[TAMAT] SABDA PANGIWA - Keranda Tulah

16
9
Terkunci
Deskripsi

SABDA PANGIWA - Keranda Tulah

total : 90 Halaman

 

PROLOG :

"Nak, jangan pernah kamu mengaku sebagai anak Bapak. Hapuskan nama Bapak dari namamu..."

Malam itu, suara tangis seorang remaja pecah di tengah keheningan sebuah gubuk tua yang tersembunyi di pematang sawah. Di luar, angin menderu kencang membawa bau anyir lumpur dan kematian. Langit seperti ikut menangis, menggantung mendung tanpa hujan. Gubuk reyot itu menjadi satu-satunya tempat yang belum dijangkau oleh teror dari kegelapan.

"Nggak, Pak!...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
242 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Sabda Pangiwa
Selanjutnya PUSAKAYANA 1 - Mimpi dari Sang Dewa
10
0
PUSAKAYANA Part 1 - Mimpi dari Sang Dewa Spoiler : … Dengan gerakan terakhir, ia memakan semua benda yang diambil dari tubuh istrinya—menelannya satu demi satu. Bau darah dan daging terbakar memenuhi ruangan.Lalu... keheningan. Beberapa detik kemudian, tubuh Ki Satmo menggeliat hebat.Ia mendangak, matanya putih. Dari dalam tenggorokkannya muncul sesuatu...Sebatang tombak tua, berkarat dan berlumuran darah, menembus dari dalam mulutnya, merobek rahang dan bibirnya. Tombak itu terus keluar, memanjang, penuh ukiran aneh, disertai semburan darah segar dari tenggorokannya.Manjing Marcapada telah bangkit. Dan semua yang ada di ruangan itu… akan menyesali apa yang baru saja mereka lakukan. Hawa merinding tiba-tiba menyelimuti seluruh ruangan. Suhu udara menurun drastis. Api dalam tungku mendadak meredup, dan asap dupa berubah warna menjadi kehitaman, menggulung seperti makhluk hidup yang meliuk di udara. Bau anyir dan belerang menyatu menjadi satu aroma yang menusuk hidung—tanda kehadiran sesuatu yang tak berasal dari dunia ini.Pusaka itu… bangkit.Dari mulut Ki Satmo, tombak berukir aneh itu terus mencuat—tua, berkarat, namun memancarkan kekuatan yang membuat udara terasa lebih berat. Pada saat itu pula, kutukan yang mengendalikan Ki Satmo patah. Kesadarannya kembali, tapi tubuhnya sudah terlalu rusak. Darah mengucur dari mulut dan lehernya. Rongga mulutnya sobek, tenggorokannya koyak, dan wajahnya tinggal menyisakan siksaan.Matanya menatap kosong ke langit-langit, tersadar akan kematian yang segera datang.“Jadi ini… Manjing Marcapada…” bisik salah satu pria dari kelompok berjubah hitam. Ia mendekat perlahan, matanya berbinar oleh keserakahan.Tanpa ragu, ia menarik tombak itu dari mulut Ki Satmo.SRAK!!! Darah menyembur, tubuh Ki Satmo terguncang hebat. Napasnya kini tinggal desahan pelan, setipis helai rambut yang menari di ujung ajal.Pria itu mengangkat tombak dengan angkuh. “Akulah tuanmu sekarang!” katanya, memutar-mutar senjata terkutuk itu di udara.Namun hanya butuh beberapa detik…Matanya melebar. Napasnya tercekik. Dunia di sekelilingnya berubah dalam sekejap. Ruangan yang semula berisi rekan-rekannya kini penuh mayat, mengenakan pakaian kuno, tubuh mereka terbelah, terbakar, ada yang tergantung terbalik di langit-langit dengan wajah menganga seperti berteriak tanpa suara.“A—apa ini…?! Ini bukan… ini BUKAN Manjing Marcapada!!”…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan