Manten Mayit Part 2 [Tamat] - Pesta Penumbalan

11
9
Terkunci
Deskripsi

Manten Mayit

Part 2 - Pesta Penumbalan [Tamat]

…            Aku menoleh ke arah Nyi Sendang Rangu yang masih duduk dengan menawan namun membuang muka dari kami.

            “Kamu sih jul, ngomong nggak dipikir,” ucapku menyalahkan ucapan Cahyo yang membuat Nyi Sendang Rangu tersinggung barusan.

            Tapi saat kami hendak kembali mengejar...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
259 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Manten Mayit
Selanjutnya Daryana Putra Sambara Part 5 (Akhir season 1) - Perburuan di Hutan Malam
13
7
DARYANA PUTRA SAMBARAPart 5 - Perburuan di Hutan MalamSpoiler :…Firasatku buruk, benar-benar buruk…            Sudah cukup lama kami menanti serangan Watara, tapi seranganya tak kunjung datang.            “Dia melarikan diri?” Tanya Pakde Indra.            “Harusnya tidak, tujuan Watara adalah membalas dendam,” balas Mpu Randu.            Aku setuju dengan jawaban Mpu Randu. Tapi firasatku benar-benar mengganjal. Akupun melihat prajurit Mas Brasma yang terluka, dan saat itu aku mengingat sesuatu.            “Tidak.. Jangan sampai..”             Ucapku yang segera berlari meninggalkan lingkaran.            “Tunggu Putra, mau kemana!” Pakde Indra mencoba mengejarku.            “Desa! Kalau firasatku benar, Desa dalam bahaya!” Teriakku sembari bergegas berlari secepat mungkin meninggalkan mereka.            Bagaimana mungkin kami bisa lengah?            Aku memaksa nafasku untuk terus berlari. Aku tak bisa menghentikan langkahku saat teringat akan keadaan desa bila Watara sampai di sana. Aku tak bisa membayangkan bila terjadi sesuatu pada pemilik kedai dan pemilik penginapan.            Belum sampai aku di gerbang desa, suara pedang dan teriakan sudah terdengar.            “Sial, dia benar-benar di sana,” gerutuku.            Dari jauh aku melihat sisa-sisa prajurit Mas Brasma bergelimpangan dan terpental saat mencoba melindungi warga desa.            Suara raungan Watara yang tidak seperti manusiapun membuat gemetar seluruh warga desa.             “Jangan sentuh mereka!” Ucap prajurit yang menghadang Watara. Ada sesuatu yang ia lindungi di belakangnya.            Watara memandangnya sebelah mata, dengan sekali hempasan prajurit itu terpental. Watarapun mencengkeram dan mengangkat seorang warga desa. aku memperhatikanya dengan jelas, warga itu hanya seorang anak kecil yang tak mampu menggerakkan kakinya untuk kabur.            “Lepaskan anak itu! Lepaskan!” prajurit itu mencoba menyerang dengan menusukkan pedangnya di persendian lengan Watara, namun Watara terlihat kesal. …
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan