggu depan Mami akan berkunjung ke pondok. Jaga kesehatan ya shaleh! Begitulan isi pesan balasan yang Davika ketik di layar ponselnya. Sebenarnya ia ingin sekali menelepon Keenan. Sudah Umi sampaikan Mam. Kata Keenan, dia ingin menelepon Mami, apakah Mami bisa menerima telepon dari Keenan sekarang? tanya Umi Masriyah di dalam pesan whatsapp yang Davika terima. Silakan, Um. Tak lama muncul panggilan video dari ponsel Umi Masriyah. Memang di Pondok Pesantren Al-Madinah para santri tidak diizinkan memiliki ponsel. Oleh karena itu, Keenan hanya bisa berkomunikasi dengan sang ibu lewat telepon umum di pondok atau video call lewat ponsel wali kelasnya. Assalamualaikum, anak shaleh. Bagaimana kabarnya? sapa Davika ramah. Alhamdulillah, Keenan baik Mam. Mami sehat? tanya anak lelaki bermata sipit dan berhidung bangir itu. Alhamdulillah, Mami juga sehat, Sayang. Davika tiba-tiba menitikkan air mata. Mami kok nangis sih, harusnya Mami seneng dong Keenan jadi hafidz terbaik. Ini kado buat Mami yang udah sayang banget sama Keenan dan selalu berjuang buat Keenan. Anak lelaki berlesung pipi itu menguar senyum bahagia. Ia sangat menyayangi Davika, ibunya. Begitu banyak luka yang ibunya tanggung dan kini saatnya ia membuat ibunya bahagia dengan berbagai prestasinya. Oya, Mami janji ya minggu depan berkunjung ke sini, Keenan kangen, pinta Keenan manja. Meski ia laki-laki, tetapi Keenan memang tipikal anak yang sangat dekat dengan ibunya. Wajar saja karena selama 10 tahun ini ia memang hanya mengenal kasih sayang Davika. Ayahnya? Ah, entahlah Keenan sudah tak mengingatnya. Iya, Sayang. Mami pasti dateng ke pondok. Setelah berbincang selama kurang lebih lima belas menit, ibu dan anak itu memutuskan sambungan video call. Davika mulai mengecek jadwalnya di google calendar. Ternyata hari ini ia ada janji dengan pemodal yang ingin membuka cabang La Moda di Bali. Mereka memilih meeting di Restaurant Hotel Morella. Wanita itu segera turun ke basement dan mengendarai mobilnya. Sesampainya di lobby hotel ia langsung disambut sekretaris Devanno. Davika langsung menghampiri investor sekaligus general manager yang sudah bekerja sama dengannya hampir 5 tahun lamanya. Duduk, Vik, perintah Devanno. Gimana Van? Udah sampe mana pembangunan butik di Bali? tanya Davika setelah memesan menu. Sebentar lagi rampung, Vik. Tinggal penyelesaian beberapa ornamen dan menata pakaian-pakaian yang akan di pajang. Devanno berbicara sambil menyeruput americanno coffee latte kesukaannya. Lelaki tampan berwajah blasteran Indonesia - Korea itu menyunggingkan senyuman khasnya. Ia mulai menjelaskan lebih detail mengenai proyek butik yang akan mereka buka sekitar dua atau tiga mingguan lagi. Vik, menurutku apa enggak sebaiknya kamu juga buka store cabang B Erl di Bali? Kita buat tokonya bersebelahan dengan butik La Moda. Kemarin aku survei ternyata bangunan sebelah La Moda masih kosong dan belum ada penyewa. Gimana? Air muka Devanno tampak serius. Nanti kita rapatkan secara terpisah ya, Van. Baiknya, sekarang kita fokus dulu dengan peresmian La Moda di Bali. Aku juga emang kepikiran sih buat buka cabang B Erl di sana, apalagi agen dan reseller aku juga sebagian ada yang domisilinya di sana. Davika memasukkan potongan tenderloin steak ke mulutnya. Sorry, Vik. Ada saus di bibirmu. Devanno refleks mengelap saus di bibir Davika dengan tissue. Hal itu sontak membuat Davika sedikit tersentak. Ada rasa aneh yang menjalar di hati Davika. Enggak apa-apa Van biar aku aja. Davika langsung menghentikan Devanno dan mengambil tissue dari lengan lelaki jangkung itu. Ia tak mau mengembangkan perasaan lebih pada Devanno. Trauma masa lalunya masih menjadi momok yang menakutkan baginya. Ia tak mau kembali diperbudak oleh cinta. Toh, cinta dari mantan suaminya pun bisa hilang dengan mudahnya setelah mendapatkan bunga baru. Setelah itu, keduanya sibuk dengan makanan masing-masing sambil sesekali berbincang dan membahas proyek La Moda. Thanks ya, Van. Kamu udah banyak banget bantu aku dari awal aku rintis butik ini. Davika tersenyum tulus. It's okey. Aku juga bantu kamu karena memang proyek ini cukup menjanjikan. Terbukti kan? Selama 5 tahun ini La Moda selalu diburu oleh pecinta fashion. Sejujurnya lelaki yang usianya terpaut lebih tua tiga tahun dari Davika itu sudah lama menaruh hati pada Davika. Namun, ia hanya bisa menyimpan rapat-rapat perasaannya karena Davika takpernah welcome pada laki-laki. Sebenarnya, bukan Davika tak peka. Wanita itu juga menyadari tentang Devanno yang memiliki perasaan lebih padanya. Namun, Davika terlalu takut untuk menjalin hubungan baru. Padahal, perpisahannya dengan sang mantan suami sudah berlalu selama hampir sepuluh tahun. Davika? Sebuah suara laki-laki yang cukup Davika kenal membuat perbincangan antara dua pengusaha itu terhenti. Kak Rafi? Mata wanita itu membulat sempurna. Devanno menatap Rafi dengan raut wajah tak bersahabat. Lelaki itu merasa terusik karena ia tahu betul Rafi adalah mantan suami yang membuat Davika trauma terhadap laki-laki. Vik, ikut Kakak sebentar! Tanpa persetujuan Davika, Rafi dengan seenaknya mencengkram lengan Davika. Wanita itu belum sadar sepenuhnya karena terkejut dengan kedatangan mantan suaminya. Devanno langsung menghalau keduanya dan menarik paksa lengan wanita pujaannya. Sorry, Bro. Saya dan Davika masih ada bisnis yang perlu didiskusikan. Jika Anda ingin berbicara dengannya tunggulah sampai kami selesai. Setelah menunggu selama hampir satu jam, Rafi memaksa Davika untuk berbicara dengannya. Vik, Kakak enggak akan basa-basi, Kakak ingin kita kembali bersama. Mata Davika kembali membulat sempurna. Seketika memoar luka yang ia hapus selama 10 tahun kembali menerjang ingatannya. ================ Bab 2: Jatuhnya Talak Dua Mulai hari ini jatuh talak dua padamu Davika Darmawan. Sudah kukatakan jangan pernah kamu berhubungan dengan keluargamu lagi, tapi kamu tak mau mendengarku! Kamu malah mengucapkan selamat atas kelahiran anak Kak Aldo! Kamu memang istri kurang ajar! Silakan pergi dari rumah ini! Usiran dari Rafi bak petir yang menyambar tubuh Davika di siang bolong. Rafi menjatuhkan talak dua hanya karena istrinya membuat status instagram yang berisi ucapan selamat atas kelahiran putri kedua kakak kandungnya. Memang semenjak mereka memutuskan untuk rujuk, Rafi melarang keras Davika menghubungi keluarga besarnya. Laki-laki itu benar-benar memutuskan tali silaturahmi antara Davika dengan keluarganya. Perih! Sangat perih hati perempuan yang beberapa jam lalu masih bergelar istri dari seorang Rafi Rahmadani, seorang putra dari pengusaha ternama di kota tempat tinggal Davika. Seorang laki-laki yang sebenarnya masih terikat saudara jauh dengan Davika. Ya, Kakek Davika dan Rafi masih terikat saudara sepupu. Keduanya sama-sama pengusaha terkenal di bidang perkainan. Perusahaan yang turun temurun diwariskan pada keluarga sejak tahun 1970-an. Keluarga Rafi jauh lebih mapan dibandingkan keluarga Davika. Apalagi semenjak rumah tangga kedua orangtua Davika retak, hidup Davika berubah 180 derajat. Ia tak lagi sepadan dengan keluarganya yang lain karena usaha kedua orang tuanya mengalami kebangkrutan. Tak tanggung-tanggung, Davika yang terbiasa hidup mewah langsung jatuh sejatuh-jatuhnya. Di usia 18 tahun, Davika mengalami jungkir baliknya kehidupan dengan begitu kejam. Orangtuanya tiba-tiba memutuskan untuk bercerai. Belum lagi rumah yang selama ini keluarganya tinggali hampir 22 tahun lamanya disita oleh bank sampai-sampai mereka harus menumpang di rumah, Nina, adik kandung ibunya. Masalah keuangan kembali menjadi momok yang menakutkan bagi keluarga gadis itu, Aldo, anak tertua mereka harus putus kuliah karena terkendala biaya. Selain itu, kenakalan adik bungsunya di SMP yang terjerat kasus narkoba juga menjadi penyumbang jatuhnya hidup Davika. Kak, aku minta maaf. Story-nya udah aku hapus, Kak! pinta Davika setengah memelas. Ia turunkan egonya dan berusaha menenangkan kobaran api di mata Rafi. Davika tak bisa begitu saja menyerah, ia tak mau terlihat kalah di depan keluarga besarnya. Tak mungkin ia kembali pada keluarga besarnya setelah ia membuang mereka hanya untuk kembali bersama dengan Rafi. Sudah cukup Vika! Tidak ada maaf bagimu, silakan angkat kaki dari sini! usir Rafi dengan penuh amarah. Telunjuk kanan milik laki-laki itu teracung menunjuk ke arah pintu apartemen. Kak, aku cuman ngucapin selamat sama Kak Aldo lewat instastory! Kenapa Kakak sampai marah begini? Kedua alis tebal wanita muda itu bertaut. Ia benar-benar tak mengerti kenapa Rafi harus semarah itu? Kamu bilang cuma? Dengan kamu bersikap kayak gitu. Kamu sama aja menginjak-nginjak harga diriku! Kamu lupa bagaimana keluarga besarmu mencibir saat kamu memutuskan untuk rujuk denganku? Hah? Lagi, amarah Rafi meledak-ledak tak terkendali. Ya Allah, Kak! Aku cuman ngucapin lewat instastory. Davika menjambak poni panjangnya frustrasi. Kak, selama ini aku udah nurut sama Kakak. Kakak enggak mau aku ketemu keluargaku, aku udah lakuin, Kak. Aku bahkan enggak pernah ketemu Mama, Kak Aldo, Irvan, juga keluarga besarku. Aku lakuin semua demi rujuk sama Kakak! Terus sekarang Kakak dengan mudahnya jatuhin aku talak? Enggak lucu, Kak! ucap Davika. Bibirnya bergetar menahan entakan air mata yang mendesak keluar dari mata sipitnya. Keputusan kamu tuh setengah-setengah Vika! Buktinya kamu masih mencoba membangun komunikasi dengan keluargamu! Sebagai istri, kamu sama sekali tidak menghargaiku sebagai suamimu! Lagi, Rafi melampiaskan emosinya dengan menggebrak meja mini bar di dapur apartemennya. Ya ampun, Kak! Aku lakuin ini biar teman-teman sosmed-ku enggak curiga tentang masalah yang kita hadapi. Masa iya Kak Chika abis kesusahan lahiran sampe disesar, terus aku sebagai adik iparnya cuek aja gitu? Seolah enggak terjadi apa-apa? Lagian apa salahnya sih ngucapin? Toh aku juga enggak dateng kan buat jenguk? cecar Davika. Perempuan berkulit eksotik itu mulai ikut emosi. Genangan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh juga. Tetep aja sama! Kamu tidak mematuhi perintah suamimu! Sekali ucapan talak terucap, mulai saat ini kamu bukan istriku lagi! hardik Rafi seraya mendorong tubuh Davika. Astagfirullah Kak, pikirkan gimana nasib Keenan? Ini udah kedua kalinya Kakak talak aku. Aku harus gimana biar Kakak cabut ucapan Kakak? Aku udah korbankan semua demi Kakak dan sekarang Kakak dengan mudahnya membuang aku dan Keenan? Kakak benar-benar keterlaluan! Kini perempuan berusia 25 tahun itu mulai terisak. Memang benar semua adalah kesalahannya! Salah karena terbujuk rayuan Rafi agar kembali bersama. Davika benar-benar menyesali semuanya! Ia menyesal karena pernah jatuh hati pada laki-laki berkulit putih itu. Wanita itu tergugu meratapi keputusannya rujuk dua tahun yang lalu. Ia menangisi keputusan yang membuatnya mengabaikan ridho orang tua dan keluarga ketika dirinya ingin kembali rujuk dengan Rafi. Terserah! Yang jelas talakku sudah jatuh padamu! Silakan pergi dari sini! usir Rafi sekali lagi. Satu lagi, kamu tenang aja, meski kita bercerai, Keenan tetap anakku dan aku tidak akan menelantarkannya! sambung Rafi seraya membalikkan badan menatap lurus jendela apartemen. Lelaki itu bersikukuh mengeraskan hatinya pada Davika. Ia sama sekali tak mau menarik kembali ucapannya barusan. Aku harap Kakak takkan menyesali apa yang Kakak lakukan hari ini padaku dan Keenan. Baik aku akan pergi! Terima kasih telah menorehkan luka yang begitu dalam pada hidupku. Perempuan berlesung pipi itu sudah tak bisa menitikan air mata. Ini memang salahnya karena sudah menerima Rafi kembali setelah peristiwa KDRT yang dilakukan suaminya dua tahun lalu. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang? Pulang ke rumah orangtuanya? Ah, rasanya tidak mungkin! Ia terlalu malu! Sejak awal keluarganya sudah menentang keputusan Davika untuk rujuk dengan Rafi. Apalagi Aldo --kakaknya-- sampai memberikan ultimatum bahwa ia tidak akan peduli dengan apa pun yang terjadi pada hidup Davika. Aldo mencoret Davika dalam daftar keluarganya. Jujur saja, Davika menerima Rafi karena masih berharap lelaki itu akan berubah dan ia pun tergoda dengan kemewahan yang dijanjikan Rafi. Sejak Ayah dan Ibu Davika bercerai, Davika tak lagi merasakan hidup mewah seperti dulu. Tidak munafik, Davika tak terbiasa hidup sederhana. Ia memerlukan Rafi untuk menyokong gaya hidupnya. Namun, ternyata semua hanya umpan saja. Setelah Davika luluh dan kembali menerima Rafi, nyatanya tetap sama. Rafi hanya berbuat manis di awal saja. Lelaki itu, tetap bersikap kasar juga pelit pada Davika. Bahkan, sekarang Rafi menalaknya hanya karena instastory. Davika bergidik ngeri membayangkan bagaimana amarah Aldo saat tahu dirinya kembali ditalak oleh Rafi. Namun, jika ia tidak pulang, harus ke mana ia melangkahkan kaki bersama Keenan? Harus ke mana lagi Davika pergi jika bukan kembali pada keluarga yang telah ia tinggalkan dua tahun lalu? ================= Bab 3: Haruskah Pulang? Davika masuk ke dalam kamar dan membereskan barang-barang miliknya. Ia mulai menata pakaian-pakaiannya ke dalam koper besar berwarna abu. Tak lupa ia juga membereskan pakaian Keenan --putra semata wayangnya yang baru berusia 5 tahun--. Pikiran Davika mengawan ke mana-mana. Sekelebat memoar dua tahun lalu mulai bermunculan. Keluarga besar Davika menolak niatnya rujuk dengan Rafi. Memoar itu mulai menerobos masuk ke celah hatinya yang kini berlubang. Sampai mati pun Kakak enggak akan pernah setuju kamu rujuk dengan Rafi! ucap Aldo penuh penekanan. Tante juga tidak setuju Vika! Buat apa kamu balik sama Rafi? Dia nggak pernah hargain kamu! Kamu lupa apa yang udah Rafi lakuin sama kamu? Tante Nina --adik kandung Ibu Davika-- ikut melarangnya. Begitu pula dengan suami Nina dan beberapa sanak saudara lainnya. Semua menentang keputusan Davika. Kak, Tante, Om, tolong hargai keputusan Vika, pinta Davika setengah memelas. Mama juga tidak setuju Vika. Mama enggak rela! Mama enggak ridho kamu balik sama Rafi! Apa sih yang kamu harapkan dari Rafi? Rafi udah berkali-kali nyakitin batin dan fisik kamu! Hati Mama sakit Vika, melihat anak perempuan Mama satu-satunya disiksa sampai memar bahkan leher kamu penuh dengan bekas cakaran dan cekikan. Rasa sakit hati Mama nggak akan mudah hilang! Apalagi Mama baru tahu kalau selama ini kamu hanya diberi nafkah sepuluh ribu sehari! Rafi keterlaluan Vika! Mentang-mentang kamu hanya IRT, dia jadi seenaknya sama kamu! Padahal kamu juga bisa membiayai hidup kamu sendiri kalau Rafi mengizinkan kamu bekerja. Udah cukup penderitaan kamu karena dia Vika! MAMA ENGGAK RIDHO KALAU KAMU RUJUK SAMA RAFI! Suara Erna --Ibu Davika-- bergetar menahan amarah. Bulir-bulir bening meluncur di mata sayunya yang kini mulai menua. Ia benar-benar tidak ikhlas jika Davika kembali merajut bahtera rumah tangga dengan Rafi. Ia merasa terhina. Rafi benar-benar mempermainkan hidup anak gadisnya. Sejak awal ia memang salah menerima Rafi menjadi menantunya. Ternyata ikatan saudara jauh tak berpengaruh apa-apa pada hidup putrinya. Rafi memang berengsek! Lelaki itu membuat putrinya yang polos ternoda sampai mengandung Keenan. Hingga akhirnya, mau tak mau Erna harus menikahkannya dengan Rafi yang saat itu baru saja bercerai dari istri pertamanya Nayla. Ia pikir Rafi akan menjadi suami yang baik untuk Davika. Namun ternyata, ia salah. Pantas saja Nayla meminta cerai dari Rafi! Ternyata Rafi memang tak memiliki perangai baik! Belakangan ini baru terbongkar alasan Nayla meminta cerai dari Rafi karena Rafi sering melakukan KDRT. Rafi juga sering menuntut Nayla untuk selalu tampil cantik dan sempurna di depan teman-teman genk mobilnya. Ternyata perilaku buruk itu, ia lakukan juga pada Davika. Perilaku buruk yang sebenarnya diketahui oleh keluarga besar Rafi. Akan tetapi, semua anggota keluarga seolah menutup mata dan menutupi semua kesalahan Rafi. Hal itu lah yang membuat Erna dan keluarga besarnya semakin geram. Ma, kasih kesempatan Kak Rafi sekali aja! Vika mohon, Vika yakin Kak Rafi akan berubah. Dia udah janji sama Vika, Ma. Mama lihatkan? Selama dua bulan ini Kak Rafi udah nunjukin keseriusannya buat rujuk sama Vika. Dia juga perhatian sama Keenan. Selalu ajak Keenan main, jalan-jalan, ngasih semua yang Keenan mau. Kak Rafi juga udah minta maaf sama Vika, Ma. Vika mau maafin Kak Rafi demi Keenan, Ma. Davika yang dibutakan cinta dan harta memelas pada Erna. Tak menampik Davika--yang saat itu masih berusia 23 tahun-- tergoda dengan kemewahan yang dijanjikan Rafi. Apalagi setelah mereka bercerai Rafi malah semakin di atas angin. Lelaki berusia 27 tahun itu mendapatkan hadiah mobil dan moge dari orang tuanya setelah bercerai dari Davika. Rafi juga selalu berusaha merebut hati Davika dengan memberikan perhatian lebih pada Keenan. Pokoknya sekali TIDAK tetap TIDAK Vika! Mama enggak akan pernah setuju kamu balikan sama Rafi! tekan Erna. Kakak juga nggak setuju Vika! Kamu itu bego apa tolol sih? Bisa-bisanya masih tergoda rayuan si berengsek Rafi! Lupa kamu kalau dia juga udah selingkuh dari kamu? teriak Aldo emosi. “Kak, ini hidup Vika. Vika berhak menentukan jalan hidup Vika sendiri. Vika mau maafin Kak Rafi. Vika nggak mau egois, Keenan lebih butuh Mami dan Papinya! Vika nggak mau Keenan ngerasain jadi anak broken home seperti kita!” Plak! Sebuah tamparan melayang di pipi Davika. Aldo menamparnya. Jangan samakan Papa dengan Rafi! Kilatan amarah terpancar di mata Aldo. Kenapa? Papa sama Mama pisah juga karena Papa selingkuhkan? Apa bedanya? bentak Davika sarkastik. Papa enggak pernah nyiksa Mama! Papa juga tanggungjawab dengan hidup kita! Papa juga selalu ngasih nafkah Mama! Enggak kayak si bajingan Rafi! sanggah Aldo. Mata lelaki itu memancarkan bara api. Kalau Mama, Kakak, dan keluarga besar kita enggak setuju, aku akan minta persetujuan Papa! jawab Davika lantang. Silakan! Mama yakin Papa kamu juga enggak akan setuju! gertak Erna. Ia tak habis pikir dengan pemikiran anak gadisnya. Apa yang Davika harapkan dari Rafi? Rafi sangat jauh dari kata baik. Ia sama sekali tidak cocok dijadikan imam. Pokoknya aku akan tetap rujuk dengan Kak Rafi dengan atau tanpa restu dari kalian! Davika yang labil tetap bersikukuh dengan keputusannya. Ia tidak peduli dengan perasaan Mama, Papa, Kakak, dan keluarga besarnya. Egonya lebih tinggi dibandingkan akal sehatnya. SILAKAN! SEKALI KAMU KELUAR DARI RUMAH INI UNTUK KEMBALI BERSAMA RAFI, KAMU BUKAN KELUARGA KAMI LAGI! Kami enggak akan pernah lagi peduli dengan apa pun yang terjadi dengan hidup kamu! Ancaman Aldo sama sekali tidak menurunkan niat Davika. Perempuan itu tetap bulat dengan keputusannya. Ia pergi meninggalkan keluarganya demi Rafi. Mami lagi ngapain? tanya Keenan setelah melihat Ibunya membereskan pakaian miliknya. Keenan baru saja pulang les berenang ditemani oleh Mbak Rum --asisten rumah tangga di apartemen Rafi dan Davika--. Kok baju Keenan dimasukin koper? Kita mau liburan ya, Mi? tanya Keenan lagi. Anak lelaki berkulit putih itu semakin penasaran karena Ibunya hanya diam dan matanya terlihat sembap. Mami habis nangis ya? celoteh Keenan. Davika masih enggan menjawab pertanyaan anak semata wayangnya. Mata perempuan itu masih menerawang jauh entah ke mana. Kok Mami enggak jawab pertanyaan Keenan sih? Keenan lagi ngomong lho sama Mami. Keenan mulai merajuk. Mami jangan diem aja! Mami berantem lagi ya sama Papi? Berbagai pertanyaan muncul di mulut Keenan tanpa bisa dicegah. Sejak kecil Keenan memang sudah terbiasa melihat pertengkaran antara Davika dan Rafi. Mami jawab Keenan.... Keenan menggoyang-goyangkan tangan Davika. Davika menoleh dan mulai tersadar dari lamunannya. Eh, anak Mami udah pulang. Gimana renangnya seru? tanya Davika masih dengan pikiran kalutnya. Bibir wanita itu melengkungkan senyuman yang terkesan dipaksakan. Ih, Mami. Keenan tanya apa, Mami jawabnya apa. Enggak nyambung! Anak lelaki itu merengut. Tadi Keenan tanya apa? Maaf, Mami kurang fokus, Sayang, bujuk Davika lembut. Davika mengganjur napas dengan sekali tarikan, berharap hal itu bisa menenangkan gemuruh petir yang beriak di hatinya. Kita mau ke mana? Kok, Mami beresin baju Keenan? Kita mau liburan di rumah Nenek, jawab Davika setenang mungkin. Wanita muda itu menatap Keenan dengan hati teriris. Sesungguhnya, ia tak mau Keenan menjadi anak broken home seperti dirinya. Dulu papa dan mamanya berpisah saat ia sudah beranjak dewasa, tepatnya kelas XII. Akan tetapi Keenan? Rasanya anak lelakinya itu terlalu kecil untuk kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya. Beneran, Mi? Mata Keenan berbinar. Emangnya Papi ngizinin Mi? Papi enggak akan marah kalau kita ke rumah Nenek? tanya Keenan lagi. Iya dong, Papi ngizinin kita. Keenan sama Mami boleh liburan lama banget di rumah Nenek. Davika berusaha tetap tersenyum di depan putra kecilnya. Padahal, sesak itu semakin menggerogoti dada dengan begitu hebatnya. Asyik! teriak Keenan. Ia meloncat-loncat di kamar dengan senyum gembira. Davika menggigit bibir bawahnya, menahan entakan air mata yang mendesak ingin keluar. Ia mencoba menguatkan hatinya. Ia semakin takut dengan reaksi keluarga besarnya saat ia pulang nanti. ================ Bab 4: Kembali Pulang Davika menyeret dua buah koper keluar dari kamarnya sambil menggenggam tangan Keenan. Entah harus ke mana ia pergi sekarang. Sejujurnya, perempuan muda itu masih ragu jika harus pulang ke rumah ibunya. Namun, jika ia tidak kembali ke rumah itu, harus ke mana lagi kakinya melangkah? Pa, andai Papa masih ada, mungkin Vika enggak akan segamang sekarang, gumamnya. Setitik air kembali lolos di pipi mulusnya. Ya, Ayah Davika telah pergi selama-lamanya meninggalkan kepedihan yang mendalam di hati perempuan itu. Tak hanya di hati Davika, kepedihan itu juga dirasakan oleh Aldo dan Irvan. Diaz--ayah Davika, Aldo, dan Irvan-- meninggal dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Lelaki paruh baya itu mengembuskan napas terakhirnya di dalam angkutan umum dalam perjalanan menuju rumah Aldo untuk menemui cucu pertamanya yang masih berusia dua tahun. Bukan karena kecelakaan, bukan pula karena terjatuh, beliau tiba-tiba tak sadarkan diri di kursi penumpang. Awalnya ia seperti tertidur di dalam angkutan tersebut. Namun, ia tak pernah bangun meski berulang kali dibangunkan oleh sopir maupun penumpang lainnya. Hal yang lebih menyakitkan bagi Davika, Aldo, dan Irvan adalah saat mengetahui Ayahnya meninggal dari viralnya foto almarhum di media sosial. Sebuah postingan dalam grup bernama kota tempat tinggal Davika di aplikasi berlogo F berwarna biru mengagetkan semua pihak. Di sana tertulis caption ucapan belasungkawa atas meninggalnya seorang pria paruh baya di dalam bus. Pria paruh baya itu tanpa pengenal karena tak membawa KTP atau pun tanda pengenal lainnya sehingga salah satu penumpang berinisiatif memberi kabar keluarganya lewat media sosial. Ia berharap keluarga almarhum segera mengetahui keadaan tersebut. Orang yang pertama kali memberi kabar pada Aldo adalah salah satu teman dekatnya. Setelah mendapatkan informasi tersebut pecahlah tangis dari putra-putrinya. Tak ada yang mengira bahwa Diaz akan pergi secepat itu. Davika yang saat itu baru saja tiga bulan rujuk dengan Rafi menangis sejadi-jadinya. Ia tak pernah menyangka jika sang ayah akan pergi meninggalkannya dengan cara yang sangat menyesakkan. Kini, sesak di dadanya kembali terasa meski sudah hampir dua tahun Diaz pergi. Pa, Vika harus bagaimana? Tenggorokan perempuan itu rasanya tercekat. Air mata itu kembali mengembun di pelupuk matanya. Ia merasa kini bukanlah seorang perempuan yang tegar. Davika melirik sofa ruang tamu. Dari sudut matanya, terlihat Rafi sedang duduk santai memainkan ponsel sambil menonton televisi. Lelaki itu lebih sibuk dengan ponselnya tanpa memedulikan acara yang disajikan di layar datar itu. Sesekali ia tersenyum dan tersipu seraya mengetik sesuatu di ponselnya. Sempat-sempatnya kamu tersenyum Kak, setelah tega mengusirku dan Keenan. Davika membatin dan tersenyum miring. Nyatanya, lelaki yang sudah ia cintai lebih dari lima tahun tak merasakan sedikit pun kesedihan di air mukanya. Ia sama sekali tak menyesal telah mencampakkan Davika hanya karena status instagram. Sebegitu tak pentingnya kah hidup Davika di mata Rafi? Tak adakah sedikit pun rasa kasih di hati lelaki itu untuknya. Kak, Vika pamit. Davika menghampiri Rafi seraya mencium tangan lelaki itu. Rafi sempat mengerutkan kening saat melihat perilaku Davika padanya. Perempuan itu hanya menganggukkan kepala untuk memberikan kode pada Rafi kalau ia tak mau Keenan tahu permasalahan mereka. Hati-hati ya jagoan Papi! ucap Rafi seraya mengacak rambut Keenan. Papi enggak ikut? Ucapan polos dari Keenan membuat suasana mendadak kaku. Papi banyak kerjaan, Sayang. Keenan perginya sama Mami aja ya! sambar Davika mencoba membuat Keenan berhenti berceloteh. Oke! Kalau Papi udah enggak sibuk nyusul Keenan dan Mami ya? Promise? pinta Keenan manja. Rafi hanya mengangguk. Setelah itu, Davika berlalu sambil menggenggam tangan Keenan menuju lobi apartemen. Keenan hanya mengikuti langkah kaki Davika tanpa tahu hati Ibunya terluka. Anak kecil itu tetap menyunggingkan senyuman manisnya di sepanjang perjalanan. ♡♡♡ Saat ini, Davika berdiri di depan gerbang rumah ibunya. Terselip perasaan ragu, apakah ia harus masuk atau lebih baik ia menenangkan diri terlebih dahulu di rumah sahabatnya? Ah, perempuan muda itu bingung. Dadanya bergoncang hebat. Ia takut menghadapi keluarga besarnya. Apakah keluarganya akan tetap menerimanya atau justru akan menertawakan kebodohannya karena dulu memilih Rafi? Mami, kok diem aja sih? Ayo masuk! Keenan udah kangen sama Nenek! ajak Keenan semangat. Assalamualaikum! Tanpa aba-aba Keenan langsung mengucapkan salam dengan suara yang cukup kencang. Perbuatan Keenan sontak membuat jantung Davika berdebar dengan begitu hebatnya. Beberapa kali wanita muda itu menghela napas panjang. Seorang wanita berusia sekitar 49 tahunan segera membukakan pintu untuk tamu yang datang. Meski guratan-guratan usia yang tak lagi muda tak dapat disembunyikan, tetapi wanita itu masih terlihat sehat, bugar, serta cantik. Ia sangat mirip dengan Davika, putrinya. Erna tipikal wanita yang modis dan cukup pandai bergaul sehingga tubuhnya masih langsing meski usianya hampir mencapai kepala lima. “Waalaikum salam. Eh, Keenan cucu Nenek yang ganteng. Sini Sayang, masuk!” Erna menyambut Keenan dengan wajah semuringah. Davika langsung mencium tangan ibunya dengan khidmat. “Tumben pulang! Kirain udah enggak inget sama Mama,” sindir Erna. “Bisa nanti aja enggak, Ma, ngobrolnya? Tunggu Keenan tidur,” sela Davika. Wanita itu sudah menebak jika Erna takkan bersikap manis padanya. Namun, ia sadar diri sikap ibunya bisa seperti itu karena sudah terlampau kecewa dengan keputusan putrinya dua tahun yang lalu. Erna tak menghiraukan Davika dan langsung fokus pada Keenan. Davika menghela napas berat. Bodoh! Kenapa ia begitu bodoh menerima Rafi kembali? Keenan langsung berhambur memeluk sang nenek. Nenek! Keenan kangen banget sama Nenek lho!celotehnya manja. Nenek juga kangen banget sama Keenan. Erna membalas pelukan sang cucu dengan hangat. Diciuminya wajah Keenan dengan bertubi-tubi. Nenek tahu enggak, Papi tumben lho baik ngizinin Keenan sama Mami nginep di rumah Nenek! Katanya kita boleh nginepnya lama banget! celoteh Keenan panjang lebar. Erna mengernyitkan dahinya. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah Rafi kembali menalak anak gadisnya? Kok bawa koper besar? tanya Erna ingin memastikan dugaannya. Erna memang sengaja bersikap ketus pada Davika walau dalam hati sebenarnya ia tak tega. Vika boleh istirahat dulu enggak, Ma? pinta wanita itu datar. Sang ibu hanya mengangguk sambil membantu membawakan salah satu koper ke kamar Davika. Meski Davika sudah tak pernah berkunjung selama hampir dua tahun lamanya, kamar Davika masih setia Erna rawat. Begitulah hati seorang ibu, seberapa besar pun kesalahan anaknya ia akan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Erna hanya sesekali menatap Davika bingung. Setelah dipersilakan masuk, anak gadisnya itu mengunci mulutnya rapat-rapat. Tak ada pembicaraan yang terjalin di antara keduanya. Erna meminta Irvan mengajak Keenan bermain. Sementara itu, ia masuk ke kamar dan menelepon Aldo, anak sulungnya. Assalamualaikum. Al, lagi sibuk enggak? tanya Erna. Waalaikum salam. Enggak kok, Ma. Ada apa? Mama perlu bantuan Aldo? sahut Aldo. Adik kamu .... Ucapan Erna terpotong. Kenapa lagi tu anak, Ma? Irvan bikin masalah lagi? tebak Aldo. Bukan Irvan, tapi Vika. Barusan Vika datang ke rumah dengan Keenan. Anehnya dia bawa koper. Apa dia berantem sama Rafi lagi atau jangan-jangan Rafi menalak Vika lagi? Terdengar nada khawatir dari ucapan Erna. Mama ngapain sih nerima Vika? Mama lupa, dia udah lama enggak nganggap kita keluarga, Ma! Udahlah biarin aja dia ngurus hidupnya sendiri, toh itu jalan hidup pilihannya dia! Biar dia ngerasain gimana sakitnya ditinggalkan oleh orang-orang yang bener-bener menyayangi dia hanya demi si berengsek Rafi! Ucapan Aldo meletup-letup disertai amarah yang tak terkendali. Rasanya kepala lelaki berusia 29 tahun itu mendidih. Bagaimana ia dan keluarga besarnya tidak marah? Saat kejadian KDRT yang dialami Davika, semua keluarga memberikan supporting sistem maksimal pada adiknya itu. Davika mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit, melakukan visum untuk menuntut Rafi ke pengadilan, mendapatkan dukungan moral dengan perhatian dan kasih sayang dari saudara-saudaranya. Bahkan, Tante Nina sampai rela merogoh kocek yang cukup dalam untuk menghibur keponakannya itu dengan mengajaknya berlibur ke Singapura. Namun apa yang terjadi? Seminggu setelah pulang dari Singapura, Davika dengan bodohnya memaafkan Rafi dan rujuk kembali. Bagi Aldo, she is a freak girl! Mama enggak bisa Al, biar bagaimana pun Vika tetap anak Mama. Mendengar ucapan sang ibu, gemuruh di dada Aldo kembali membesar. Terserah Mama aja lah! Yang jelas, untuk saat ini Aldo belum bisa bersikap baik-baik aja pada Vika. Aldo enggak mau nunjukin rasa peduli pada Vika. Erna menghela napas kasar. Ia tahu bagaimana kerasnya hati putra sulungnya itu. Namun, wanita itu juga tahu jauh di dalam hatinya, Aldo sebenarnya sangat menyayangi Davika. Kemarahan Aldo adalah bukti bahwa ia sangat peduli dengan adiknya. Yaudah, Mama tutup dulu teleponnya ya. Nanti kalau Vika udah mau cerita apa yang terjadi, Mama kabari kamu lagi, assalamualaikum. Erna mematikan teleponnya. Wanita cantik yang tak lagi muda itu kembali menghampiri Davika. Vika, Mama pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kalian? ================ Bab 5: Toxic Husband Vika, Mama pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kalian? Kak Rafi talak aku, Ma, hanya karena Vika update status instagram ngucapin selamat atas kelahiran baby-nya Kak Aldo dan Kak Chika. Davika menangkupkan kedua tangannya di wajah. Sesungguhnya ia bukanlah wanita yang tegar. Wanita itu mulai sesenggukan. Ia tak habis pikir jika rumah tangganya akan kandas hanya karena status Instagram. Konyol sekali bukan? Susah payah ia mengorbankan segalanya untuk Rafi, tetapi lelaki itu justru dengan mudahnya membuang Davika untuk alasan yang sama sekali tak masuk akal. Dia talak kamu hanya karena itu? Harusnya dari dulu kamu dengerin Mama, Kakak kamu, dan Tante Nina. Apa Mama bilang? Rafi tuh enggak akan pernah berubah! geram Erna. Wanita cantik yang tak lagi muda itu menahan amarah yang membakar dada. Sesak, sakit, perih melihat nasib anak gadis satu-satunya mendapat perlakuan tak adil dari menantu kurang ajarnya. Rasanya Rafi tak puas-puasnya mempermainkan hati anak gadisnya. “Vika juga enggak ngerti, Ma! Kenapa Kak Rafi tega melontarkan kata talak pada Vika.” Lagi, air mata itu luruh begitu saja di pipi mulusnya. Napas wanita itu tersenggal-senggal menahan sesak yang semakin membelit di dada. Mengapa Rafi begitu tega padanya? Tak cukupkah rasa sayang dan bakti yang Davika berikan pada Rafi selama ini? Davika masih ingat dengan jelas bagaimana jatuh bangunnya ia berbakti pada Rafi. Satu bulan setelah melahirkan Keenan, Rafi memaksa Davika untuk menjalani diet ketat lantaran bobot tubuhnya melebihi standar yang Rafi harapkan. Rafi tak suka jika istrinya gemuk. Padahal saat itu Keenan lebih membutuhkan ASI dari ibunya. Davika sempat stress berat hingga ASI-nya tidak keluar dan Keenan dengan terpaksa meminum susu formula. “Vik, Kakak udah daftarin kamu gym di Sylver Gym. Mulai besok, kamu udah harus mulai nge-gym dan jaga pola makan. Pokoknya kamu harus berhenti makan nasi dan segala hal yang banyak mengandung karbohidrat. Kakak enggak suka lihat penampilan kamu sekarang, kayak ibu-ibu umur 30 tahunan. Enggak cocok kalau lagi jalan sama Kakak, kayak keponakan jalan sama tantenya!” ujar Rafi di sore hari sepulang kerja dengan begitu pedasnya. Lelaki itu sama sekali tak memedulikan hati Davika yang bisa terluka akibat ucapannya. Rasanya seperti ada batu yang mengimpit jantung Davika. Hati wanita yang baru saja sebulan melahirkan itu serasa diremas-remas hingga hancur tak bersisa. Bukankah setiap wanita yang baru saja melahirkan tubuhnya akan membengkak? Kenapa suaminya tak bisa menerimanya? Tersinggung? Jelas Davika sangat tersinggung, apalagi ia hamil dan melahirkan pun karena ulah Rafi yang menggoda dan mengajaknya melakukan hubungan terlarang saat mereka belum terikat dalam hubungan pernikahan. “Kak, aku baru sebulan melahirkan wajar kalau berat badanku belum ideal.” Davika menggulung rambut panjangnya sembarangan. Wanita itu sempat menatap cermin. Memang benar penampilan Davika saat ini sangat jauh dari kata cantik. Wajah kusam, jerawatan, double chin, rambut tak beraturan, tubuh bau ASI, berat badannya yang naik hampir 30 kg dari sebelum hamil. Ah, ia merasa insecure dengan dirinya sendiri. Jika dulu ia akan selalu berbau wangi, dengan rambut yang selalu rapi, dan penampilan modis, kali ini sebaliknya. Davika yang sekarang lebih memilih menggunakan daster atau piyama longgar karena kewajibannya sebagai Ibu yang harus menyusui Keenan. “Makanya Kakak daftarin kamu gym biar berat badan kamu cepat ideal. Kamu enggak malu tiap ada yang nengokin Keenan, selalu pada bilang kalau aura kecantikanmu sudah hilang semenjak hamil dan melahirkan! Kakak sebagai suami kamu aja tersinggung dan merasa terhina! Masa iya kamu enggak? Kamu tuh harusnya sadar diri dan mulai merawat diri biar enggak dikatain lagi kayak gitu!” timpal Rafi semakin pedas dan memojokkan Davika. “Vika juga sakit hati, Kak, tapi ucapan Kakak jauh lebih pedas dan menyakitkan dibandingkan kata-kata mereka.” Davika menahan ucapannya hanya dalam hati. Ia tak mau pembicaraan ini berujung keributan. Apalagi semenjak melahirkan, ia tinggal bersama kedua mertuanya. Mertua yang akan selalu membela putranya dibandingkan menantunya. “Bisa enggak kita tunda turunin berat badanku sampai Keenan usia enam bulan? Aku janji aku enggak bakalan ke mana-mana sampai berat badan aku ideal sesuai keinginan Kakak. Aku enggak sanggup kalau sekarang Kak. Kasihan Keenan kalau aku membatasi makanku. Gimana kalau nanti ASI-nya enggak lancar?” Davika berusaha menunda keinginan Rafi. Bukan, bukan karena ia malas berolahraga, tetapi ia tak mau buah hatinya menjadi korban keegoisan suaminya. Darah nifas saja masih keluar, mana mungkin ia langsung melakukan olahraga untuk menurunkan berat badannya. “Alah udah deh enggak usah banyak alesan. Artis aja badannya bagus-bagus kok sehabis lahiran karena berani buat olahraga dan diet ketat!” cibir Rafi. “Tapi aku bukan artis, Kak. Aku ibunya Keenan dan bayi itu berhak mendapatkan ASI eksklusif dariku,” timpal Davika berusaha mempertahankan pendapatnya. “Keenan masih bisa minum ASI asal kamu rajin memompanya dan kalau seandainya ASI kamu kurang bisa dicampur dengan susu formula terbaik. Mama sama Papa juga mampu membelikan susu formula terbaik untuk Keenan. Enggak mungkin juga mereka menelantarkan Keenan, cucunya.” Rafi tetap bersikeras dengan keinginannya. “Ini bukan masalah harga susu formula, Kak. Aku ingin Keenan mendapatkan asupan terbaik dan asupan terbaik untuk Keenan hanya ASI. Aku cuman minta waktu enam bulan, sesusah itu kah Kak memberi Vika waktu?” Davika yang masih sensitif tiba-tiba menitikkan air matanya. Ia sangat kesal dengan suaminya dan amarahnya hanya bisa ia salurkan lewat tangisannya. “Udah enggak usah lebay! Enggak usah drama pake nangis segala! Pokoknya mulai besok kamu harus mulai nge-gym. Kalau kamu enggak nurut, berarti kamu udah enggak berbakti pada Kakak sebagai suami,” tegas Rafi. Lelaki itu sama sekali tak peduli dengan air mata Davika yang semakin menderas. Dengan terpaksa, Davika menerima keinginan Rafi. Memang benar, usaha Rafi berhasil. Dalam waktu tiga bulan Davika mendapatkan kembali tubuh idealnya dengan cara mengonsumsi susu diet dan melakukan gym seminggu tiga kali. Wanita itu juga dipaksa menahan nafsu makannya dengan ketat. Jika Davika melanggar, Rafi takkan segan-segan berkata kasar dan bermain tangan. Meski tubuhnya kembali ideal dan wajahnya kembali cantik seperti saat gadis dulu, tetapi hati Davika tak benar-benar bahagia. Bahkan di awal-awal ia diet ketat, Davika sempat mengalami baby blues syndrom meski dalam kategori ringan. Wanita itu sempat mengabaikan Keenan karena merasa Keenan lah penyebab penderitaannya sehingga ia harus menahan lapar dan menyiksa diri dengan berbagai gerakan gym. Ia juga pernah tiba-tiba menangis sesenggukan karena merasa tak becus menjadi seorang Ibu. Bahkan, memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan saja ia tak mampu. Perasaannya benar-benar diaduk-aduk dan naik turun layaknya roller coaster. Tak hanya sampai di sana, Rafi juga sangat tidak suka jika Davika berpakaian tak sesuai dengan standarnya. Lelaki itu sangat suka jika istrinya tampil cantik, modis, wangi, dan seksi apalagi di depan teman-teman genk mobilnya. Ia akan merasa superior dan bangga jika segala hal yang dimiliknya termasuk sang istri menjadi pusat perhatian. Namun anehnya, untuk nafkah hidup sehari-hari Rafi tergolong lelaki yang super pelit. Davika hanya diberi nafkah sepuluh ribu sehari. Nafkah yang pastinya jauh dari ekspektasi orang-orang di sekitarnya jika melihat betapa glamour dan mewahnya kehidupan Davika dan Rafi di media sosial. Takkan ada yang mengira Rafi yang begitu royal terhadap fashion dan penampilan Davika, benar-benar pelit dalam hal nafkah pada istrinya. Cukup atau tidak, Rafi takkan pernah menambah uang pemberiannya pada Davika. Saat masih tinggal di rumah mertuanya, Davika tak pernah merasakan kelaparan meski makanan yang harus ia makan dijaga ketat oleh Rafi. Asisten rumah tangga di rumah keluarga itu akan sigap membuatkan menu makanan untuk Davika sesuai pesanan Rafi. Namun, sejak tinggal di apartemen Davika sering menahan lapar atau makan seadanya sesuai budget yang diberikan Rafi yang hanya berjumlah sepuluh ribu rupiah. Budget yang sama sekali tak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan Keenan. Davika menyeka sudut matanya yang mengeluarkan cairan bening. Ah, begitu bodohnya ia diperbudak cinta. Kenapa ia bisa bertahan selama lima tahun dalam kubangan kegilaan Rafi? Kenapa selama lima tahun ini ia tidak pernah menyadari jika Rafi yang obsesif bukanlah lelaki yang pantas ia pertahankan. Suara ketukan dari pintu depan menghentikan tangisan Davika. Wanita itu menyeka sisa air mata di bulu matanya. Sang ibu langsung berjalan ke depan membukakan pintu. Ternyata Aldo lah yang datang. Sini kamu! Aldo menyeret lengan Davika dengan kasar. Bara amarah terpancar dari mata lelaki itu. ================ Bab 6: Kemarahan Aldo Sini kamu! Aldo menyeret lengan Davika dengan kasar. Bara amarah terpancar dari mata lelaki itu. Ngapain kamu pulang ke rumah? Setelah Rafi udah udah enggak butuh sama kamu, baru kamu inget sama keluarga gitu? Picik banget ya kamu, Vik. Urus aja urusan kamu sendiri! Enggak usah pulang-pulang lagi ke sini! Ucapan Aldo terdengar keras dan kasar. Lelaki itu masih tak menerima jika Davika harus dimaafkan dengan begitu mudahnya setelah membuang keluarga hanya demi kembali bersama dengan Rafi. Adiknya itu perlu diberikan pelajaran supaya tak mengulang kesalahan yang sama. Kak, maafin Vika. Dulu Vika bener-bener bodoh meninggalkan kalian hanya untuk Kak Rafi. Kali ini aja tolong maafin Vika. Kalau Kakak usir Vika kayak gini, Vika harus ajak Keenan pergi ke mana lagi? Cuman kalian keluarga yang Vika miliki. Bulir air mata turun bersamaan dengan penyesalan Davika. Kakaknya memang benar, ia terlampau bodoh karena rela meninggalkan keluarga hanya demi hidup mewah bersama Rafi. Nyatanya, kemewahan itu tak pernah ia dapatkan karena setelah rujuk pun Rafi tak ada perubahan. Ia masih memberikan jatah uang belanja sepuluh ribu rupiah saja. Kemewahan yang Rafi tunjukkan selama masa pendekatan ketika ia ingin rujuk hanya bisa Davika dapatkan di dalam dunia media sosial. Rafi memang terkadang mengajaknya makan di luar atau berbelanja mainan untuk Keenan. Namun, untuk uang yang murni Davika pegang hanya sepuluh ribu rupiah saja. Rafi jug tak mengizinkan Davika bekerja meski wanita itu sebenarnya lulusan S1Manajemen Bisnis. Nah itu sadar kalau kamu enggak punya siapa-siapa selain Mama, Kakak, dan Irvan. Mana sekarang si Rafi, tetep ada di samping kamu enggak? Enggak kan? Kakak yakin kamu sekarang pulang pasti karena diusir atau mungkin udah ditalak oleh si berengsek Rafi! Makanya cewek tuh jangan tolol! Jatuh cinta boleh bego jangan! Tolol banget lo masih berharap si berengsek Rafi bisa berubah. Aldo menunjuk-nunjuk ke arah kepala Davika dengan dada naik turun. Lelaki itu masih saja takpuas meluapkan emosinya di hadapan sang adik. Sebagai kakak yang sangat menyayangi adiknya, tentu saja Aldo geram dengan tingkah bodoh yang Davika pilih. Kenapa dia punya adik sebodoh Davika? Bagi Aldo perbuatan Rafi dua tahun lalu, sudah cukup untuk diproses di kantor polisi. Namun, adik bodohnya itu malah memaafkan si berengsek Rafi. Bayangkan, Davika sampai dirawat di rumah sakit karena memar-memar yang muncul akibat siksaan Rafi. Lo tuh adik paling stupid dan idiot tau enggak! Udah ada keluarga yang beneran sayang sama lo, malah lo tinggalin cuman karena tergoda bujuk rayu si Rafi. Gue, Mama, Irvan, dan semua keluarga besar bener-bener enggak ngerti sama jalan pikiran lo! Gumpalan amarah masih saja menaik turunkan dada Aldo. Ia marah karena ia sayang pada Davika. Kakak bebas cacimaki Vika karena Vika juga sadar diri dengan semua kesalahan yang udah Vika lakuin ke Mama, Kakak, Irvan dan semua keluarga besar. Vika benar-benar menyesal, Kak. Maafin Vika. Wanita berusia 25 tahun itu kembali terisak. Gampang banget ya lo minta maaf! Lo pikir dengan kata maaf bisa balikin keadaan kayak semula? Enggak bisa! Lo tahu enggak gimana kondisi Mama saat lo tinggalin hah? Mama sampe dirawat di rumah sakit dan lo dengan entengnya memutus semua akses komunikasi dengan keluarga! Pinter banget kan lo! Lo pikir lo bisa ada di dunia ini karena si Rafi? Enggak Vik! Lo bisa hidup sampe sekarang karena ada Mama sama Papa. Dosa lo tuh udah terlalu banyak tahu enggak! Mendengar ucapan-ucapan Aldo, Davika semakin sesenggukan. Semua ucapan Aldo memang benar. Ia adalah makhluk paling berdosa di sini, mempermalukan keluarga karena hamil di luar nikah, mengabaikan ridho orangtua saat ingin rujuk dengan Rafi, bahkan ia sampai tidak tahu jika sang ibu dirawat di rumah sakit akibat ulahnya. Ah, sungguh pantas Aldo melampiaskan amarah padanya. Awan hitam bergumul dan mulai berjatuhan menjadi hujan, memenuhi rongga dadanya yang kian terasa sesak. Entah berapa banyak bulir air mata yang ia keluarkan hari ini. Davika mulai merasakan pening yang luar biasa, kepalanya berdenyut hebat, dan tiba-tiba semua berubah jadi gelap. Vika! teriak Erna. Wanita itu langsung berhambur menghampiri putrinya yang jatuh pingsan. Al, kamu udah keterlaluan menyudutkan Vika. Cepet bantu Mama! perintah Erna. Aldo enggak salah, Ma! Vika emang pantas diberi pelajaran. Cewek stupid kayak dia tuh enggak bakalan sadar-sadar kalau enggak dikerasin! Mama jangan terlalu baik lah sama dia, biar dia introspeksi diri dulu. Aldo kayak gini tuh karena Aldo sayang dan peduli sama dia, Ma! Kalau Aldo enggak peduli, Aldo enggak akan marah sama dia. Iya Aldo, Mama ngerti, tapi sekarang Mama perlu bantuan kamu. Cepet angkat Vika! Bawa dia ke kamarnya. Sekali lagi, Erna meminta Aldo untuk menolong Davika. Aldo langsung mengangkat tubuh ringan adiknya. Lelaki itu mengernyit karena di matanya, Davika terlalu kurus. Ditatapnya wajah pucat sang adik, berbagai pertanyaan bermunculan di kepalanya. Sebenarnya apa lagi yang dilakukan Rafi pada adik perempuannya itu? Kenapa adiknya bisa sekurus ini? Saat Aldo masuk ke kamar, ia langsung diberondong oleh pertanyaan-pertanyaan Keenan. Om Aldo, Mami ketiduran ya? Kok digendong? tanya si kecil Keenan. Iya nih, Mami kecapaian makanya tidur. Keenan main lagi sama Om Irvan ya! Om Aldo mau ngobrol dulu sama Nenek. Aldo berusaha bersikap sewajar mungkin di depan Keenan. Ia juga berharap semoga Keenan tidak mendengarkan keributan yang ia ciptakan barusan. Oke deh! Om jagain Mami ya! pinta Keenan. Sepeninggalan Keenan, Aldo langsung berbicara serius dengan Erna, ibunya. Erna menceritakan apa yang terjadi pada Davika. Aldo semakin naik pitam tatkala mendengar penjelasan Erna. Gila! Rafi benar-benar laki-laki tidak waras yang pernah Aldo kenal. Ia benar-benar menyesal telah menyetujui pernikahan Rafi dan Davika dulu. Ah, andai ia tahu lebih awal Davika dan Rafi yang berpacaran diam-diam, tentu kehamilan Davika bisa dihindari dan permasalahan hidup Davika takkan pernah terjadi. Jadi dia talak Vika hanya karena status instagram? Freak! Rafi bener-bener cowok saiko! umpat Aldo. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Rafi. Di mata Aldo, Rafi adalah manusia minus akhlaknya. Aldo yakin ini hanya alasan yang Rafi buat-buat, Ma. Enggak logis banget kalau dia marah besar dan berani menalak Vika hanya karena hal itu. Aldo yakin si mata keranjang itu punya selingkuhan di belakang Vika. Mama inget kan waktu Vika mengalami KDRT? Alasan utamanya karena Vika curiga Rafi punya tambatan hati lain selain dirinya. Dasar Vikanya aja yang idiot masih mau memaafkan si buaya Rafi! Lagi amarah Aldo semakin tersulut. Percikan-percikan api itu lambat laun menguras habis rasa percayanya pada Rafi. Padahal sebelum Davika dan Rafi menikah, Aldo sangat dengan lelaki berengsek itu. Mama juga sangat marah Al, tapi sikap kamu sama Vika udah keterlaluan. Melunaklah sedikit Nak, kasihan adikmu. Masa sudah jatuh harus tertimpa tangga pula? Kamu enggak kasihan sama dia? Lihat sampai pingsan begini. Sambil berbicara, Erna dengan telaten mengisapkan kayu putih di hidung Davika. Namun, wanita itu masih saja tak sadarkan diri. Wajahnya terlihat pucat pasi. Al, kayaknya ada yang salah dengan Vika. Berulang kali Mama mengisapkan kayu putih dia masih tetep enggak bangun. Cepet bawa dia ke rumah sakit! teriak Erna panik. ================= Bab 7: Kurang Gizi Dengan sigap, Aldo kembali menggendong Davika ke pangkuannya. Ia memangku Davika dengan ala bridal style. Meski lelaki berlesung pipi itu berusaha untuk tidak peduli pada adiknya, tetap saja hati kecilnya berontak karena sesungguhnya Aldo sangat menyayangi adik-adiknya. Bahkan, saat keluarganya terpuruk Aldo rela jadi tulang punggung keluarga dengan merelakan studi S1-nya. Ia bekerja dalam sebuah proyek pembangunan jalan tol layang bersama Diaz, ayahnya, saat sang ayah belum dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Aldo dan Erna langsung masuk ke dalam mobil milik Chika, istri Aldo, yang Aldo kendarai ke rumah sang ibu. Chika sendiri tidak ikut karena ia baru saja melahirkan putri kedua mereka secara caesar tiga hari yang lalu. Sepulang dari rumah sakit tempat Chika melahirkan, Aldo langsung pamit pada Chika untuk menemui Davika di rumah ibunya. Beruntungnya, Chika yang paham dengan hati suaminya langsung mengizinkan tanpa banyak bertanya. Aldo mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju klinik terdekat. Jelas sekali, tergurat wajah cemas dari Aldo dan Erna, wanita yang melahirkan Davika 25 tahun yang lalu itu. Sesampainya di depan klinik, Aldo dengan sigap kembali menggendong Davika. Sus, tolong bantu adik saya! teriak Aldo seraya menghampiri perawat di meja pendaftaran. Mari, Pak, ikuti saya! ajak seorang perawat berjilbab putih bergaris biru muda. Perawat itu langsung meminta Aldo menidurkan Davika di bangsal gawat darurat. Setelah ditidurkan, perawat dengan sigap mengecek kondisi Davika dan memanggil dokter untuk memberikan diagnosis lebih lanjut. Aldo dan Erna dengan setia menunggu di luar sampai pemeriksaan selesai. Bagaimana, Dok, kondisi adik saya? tanya Aldo begitu dokter keluar dari ruang rawat Davika. Mari masuk, Pak, Bu. Kita bicara di ruangan saya saja, ajak sang dokter ramah. Aldo dan Erna langsung masuk ke ruangan dokter. Keduanya masih menampilkan raut wajah cemas dan was-was. Apa mungkin ada yang serius dengan keadaan Davika? Berbagai pikiran buruk menari-nari di kepala Aldo. Apa jangan-jangan Davika hamil anak kedua? Aldo segera menepis jauh-jauh pikirannya. Ia langsung bergidik. Pokoknya jangan sampai adiknya itu kembali mengandung benih dari si berengsek Rafi. Ibu Davika terlalu banyak pikiran sehingga asam lambungnya naik. Karena hal tersebut, makanya Ibu Davika tak sadarkan diri. Selain itu, ia juga kekurangan gizi. Sepertinya, Ibu Davika jarang makan dan sering menahan lapar. Apa ada tuntutan yang mengharuskan Ibu Davika menahan lapar? Aldo mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia juga menahan amarah dengan merapatkan giginya. Di apartemen semewah itu adiknya harus menahan lapar? Ya Tuhan, sebenarnya manusia macam apa Rafi ini? Mungkin Vika menahan lapar untuk menjaga berat badannya, Dok, agar sesuai dengan harapan suaminya, tebak Erna. Diet yang dilakukan Ibu Davika kurang tepat, Bu. Baiknya, setelah Bu Davika sadar Bapak dan Ibu dapat menasihatinya agar tidak terlalu diforsir. Jika Ibu Davika masih ingin menjalani program diet, saya sarankan lakukan diet dengan benar dan sesuai arahan ahli gizi. Lalu, mohon minta Ibu Davika untuk tidak terlalu banyak pikiran karena segala penyakit biasanya berawal dari pikiran. Saya sudah memasang cairan infus untuk Ibu Davika. Jika cairannya sudah habis dan pasien sudah sadar dan pulih. Pasien diperbolehkan untuk pulang. Baik, terimakasih Dok atas bantuannya, kami permisi ke ruangan Davika dan menyelesaikan administrasi, ucap Aldo seraya merangkul bahu Ibunya yang mulai bergetar menahan tangis. Ya Allah, tega sekali Rafi pada Vika. Kenapa dia tak puas-puasnya memaksa Vika untuk melakukan diet sampai Vika kurang gizi seperti ini, ujar Erna sesenggukan. Wanita itu tak habis pikir dengan apa yang menimpa putrinya. Memang benar putrinya bersalah, tetapi kenapa hukuman untuknya masih saja berlanjut sampai sekarang Ya Tuhan! Apa ini semuanya karena putrinya belum benar-benar melakukan pertaubatan atas kesalahan masa lalunya? Erna kembali menitikkan air matanya. Ia berjanji akan mengajak putrinya untuk memohon ampunan pada Tuhan agar jalan terjal yang dilaluinya bisa segera musnah. Sungguh, tak ada luka yang lebih menyakitkan dari tersakitinya buah hati. Semua ibu akan merasakan hal yang sama jika anaknya terluka, begitu pun Erna. Udah, Ma. Mama harus kuat, jangan sampai Mama juga sakit karena memikirkan Vika. Nanti kalau Vika sudah keluar dari sini, baru kita pikirkan cara membuat perhitungan dengan Rafi, pungkas Aldo. Erna kembali menangis di pelukan Aldo. Semua salah Mama. Andai Mama bisa memaafkan kesalahan Papa, andai Mama dan Papa bisa mempertahankan perusahaan, tentu Vika takkan memilih jalan instan dengan mencari kemewahan dalam kehidupan Rafi. Mama juga tahu kamu, Vika, dan Irvan tak terbiasa dengan jungkir baliknya keadaan kita sekarang. Mama minta maaf untuk semua, di usia tua seperti sekarang Mama hanya merepotkan kalian. Bahu wanita itu kembali berguncang. Sesekali isakan terdengar dari tubuh yang tak lagi sekuat dulu. Udah, Ma. Mama enggak salah, ini memang bagian dari jalan hidup yang sudah Allah tentukan buat kita. Aldo enggak suka Mama menyalahkan diri sendiri kayak gini. Mendingan sekarang Mama istirahat di sofa sana. Mama tenang aja, biar Aldo yang jaga Vika. Aldo memapah ibunya menuju sofa. Kamu enggak pulang, Al? Kasihan Chika, nanti Chika khawatir, tanya Erna. Wanita itu menyeka sisa-sisa air mata di bulu matanya. Enggak apa-apa, Ma. Nanti Aldo telepon Chika kalau Vika dirawat di klinik. Aldo yakin Chika pasti ngerti kok. Setelah itu, Aldo langsung menelepon istrinya dan memberitahu semua yang terjadi pada Davika. Chika menyarankan agar Aldo lebih melunak pada Davika. Sebagai sesama perempuan, Chika bisa merasakan bagaimana perihnya hati Davika saat ini. Davika butuh kita sebagai keluarganya, Pi. Bagusnya kita support dia, jangan sampai Papi memojokkan Vika lagi. Bisa makin stress nanti dia. Mami tahu Papi marah karena Papi sayang sama Vika, tapi udah cukup ya marahnya. Nanti kalau Vika udah sadar, jangan ditambah lagi beban pikirannya dengan kemarahan Papi, ucap Chika di seberang telepon. Gimana Aretha? Rewel enggak, Mi? tanya Aldo mengalihkkan pembicaraan. Sesungguhnya Aldo gamang, satu sisi adiknya dirawat dan sisi lainnya sang istri baru saja melahirkan. Ia sangat berharap istrinya dapat mengerti dengan keadaannya. Alhamdulillah enggak kok, Pi. Tenang aja, Mami dirawat sama Papa dan Kak Indira. Papi fokus dulu aja sama Vika. Nanti kalau Vika udah baikan, ajak dia dan Keenan ke sini biar ketemu sama Ayumi dan Aretha. Setelah memutus sambungan telepon, Aldo kembali ke ruang rawat Davika. Ditatapnya sang adik dengan tatapan nanar. Ada sebersit rasa bersalah karena tadi ia terlalu meledak-ledak di hadapan Davika. Sungguh, Aldo berharap setelah Davika sadar, wanita itu takkan mengulangi kesalahan yang sama untuk ketiga kalinya. Davika mulai membuka matanya. Matanya terasa silau setelah dua jam terpejam. Ia mengerjap-ngerjap dan menatap sekeliling. Ditatapnya jarum infus yang menancap di kulit tangan kanannya. Aroma khas rumah sakit atau klinik menguar di hidung bangirnya. Setelah kesadaran terkumpul dengan penuh wanita itu bangun dan terduduk. Ia melihat ibunya yang tertidur fi sofa dan kakaknya yang tertidur sambil memegang tangannya. Aldo terbangun saat menyadari Davika sudah duduk di ranjangnya. Kenapa Vika dirawat, Kak? ================= Bab 8: Menguar Luka “Kenapa Vika dirawat, Kak?” tanya Davika pada Aldo. “Harusnya Kakak yang nanya, kenapa kamu sampai kayak gini? Sebenernya apa yang udah dilakuin si berengsek Rafi sama kamu? Bisa-bisanya kamu sampai kekurangan gizi dan dirawat kayak gini!” Gemuruh di dada Aldo kembali memberontak. Lelaki itu lupa dengan janjinya pada Chika dan Erna yang akan bersikap lebih lembut pada Davika. Semua pertanyaan di kepalanya harus segera terjawabkan agar ia bisa memutuskan bagaimana sikapnya pada mantan adik iparnya nanti. Jika Rafi benar-benar bertindak di luar batas, sebagai Kakak Davika, tentu Aldo akan membuat perhitungan. “Aku cuman kecapaian aja, Kak,” sahut Davika seraya meminum air putih yang tersedia di meja kecil di samping ranjang rawatnya. Perut dan kepala wanita itu masih terasa nyeri. “Enggak usah bohong! Jelas-jelas dokter bilang kamu kekurangan gizi! Apa jangan-jangan cowok saiko itu masih ngasih nafkah kamu cuman sepuluh ribu sehari dan maksa kamu biar bertubuh ideal kayak masih pacaran sama dia?” cecar Aldo. Bara api terpancar di bola matanya yang menatap Davika dengan tajam. Davika menelan ludah dengan dada yang bergoncang hebat. Ia tahu, saat ini Aldo benar-benar menahan amarah. Wanita itu takut, jika Aldo berbuat nekat. Dengan takut-takut wanita itu mengangguk. “Berengsek!” Aldo refleks meninju tembok di sebelahnya. “Udah tahu punya suami gila dan obsesif kayak si Rafi, masih aja bego dipiara! Kenapa lo enggak pernah pulang atau seenggaknya minta dipulangkan! Gila ya lo, mau-maunya bertahan sama cowok sedeng kayak si Rafi!” umpat Aldo. Davika tersentak dan kembali menangis. Bukan, bukan karena ia sakit hati dengan ucapan Aldo, tetapi ia memang menyadari selama ini terlalu bodoh menyia-nyiakan hidupnya hanya demi lelaki obsesif seperti Rafi. Kenapa ia harus sebucin itu pada Rafi? Bodoh! Bodoh! Davika merutuki dirinya sendiri. Lihatlah, orang yang benar-benar peduli padanya hanyalah keluarga. Ia benar-benar menyesali tindakannya dulu. “Udah cukup Al, interograsinya. Malu nanti kedengeran sama perawat atau dokter yang jaga di klinik ini. Vika juga masih sakit dan butuh istirahat.” Erna yang terbangun karena teriakan Aldo langsung melerai. Wanita itu mengusap-ngusap dada putranya yang masih naik turun menahan amarah. Ia mengajak Aldo untuk duduk dan istirahat. Setelah Aldo tenang, Erna menghampiri Davika dan mengusap pucuk kepala putrinya dengan lembut. “Mama tahu ini semua berat buat kamu. Memang tidak mudah menerima kenyataan pahit dalam hidup, tapi Mama yakin kamu mampu melewati semuanya. Udah enggak usah mikirin Rafi lagi, dia memang enggak baik buat kamu, Vik. Sekarang kamu fokus aja dengan kesehatan kamu, masih ada Mama, Kak Aldo, Irvan, dan keluarga besar lainya yang benar-benar sayang sama kamu.” Sebagai seorang ibu, tentu saja Erna tidak ikhlas dengan perlakuan Rafi pada anak gadisnya. Namun, Erna berusaha bersikap setenang mungkin. Fokusnya saat ini hanya menyembuhkan luka hati putrinya. Ia tak mau amarahnya kembali menguar luka di hati Davika. Setelah pulang dari rumah sakit, Davika disambut hangat oleh keluarga besarnya. Nomor ponselnya kembali dimasukkan ke dalam grup whatsapp keluarga besarnya dan semua mendukungnya agar segera bangkit dari keterpurukan. Vik? pertanyaan Rafi sontak membuat Davika kembali tersadar dari lamunannya. Wanita itu tersenyum kecut. Mereka masih terduduk di salah satu meja di Restoran Hotel Morella tempat Davika dan Devanno rapat tadi. Kakak kesambet apa? Datang-datang langsung meminta aku kembali? Davika tertawa mengejek seraya menautkan kedua alis tebalnya. Kakak nyesel udah ninggalin kamu dan Keenan, Vik. Kakak ingin memperbaiki semuanya, meski mungkin udah terlambat, tapi enggak ada salahnya kan jika kita mencobanya? Rafi berbicara sambil menopang dagu dengan kedua tangannya. Besar harapan lelaki itu agar Davika mau kembali dengannya. Davika menatap lelaki di hadapannya datar. Ah, Rafi kenapa dia datang kembali ke kehidupan Davika. Kedatangannya hanya akan menguar kembali luka yang susah payah Davika sembuhkan. Wanita itu mengalihkan pikirannya dengan cepat dan kembali disibukkan dengan ponselnya. Ia sama sekali tak mau menanggapi secara serius ucapan Rafi. Wanita itu mencoba mengubur memori yang terus-menerus melompat-lompat di kepalanya. Vik, bisa enggak kamu fokus dulu dengan pembicaraan kita? Rafi tampak tak suka diabaikan oleh Davika. Padahal dulu Davika adalah perempuan paling bucin padanya. Rafi yang superior akan sangat senang menuntut gadisnya sesuai keinginannya. Selama bersamanya, Davika adalah gadis paling penurut dan paling takut kehilangan dirinya. Namun, setelah 10 tahun berlalu banyak sekali perubahan dalam diri Davika yang tak Rafi tahu. Penyesalan Kakak udah terlambat. Udah lewat 10 tahun juga, Kak. Aku dan Keenan udah bahagia dengan kehidupan kami saat ini. Jawaban Davika yang tenang, tetap mampu memorakporandakan hati Rafi. Memang benar selama 10 tahun ini, Rafi tak pernah memedulikan Keenan sebagai buah hatinya. Lelaki berusia 39 tahun itu, sedikit menyesal dengan perbuatannya dulu. Sejujurnya, Rafi memang sudah lama mengincar Davika kembali setelah dua tahun lalu tak sengaja melihat akun instagram terbaru milik mantan istrinya itu. Diam-diam hatinya mulai mendesir kembali saat melihat Davika yang semakin bersinar dengan segala prestasi dan kecantikannya. Padahal sampai saat ini, Rafi masih memiliki istri. Picik sekali bukan lelaki satu ini? Ia berniat meninggalkan istrinya, jika nanti Davika bersedia untuk kembali merajut kasih bersamanya. Rafi tidak menyangka Davika bisa jauh lebih cantik dan bersinar dengan kulit mengkilap layaknya topping glazed pada donat. Kulit wanita itu nampak lebih segar, bercahaya, sehat, lembap, dan kenyal. Secara fisik wajah dan tubuh mantan istrinya itu terlihat jauh lebih awet muda dibandingkan saat hidup bersamanya dulu. Di usia 35 tahun, Davika masih terlihat seperti gadis berusia 20 tahunan. Pantas saja wanita ini menjadi model hijab dan selebgram yang cukup terkenal dengan followers mencapai 444 juta. Sebuah prestasi yang takbisa diraih dengan mudah. Bahkan, istrinya yang sekarang takkan mampu menandingi pesona Davika saat ini. Kalau kamu belum siap kembali dengan Kakak, mulai sekarang Kakak akan bertanggungjawab dengan kehidupannya Keenan. Uang sekolah, uang jajan, uang makan Keenan biar Kakak yang tanggung, usul Rafi. Lelaki berkulit putih dan berhidung mancung itu menyeruput latte dalam cangkir berwarna putih gading. Lagi, Davika tertawa sinis dengan tatapan mengejek. “Menafkahi? Enggak usah, Kak. Aku masih mampu membiayai semua hal yang Kakak sebutkan tadi. Lagi pula secara agama, nasab Keenan ada padaku dan Kakak sama sekali tidak berkewajiban menafkahi Keenan meskipun Kakak adalah ayah biologisnya. Sampai kapan pun, orang yang wajib dan berhak atas Keenan hanya aku, ibunya. Semoga Kakak paham dengan apa yang aku sampaikan.” Pernyataan Davika umpama panah yang diarahkan tepat di jantung Rafi. Rafi tak mengira jika Davika akan menjawabnya dengan jawaban seperti itu. Sekarang wanita itu sampai membawa-bawa dalil agama. Ah, Rafi lupa satu hal selain dari fisik dan wajah, Davika juga banyak berubah dalam hal penampilan. Entah sejak kapan mantan istrinya itu memutuskan untuk berhijab, padahal saat bersamanya tak jarang ia menuntut Davika berpakaian modis dan seksi dengan rambut hitam panjang yang tergerai sempurna. Anehnya, penampilan Davika yang tertutup saat ini malah semakin terlihat mengagumkan dan membuat jantung lelaki itu berdebar-debar. Padahal Davika sama sekali tak terlihat sensual, ia terlihat sangat angun, berwibawa, dan terkesan berkelas. “Tapi sebagai ayah biologisnya, Kakak juga berhak tahu keadaan Keenan sekarang. Bagaimana ia tumbuh 10 tahun ini, apa saja kegiatannya, dan bagaimana parasnya.” Rafi takkan mengalah dengan mudah. Ego superiornya jelas merasa terganggu. Davika yang ada di hadapannya sekarang sudah jauh berbeda dengan Davika yang ia kenal 10 tahun lalu dan itu membuat adrenalinnya semakin tertantang untuk menaklukkan kembali wanita itu dalam genggamannya. Davika menahan tawa dengan tangan kanannya. “Setelah 10 tahun Kakak mengabaikan Keenan, sekarang Kakak mau tahu semua hal tentang dia? Tingkah kamu lucu banget sih, Kak. Enggak usah bikin aku ketawa deh! Rasa peduli yang mau Kakak tunjukkan sekarang tuh udah basi. Keenan juga udah enggak inget tuh sama Papinya. Udah lama dia mengubur jauh-jauh impiannya untuk ketemu sama Kakak. Aku harap pembicaraan kita cukup sampai di sini, Kak. Jangan sampai aku menemukan fakta Kakak masih mencari-cari Keenan. Berhenti atau Kakak hanya akan menaburi luka Keenan yang sudah hampir mongering dengan garam dan cabai!” tukas Davika. Wanita itu beranjak dari kursi dan hendak meninggalkan Rafi. Namun, lelaki itu langsung menggenggam lengan Davika. Wanita berhijab peach itu refleks melepaskan genggaman mantan suaminya. “Maaf, Kak, jangan sembarangan bersentuhan denganku. Kita bukan mahram.” “Kakak masih belum selesai bicara, Vik. Dengar baik-baik, sekeras apa pun kamu menolak Kakak, Kakak enggak akan menyerah dengan begitu mudahnya. Kakak akan berjuang sampai kamu luluh dan kembali ke pelukan Kakak.” “Silakan teruskan mimpinya, ya Kak. Saranku lebih baik Kakak berbahagia saja dengan wanita itu dan urungkan niat Kakak untuk memilikiku kembali. Davika langsung berjalan dengan langkah cepat. Dada wanita itu bergoncang hebat. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Di dalam mobil tubuhnya menggigil dan luka-luka itu kembali menganga dan berkelindan di kepalanya. Masih jelas dalam ingatan di hari ke sepuluh ia pergi meninggalkan rumah, Davika kembali ke apartemennya untuk mengambil barang-barangnya yang tersisa. Namun, kedatangannya justru mengejutkan sepasang kekasih yang sibuk memadu kasih di ruang tamu. Apa yang sedang kalian lakukan? Mata Davika membelalak tak percaya. Gumpalan embun menyeruak di mata sipitnya. ================= Bab 9 : Genangan Luka Apa yang sedang kalian lakukan? Mata Davika membelalak tak percaya. Gumpalan embun menyeruak di mata sipitnya. Ia melihat sang suami mengecup hangat dahi seorang gadis yang bersandar di bahunya sambil menonton film romantis di dalam layar datar itu. Vika? Mata Rafi membulat dan kedua pasangan itu langsung menjauh. Oh, jadi ini alasan sebenarnya Kakak menalak aku? Karena perempuan ini kan? Status instagram cuman alasan yang Kakak buat-buat agar bisa melegalkan perselingkuhan kalian! Kalian bener-bener keterlaluan. Tangan Davika mengepal dengan kencang sampai buku-buku tangannya memutih. Terasa sesak dan nyeri dada wanita itu. Susah payah Davika menahan entakan air mata yang mendesak ingin keluar dari mata sipitnya. Pada akhirnya, air mata itu luruh juga bersamaan dengan kekecewaan yang menusuk-nusuk hatinya. Vik, kamu jangan salah paham. Kakak sama sekali enggak selingkuh! ucap Rafi membela// diri. Bohong! Jelas-jelas Kakak selingkuh di depan mata aku sendiri dan Kakak masih ngelak? Napas wanita muda itu memburu menahan percikan-percikan api yang bersarang di dadanya. Tak mudah baginya memusnahkan taman hati yang telah ia sirami selama lima tahun dengan susah payah. Melihat adegan tadi tentu saja hatinya merasakan cemburu. Davika merangsek dan mendorong Rafi agar menjauh dari wanita sialan itu. Dengan gerakan cepat, perempuan berkulit eksotik itu menjambak rambut panjang milik perempuan yang Davika yakini sebagai selingkuhan Rafi. Dasar wanita murahan! teriak Davika kalap. Wanita berpakaian mini itu menjerit ketika rambutnya ditarik lebih kencang. Wanita cantik bertubuh ideal itu terhuyung mengikuti langkah Davika yang membabibuta. Tak sedikit pun Davika berniat untuk melepaskan tangannya dari rambut wanita terkutuk itu. Wanita itu berusaha melepaskan rambutnya dari cengkraman tangan Davika sambil sesekali menjerit. Lepasin Natasha, Vika! Jangan gila ya kamu! Rafi menampar wajah istrinya dan mencengkram lengan Davika dengan kencang setelah melepaskan tangan Davika dari perempuan yang ia sebutkan bernama Natasha. Telinga Davika berdengung karena tamparan dari suaminya itu cukup kencang. Bahkan, tamparan itu menyisakan tanda kemerahan di pipi mulus Davika. Aku gila? Kamu yang gila, Kak! Kamu yang udah bermain gila sama perempuan murahan ini sampai-sampai kamu berani meninggalkan aku dan bahkan sekarang kamu menampar aku di depan wanita ini? Keterlaluan kamu, Kak! teriak Davika histeris. Tangisan wanita itu pecah diiringi layunya taman cinta yang sudah lebih dari lima tahun ia jaga. Davika merasa menjadi wanita paling idiot karena pernah mengelu-elukan Rafi. Pengorbanannya meninggalkan keluarga demi rujuk bersama Rafi ternyata hanya kesiaan belaka. Nyatanya lelaki itu sudah menautkan hatinya pada bunga lain di luar taman yang Davika bangun. Udah cukup Vika, kamu menggila tanpa alasan! Kakak tekankan sekali lagi, Kakak enggak selingkuh kayak yang kamu tuduhkan! Lagian buat apa kamu pulang ke sini? Bukannya udah jelas Kakak menalak kamu dari sepuluh hari yang lalu? cecar Rafi tak terima. Aku ke sini cuman mau ambil barang-barang yang masih tertinggal. Sayangnya, kedatanganku malah membuat perselingkuhan yang kalian lakukan terbongkar! geram Davika. Terserah kamu mau menganggap apa! Yang jelas sejak talak terucap aku bukan suami kamu lagi dan apapun yang aku lakukan sekarang kamu sama sekali enggak berhak buat marah. Apalagi sampai merangsek Natasha kayak tadi! Setelah kamu mengambil semua barang-barangmu, silakan keluar dari sini! Lagi, Rafi mengusir Davika dan kali ini ia mengusir Davika hanya demi perempuan lain. Setelah membereskan barang-barangnya Davika langsung keluar dari apartemen Rafi dengan sesak yang semakin membelit dada. Wanita itu tergugu di dalam lift, berjongkok sambil menangkupkan kedua tangannya di wajah. Bisa-bisanya Rafi berbuat kejam seperti ini padanya? Apa kurangnya Davika sampai-sampai Rafi menginginkan wanita lain? Davika terpaksa menghentikan tangisnya ketika pintu lift terbuka di lantai satu. Ia berjalan dengan perasaan kalut. Matanya sembap dan wajahnya terlihat kusut. Wanita itu menggeret paksa dua koper di lengan kanan dan kirinya. Langkah wanita itu terhenti ketika sebuah suara memanggil namanya. Bu Davika, tunggu! Seorang lelaki paruh baya yang bekerja sebagai petugas kebersihan di apartemen Rafi memanggil Davika. Pak, maaf apa kita bisa bicara lain kali aja? Davika yang sakit hati benar-benar tak mau diganggu. Sebentar aja, Bu. Ada sesuatu yang harus Bapak sampaikan, ujar lelaki tua itu. Yaudah, kita duduk di sana aja, Pak. Davika mengajak lelaki tua itu berbincang di lobby apartemen. Sebelumnya, maaf kalau saya lancang, Bu. Sebenarnya sudah ada 10 harian, Pak Rafi tinggal bersama wanita lain di apartemennya. Meski terkesan kurang sopan, saya rasa Ibu sebagai istrinya harus tahu. Lalu, sejujurnya ketika Ibu sedang keluar dari apartemen, terkadang saya memergoki Pak Rafi membawa wanita itu ke dalam apartemen meski tidak sampai menginap seperti baru-baru ini. Mendengar pernyataan pria paruh baya tersebut, Davika semakin yakin alasan Rafi menalak dirinya bukan semata-mata karena status instagram. Akan tetapi, karena Rafi memutuskan untuk memilih perempuan itu dibandingkan dirinya. Ah, jahat sekali suaminya itu. Suami? Davika meralat ucapannya sendiri, bukan suami melainkan MANTAN SUAMI. Sejak kapan Bapak memergoki Kak Rafi dan perempuan itu? tanya Davika lirih. Terlihat dengan jelas bagaimana kusutnya Davika hari ini. Saya lupa pastinya kapan, Bu. Kalau tidak salah ingat sekitar tiga atau empat bulan yang lalu. Maaf Bapak baru berani bicara sekarang karena melihat sepertinya Ibu bertengkar dengan Pak Rafi sampai Pak Rafi berani membawa perempuan itu untuk tinggal bersama. Saya yakin ibu pun memergoki keduanya di apartemen hari ini bukan? tanya pria paruh baya itu. Davika mengangguk. Makasih, Pak untuk infonya. Saya pergi dulu, ke depannya wanita itu yang akan menjadi tuan rumah di apartemen Kak Rafi. Saya dan Kak Rafi akan berpisah, Pak. Davika langsung memesan taksi online dari layar ponselnya. Setelah 15 menit menunggu, taksi online pun datang membawanya melesat jauh kembali ke rumah Erna. Di dalam taksi perutnya kembali terasa nyeri. Rasanya seperti diremas-remas dan ditusuk-tusuk. Beberapa kali wanita itu meringis menahan sakit. Keringat dingin mulai membasahi kening dan punggungnya. Susah payah Davika mencoba melupakan kejadian tadi. Namun ternyata pikirannya tak bisa menghilangkan luka itu begitu saja. Pengkhianatan Rafi kembali menari-nari di kepalanya. Kedua pasangan itu seolah-olah ada di hadapannya sambil menertawakan kebodohan Davika yang tak menyadari lebih awal hubungan terlarang mereka. Biadab! Berengsek! Segala sumpah serapah terucap dalam hati Davika. Bisa-bisanya selama 3-4 bulan Davika tak menyadari perubahan hati Rafi yang sudah berpaling pada wanita lain. Davika akui wanita bernama Natasha itu jauh lebih cantik dari dirinya. Namun, apa pantas ia mendapatkan pengkhiatan seperti ini? Jika Rafi memang sudah tak mencintainya, kenapa lelaki itu tak melepaskannya saja? Lagi isakan pelan mulai terdengar. Sesampainya di depan halaman rumah Erna, Davika berjalan dengan langkah gontai. Sesak itu semakin menggerogoti hatinya yang terluka. Rasa nyeri di bagian perutnya semakin terasa menusuk hingga akhirnya Davika ambruk ke lantai tepat di depan pintu rumah ibunya. Mbak Vika, enggak kenapa-kenapa? teriak salah satu tetangganya. =================== Bab 10 : Pengumuman Nikah Siri Mbak Vika, enggak kenapa-kenapa? teriak salah satu tetangganya panik. Wanita tambun yang berstatus sebagai tertangga Erna itu langsung meraih tubuh Davika yang ambruk. Ia terlihat khawatir apalagi saat melihat wajah Davika yang pucat pasi. Bu, bisa bantu saya masuk ke rumah? pinta Davika seraya menahan nyeri yang semakin terasa menusuk-nusuk perutnya. Keringat dingin kembali mengalir hampir di seluruh tubuhnya. Sang tetangga langsung membopong Davika seraya mengetuk pintu rumah Erna. Setelah pintu terbuka, keduanya pun masuk. Irvan langsung membantu tetangganya membaringkan Davika di kursi ruang tamu. Keenan yang melihat ibunya kesakitan langsung bertanya, Mami, kenapa? Mami sakit? Keenan menggoyang-goyangkan lengan ibunya. Perut Mami sedikit sakit, Sayang. Davika berbicara sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan nyeri. Keenan langsung menatap dua koper di samping Davika. Anak lelaki itu langsung merengut. Mami abis pulang ke rumah ya? Kok enggak ajak-ajak Keenan sih? Keenan kan kangen sama Papi. Jadi, kapan Papi jemput kita, Mi? Mendengar pertanyaan Keenan bayang-bayang perselingkuhan Rafi kembali berkelindan di kepala wanita berambut panjang itu. Embun itu kembali menyeruak di mata Davika. Sesak itu kembali mendera dada. Napas wanita itu tercekat dan jantungnya serasa berhenti berdetak. Rasa nyeri di perutnya semakin terasa membuat Davika meringis. Irvan yang menyadari ada yang tidak beres dengan kondisi kakaknya langsung mengalihkan perhatian Keenan dan membawa keponakannya menjauh dari ibunya. Keenan jalan-jalan sama Om, yuk! Biarin Mami istirahat dulu, kasihan kan Mami lagi sakit. Keenan mengangguk dan mengikuti pamannya ke luar rumah. Mbak Vika, saya tinggal dulu ya! pamit sang tetangga. Davika mengangguk. Makasih ya, Bu! Sepeninggalan sang tetangga, Davika masih saja memegangi perutnya. Nyeri yang dirasakan tubuhnya tak kunjung mereda. Kepalanya pun terasa pening. Wanita itu mencoba bangkit berdiri dan berusaha mengambil air putih di dalam kulkas. Vika berhenti mikirin peselingkuhan Kak Rafi! Mereka sama sekali enggak penting! bujuk suara hatinya. Namun, sesak itu malah semakin meremukkan dada. Tangis Davika kembali pecah bersamaan bulir-bulir bening yang turun dari matanya. Rasa sakit di perut dan kepalanya tak sebanding dengan rasa sakit yang melukai hatinya. Wanita itu terus saja menangis sampai akhirnya Davika yang tak sanggup menerima kenyataan perihal pengkhiatan Rafi kembali tak sadarkan diri. Erna yang baru saja pulang dari supermarket langsung menjatuhkan barang bawaannya ketika mendapati putrinya tak sadarkan diri di lantai dekat dapur. Buru-buru ia memesan taksi online dan membawa Davika ke klinik yang sama seperti sebelumnya. Sesampainya di klinik, sopir taksi online membantu Erna menggendong tubuh Davika. Kini Davika kembali ke ruang emergency di klinik tersebut. Bu, saya kan sudah bilang Bu Davika harus membebaskan pikirannya dari segala macam hal yang mengganggu. Asam lambungnya kembali naik karena pasien tidak rileks. Terlalu banyak hal yang dipikirkan oleh Bu Davika sehingga membuat perutnya terasa sakit dan nyeri. Stress berlebih yang dialami Bu Davika menjadi faktor pemicu terbesar rasa sakit yang dialami Bu Davika hari ini, ucap sang dokter setelah memeriksa Davika selama kurang lebih 15 menit. Baik, Dok. Nanti saya coba bicara dengan Davika supaya berusaha berpikir positif dan tidak lagi memikirkan hal-hal yang tidak terlalu penting. Terimakasih, Dok. Erna menghampiri bangsal Davika. Wanita berusia 49 tahun itu mengelus-ngelus punggung tangan anak gadisnya. Lagi, wanita itu menitikkan air mata. Sebenarnya apa yang terjadi hari ini sampai-sampai kamu harus kembali dirawat di klinik, Nak? Apa kamu masih mencintai Rafi? Mama harap kamu bisa segera melupakan perasaanmu pada lelaki tak beradab itu. Hidupmu masih panjang, Sayang. Jangan kamu sia-siakan hidupmu hanya demi lelaki minim akhlak seperti Rafi. Erna berbicara sendiri menumpahkan segala isi hatinya di hadapan Davika yang masih belum sadarkan diri. Tiba-tiba saja ponsel Erna berdering menandakan ada satu panggilan masuk dari Irvan. Erna langsung menyentuh tanda hijau bergambar telepon di ponselnya. Assalamualaikum, kenapa Van? Keenan rewel? tanya Erna to the point. Iya, Ma. Keenan nyariin Maminya terus dari tadi, boleh enggak Irvan ke klinik bawa Keenan? tanya adik lelaki Davika yang berusia 20 tahunan itu. Coba, teleponnya kasih ke Keenan biar Mama yang bicara sama Keenan, pinta Erna. Hallo, Nenek. Mami mana? Kok Keenan ditinggalin di rumah? Mami pulang ke rumah enggak ajak Keenan lagi ya? cerocos bocah berusia 5 tahun itu. Enggak dong, masa Mami pulang enggak ngajak Keenan. Mami lagi sakit, Sayang. Lagi disembuhin dulu sama dokter. Nanti kalau Mami udah sembuh, Mami bakal pulang dan ketemu sama Keenan lagi. Keenan kan anak shaleh, makanya doain Mami ya! Biar Mami cepet sembuh. Jangan rewel lagi ya, ganteng. Main dulu sama Om Irvan ya! Iya, Nek. Bilangin ke Mami, sakitnya jangan lama-lama ya, Nek! pinta anak lelaki itu manja. Setelah berbincang beberapa menit, Erna pun pamit dan memutuskan sambungan telepon. Tak lama kemudian, Davika tersadar dan menatap sekitar. Lagi, wanita itu menemukan jarum infus di tangannya. Ah, klinik lagi! Hanya berjarak 10 hari, lagi-lagi ia berada di ruangan yang sama. Ma, maaf ya Vika ngerepotin Mama terus. Mama bawa Vika ke sini sama siapa? tanya Davika seraya berusaha bangkit dari ranjang. Enggak apa-apa, Sayang. Tadi Mama bawa kamu ke sini naik taksi online. Udah enggak usah banyak pikiran, mendingan kamu istirahat. Vika udah cukup istirahat kok, Ma. Ma, Vika minta maaf ya selama ini Vika banyak banget dosa sama Mama. Makasi Mama masih peduli sama anak kurang ajar seperti Vika. Davika tertunduk air mata itu kembali menggenang di pelupuk matanya. Hush, enggak boleh ngomong gitu. Ucapan adalah doa. Lebih baik kamu bicara yang baik-baik aja. Kamu enggak kurang ajar kok, Nak. Kamu cuman pernah khilaf aja. Udah dari lama, Mama maafin kamu kok, Sayang. Masa lalu biarlah jadi masa lalu enggak usah dipikirin lagi, ucap Erna seraya mengecup dahi Davika. Kedua orang itu saling berpelukan melepaskan beban di dada lewat gerimis yang terus turun di mata keduanya. Setelah beban itu terlepas satu persatu, Erna kembali angkat bicara. Vika, boleh Mama tahu, apa yang terjadi hari ini sampai asam lambung kamu kembali naik? Pasti ada sangkut pautnya sama Rafi ya? tanya Erna lembut. Wanita cantik yang tak lagi muda itu masih memegang tangan putrinya. Davika mulai menceritakan kejadian yang ia lihat di apartemen Rafi tadi. Ia juga menceritakan ucapan petugas pembersih apartemen yang cukup membuat luka di hati Davika semakin menganga. Wanita berambut hitam panjang itu kembali terisak. Bohong kalau dirinya tak terluka, jelas sekali berita itu mengguncang hati Davika. Cukup Vika, lelaki berengsek seperti Rafi enggak pantes buat kamu tangisi! Air mata kamu terlalu berharga buat lelaki kurang ajar kayak dia. Bangkit, Sayang! Mama enggak mau lihat kamu dirawat lagi hanya karena buaya darat itu! Erna berucap dengan lembut. Tak ada nada amarah di dalam intonasinya. Wanita itu mencoba menguatkan Davika. Ia memegang kedua tangan anak gadisnya dengan harapan pegangan itu dapat memberikan satu kekuatan lebih untuk sang putri. Davika mengangguk dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Beberapa kali wanita berkulit eksotik itu mengganjur napas mencoba menenangkan badai di hatinya. Tiba-tiba saja ada satu pesan whatsapp masuk dari Rafi. Vik.... Setelah membaca pesan dari Rafi, Davika langsung mengabaikannya. Hatinya sedang tidak baik-baik saja dan ia tak mau membalas apapun yang berhubungan dengan Rafi. Tak berselang lama, pesan lainnya kembali muncul. Davika, Kakak perlu ngomong sama kamu. Lagi, wanita itu mengabaikan pesan Rafi. Ponsel Davika kembali bergetar dan kini ada satu panggilan telepon dari Rafi. Wanita beralis tebal itu hanya menatap layar ponselnya datar. Ia sama sekali tak berniat membalas pesan atau pun mengangkat telepon dari mantan suaminya itu. Hatinya masih terlalu sakit dan perih. Kakak mau ngomong, kalau Kakak udah nikah siri sama Natasha. Sambil nunggu akta cerai kita baru diresmikan. Jadi, Keenan udah punya mama baru. Kakak mau kenalin Natasha sama Keenan boleh? Kalau secara agama kan kita udah sah cerai dari pas kamu pulang ke rumah orangtuamu. Jadi, Kakak sama Natasha udah tinggal bareng kayak yang kamu lihat tadi. Kakak boleh kenalin Natasha ke Keenan enggak? Lanjut yuk, dukung cerita ini ya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan