Spesial Chapter Kurusetra - Semesta Bara

12
15
Terkunci
Deskripsi

KURUSETRA

Spesial Chapter - Semesta Bara

Spesial Chapter ini dipersembahkan buat teman-teman yang masih belum move on dari cerita Kurusetra. dan cerita ini ekclusive di karyakarsa dan tidak akan dishare di twitter.

Selamat menikmati

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
243 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Kurusetra
Selanjutnya DESA TUMBAL Lemah Mayit Part 1 - Desa Tanpa Nama
11
5
Desa Tumbal “Lemah Mayit”Part 1 - Desa Tanpa NamaProlog :Suara deru mesin bus terdengar berdesing di antara jalur lintas Jawa yang terasa begitu sepi. Aku menatap ke luar jendela, hanya sekumpulan pepohonan yang sedikit terlihat berkat cahaya temaram dari rembulan.Setelah sebelumnya melewati beberapa kota, sebagian banyak penumpang sudah turun dan hanya tersisa sedikit penumpang yang berada di bus ini. Aku salah satunya, dan sepertinya tak lebih dari lima orang yang masih berada di kursi-kursi depanku. Mereka semua terlelap terlena dengan suasana gelap dan alunan lagu era 80an yang disetel oleh sang Supir.Jauh melintasi jalur berkelok di pinggir hutan, entah mengapa tiba-tiba aku merasa bus ini melambat. Perlahan terdengar suara rem bus yang khas berdesis seolah hendak berhenti. Anehnya, aku tak melihat ada satupun terminal, halte, atau apapun di depan. Aku yang bingung pun mendangak berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi. Brak!Pintu bus terbuka. Aku mengernyitkan dahi saat menyadari tidak ada satupun penumpang yang turun ataupun naik. Sempat kukira sang supir ingin mengecek sesuatu, atau mungkin sekedar buang air kecil. Namun ia tidak beranjak dari kursinya dan hanya menatap ke depan tanpa menoleh sedikitpun ke arah pintu penumpang di sebelah kirinya.“Kowe mudun ning kene wae yo, Le…” (Kamu turun di sini saja ya, Nak…)Tiba-tiba suara seorang kakek terdengar dekat di telingaku. Seketika aku tersentak dan jantungku berdegup kencang. Suara tanpa wujud itu membuatku seluruh tubuhku merinding.Aku pun beranjak dari kursiku, mengambil tas yang aku letakkan di ruang kecil di atas kursi. Aku mengenakan tas itu di punggungku dan mElangkah dengan ragu menuju pintu yang terbuka itu.           Kakiku sedikit gemetar. Perasaan yang tak biasa menyelimutiku ketika para penumpang yang sebelumnya kulihat tengah tertidur, kini menatap ke satu arah, ke arahku. Wajah mereka pucat, mereka hanya menatap dengan raut wajah yang datar. Jelas ada sesuatu yang tidak beres dengan keadaan ini.          Aku pun mempercepat langkahku dan turun meninggalkan bus itu. Hanya hutan dan jalanan sepi di tengah gelapnya malam. Namun setidaknya, yang kulakukan adalah keputusan yang tepat. Setidaknya untuk saat ini.          Tepat saat pintu bus itu tertutup, dari jendela tak lagi terlihat penumpang-penumpang yang menatapku dengan wajah pucat. Dari luar terlihat kursi-kursi penumpang itu diisi oleh sosok pocong-pocong yang kini menatapku dengan matanya yang menghitam.          Rasa takutku semakin menjadi, dan aku hanya mampu menggenggam sebuah benda yang terkalung di dadaku sambil membacakan beberapa doa yang kubisa. Bus itu pun menutup pintunya dan berjalan meninggalkanku di pinggir hutan yang begitu gelap.          Tepat saat bus itu pergi, samar-samar terlihat seorang kakek berpakaian surjan lusuh dengan rambut putih yang panjang. Ia menatapku dari seberang jalan sambil tersenyum tanpa suara.          Saat itu aku pun sadar bahwa aku belum lolos dari desa itu. Desa yang dipenuhi oleh manusia dan makhluk-makhluk terkutuk. Desa yang menginginkanku menjadi bagian darinya.          Desa Tumbal Lemah Mayit… ***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan