
PERANG TANAH DANYANG
Spesial Chapter II - Di Balik Kematian
total halaman : 89 halaman
Spoiler :
…“Pergi, Jangga! Mereka sudah datang! Cepat pergi!” Jayanti berteriak, suaranya bergetar di antara keputusasaan dan ketakutan.
Jangga berdiri mematung, tubuhnya kaku seperti batu. Keringat dingin mengalir deras di pelipisnya. Ia pernah mendengar kisah tentang ketiga makhluk itu. makhluk yang dianggap dewa oleh desa. Konon, mereka memberikan kesejahteraan kepada desa dengan bayaran yang mahal. Namun kini,...
PERANG TANAH DANYANG
144
60
14
Berlanjut
Danan, Cahyo dan yang lain berhasil menahan gerbang Jagad Segoro Demit untuk terbuka. Namun tragedi lain mulai terkuak. Trah Sambara harus menjemput takdirnya untuk kembali terlibat dalam Perang Para Danyang.Cahyo yang masih berada di alam manusia tak tinggal diam. Ia harus bersiap jika peperangan itu sampai di alam manusia
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Perang Tanah Danyang
Selanjutnya
JALUR MATI ALAS MERAPI Part 1 - Sukma yang Tertinggal
10
1
JALUR MATI ALAS MERAPI Part 1 - Sukma yang Tertinggal spoiler :
Awan panas menyembur deras dari kubah lava Merapi, menghapus warna hijau lereng dengan abu kelabu. Orang-orang berlarian panik, teriakan mereka bersaing dengan gemuruh tak henti-henti. Tanah di bawahku berguncang, membuat langkahku terhuyung. Suara-suara kacau memenuhi udara, tetapi tubuhku terus bergerak, entah bagaimana aku menjauh dari bencana yang mendekat.“Pak?! Cepat!!” Suara seseorang perempuan menyentakku.Di sela-sela kepulan debu dan kerumunan yang panik, samar-samar aku melihat seorang pria berhenti berlari. Ia berdiri diam, semakin menjauh dariku yang terus melangkah mundur.“Tidak… larilah! Selamatkan dia! Wulan... dia diminta oleh Merapi…” suara pria itu terdengar parau, namun tegas. Aku terpaku.Panas mulai membakar kulitku, seperti napas neraka yang mendekat. Dalam hitungan detik, aku melihatnya, awan panas itu melahap pria tadi, tanpa ampun. Ia lenyap dalam abu, tanpa perlawanan.Gempa kian menggila. Langit menghitam, menutup cahaya terakhir dari dunia. Rasa takut mencengkeramku erat, seperti cakar raksasa yang tak ingin melepaskan. Kakiku gemetar, napasku berat. Apakah ini akhirnya?Sebelum semua itu menelan diriku, tiba-tiba semuanya memudar.Kriiing!!!Aku terbangun.Suara dering telpon membangunkanku dari mimpi itu. Dadaku naik turun, keringat membasahi tubuhku. Mimpi itu..begitu nyata.“Galang?! Bangun!!”Teriakan Tiwi memecah pagi yang masih terlalu nyaman untuk kulepaskan. Nada kesalnya jelas terdengar, mungkin karena ini panggilan yang kesekian kalinya.“Iya, udah bangun ini… Jangan galak-galak,” jawabku malas sambil mengucek mata.“Katanya minta dibangunin, tapi ditelpon puluhan kali malah didiemin!” gerutunya, meski nada suaranya mulai melunak.“Hehe… maaf, maaf. Aku siap-siap dulu ya! Udah sama yang lain?” tanyaku, mencoba mencairkan suasana.“Udah. Farel sama Raka lagi pesen batagor. Kan cuma kamu yang jadwal kuliahnya siang..”“Ya udah, tunggu bentar ya, manis. Sepuluh menit lagi nyampe.” Aku buru-buru bangkit, mencuci muka, dan mempersiapkan diri secepat kilat.Oh iya! Kalau kalian lupa tentang gua, kenalin lagi.. ini gue, Galang Saputra. Mahasiswa semester akhir yang punya obsesi besar sama salah satu gunung terindah di Pulau Jawa: Merapi.Memang bukan guntung tertinggi, tercuram, terindah atau apapun gelar yang diberikan oleh para pendaki. Namun entah mengapa aku merasa memiliki ikatan dengan gunung itu…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan