[Tamat] Sabda Pangiwa III - Topeng Patih

9
5
Terkunci
Deskripsi

SABDA PANGIWA III - Topeng Patih

Total 90 Halaman 

Spoiler :

Ki Gembong menyeringai, matanya tak lepas dari benda itu. “Tak perlu repot-repot. Saya dengar Tuan Baskoro ingin mencalonkan diri sebagai kepala desa?”

Tanpa banyak bicara, mereka bertiga digiring menuju sudut ruangan yang lebih gelap, jauh dari keramaian. Tempat itu dingin. Sejuk yang bukan berasal dari angin malam—melainkan dari sesuatu yang tak terlihat, tapi selalu hadir.

Perbincangan pun dimulai. Baskoro, penuh keyakinan dan ambisi, menjelaskan...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
253 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
200
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Sabda Pangiwa
Selanjutnya PUSAKAYANA 4 - Kembang Getih
13
3
PUSAKAYANAPart 4 - Kembang GetihSpoiler :Cahyo menelan ludah. Nalurinya berteriak untuk pergi, tapi kakinya terus melangkah.Sampai suara...Kroookh... grrrkkh......muncul dari balik kandang ternak.Cahyo mendekat, mengendap di balik pagar kayu. Pemandangan yang ia lihat membuat darahnya membeku.Di dalam kandang, seekor sapi tergeletak tak berdaya. Di atas tubuhnya, menancap sosok orang-orangan sawah yang terlihat tinggi tengah meringkuk dan menggigiti wajah sapi itu, menyedot darahnya dengan suara menjijikkan. Mulut jeraminya bergerak seperti rahang, dan tubuh kayunya bergetar seperti menahan tawa.“Kiikikikik…”Makhluk itu menoleh perlahan ke arah Cahyo. Wajahnya... bukan lagi wajah boneka jerami. Tapi wajah manusia—hangus, gosong, tanpa bola mata. Lidahnya menjulur panjang, hitam, dan meneteskan darah.“Kikikikikikik…”Tertawanya menggema, kecil namun menghantui. Cahyo mundur pelan, tangannya meraba tanah, menemukan batang kayu untuk berjaga-jaga. Cahaya obor dari luar kandang nyaris tak menjangkau bagian dalam—kegelapan menelan sebagian besar ruangan.Tiba-tiba, makhluk itu membeku. Diam. Seolah patung biasa.Cahyo hampir tak percaya, hingga suara-suara dari luar kandang pecah.“Itu! Itu pelakunya!”“Tangkap sekarang! Jangan sampai kabur lagi!!”Cahyo menoleh panik. Puluhan warga desa datang membawa obor, parang, arit, dan tongkat. Mata mereka merah karena marah dan takut. Mereka mengepung kandang.Cahyo tak punya pilihan. Ia memanjat ke atas, menghancurkan bagian atap jerami dan meloloskan diri tepat sebelum warga menerobos masuk.BRAKK!Pintu kandang terbuka. Obor menyala. Beberapa sapi meringkuk ketakutan. Di tengah mereka, orang-orangan sawah itu kini berdiri diam, tertancap pada tubuh sapi yang sudah mati, seolah tak pernah bergerak sejak awal.“Kejadian lagi…” bisik seorang lelaki tua, suaranya getir.“Tadi aku benar-benar melihat seseorang di dalam kandang!” ujar pemuda dengan napas memburu.“Apa... orang-orangan sawah itu bergerak lagi?”Tak ada jawaban.Sesepuh desa itu melangkah pelan ke depan. Ia menatap dalam pada makhluk kayu tersebut. Wajahnya tampak diliputi keraguan.“Apa yang kita lakukan selama ini... benar?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan