PUSAKAYANA 8 - Alam Pusaka

10
2
Terkunci
Deskripsi

PUSAKAYANA

Part 8 - Alam Pusaka

spoiler : 

 

"Tahan emosimu, Jul! Kita selidiki dulu!" ujar Danan.
Ia menitipkan tubuhnya pada Cahyo dan memisahkan sukma. Roh Danan melayang, menyusuri tempat itu yang menyerupai sarang ular raksasa. Ia menghindari para siluman, mencari biang keladi kekacauan itu.

Namun ketika melayang di atas dewi ular bersisik putih itu, sosok tersebut langsung menyadari kehadirannya. Ia menatap Danan, tersenyum menggoda.

Tanpa disadari, seekor ular besar mengendap, bersiap menyergap....

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
255 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Pusakayana
Selanjutnya PUSAKAYANA 9 - Jagat Menungso
6
3
Pusakayana Part 9 - Jagat MenungsoSpoiler :“Sendirian di puncak bukit selama ini pasti sepi, ya…” ucap Naya sambil menatap ke arah langit. Bulan bundar menggantung seperti mata para leluhur yang terus memperhatikan mereka dari atas.Buto Kendil tak menjawab, tapi tubuhnya sedikit mengendur, seolah menunjukkan perasaan lega karena kehadiran seorang sahabat. Naya lalu menoleh ke arah makam kecil yang ada tak jauh dari situ—makam ayah Danan, yang sudah lama bersemayam di tanah itu.Dengan suara lirih, Naya berkata, “Aku mendapat mimpi…”Tangannya meremas jubah tipis yang ia kenakan. “Mas Danan akan gagal. Petaka akan datang… dari tempat yang bahkan tak bisa dijangkau manusia.”Buto Kendil hanya menatap, diam.Sudah tiga malam berturut-turut mimpi itu datang. Naya melihat desanya runtuh dalam asap dan api. Ia melihat Danan pulang membawa kekalahan, dan bersamanya—bencana yang tak bisa ditahan.“Desa sudah menggelar ritual. Ki Arsa memimpin langsung. Dia juga bersiap pergi ke tempat dalam mimpiku. Semua ini agar petaka itu tidak benar-benar datang…”Buto Kendil mendengarkan. Tiba-tiba ia berdiri, tubuhnya membesar perlahan, jauh lebih besar dari terakhir kali Naya melihatnya bertarung di Padang Kurusetra.“Gik… gik… gik…”Ia tertawa keras, sambil memukul-mukul dadanya—gaya khasnya saat menyatakan kesiapan untuk bertempur.Naya tak bisa menahan senyum. “Iya… iya… aku tahu, kau bisa diandalkan, Buto Kendil.” Suaranya lembut, penuh kasih, seperti berbicara kepada kakak tua yang sering menghibur di tengah masa kecilnya yang sunyi.Lalu ia menunduk pelan. “Tapi tetap saja… aku berharap Mas Danan berhasil, agar kita tak perlu kehilangan siapa-siapa lagi.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan