
KUTUKAN SEWU LELEMBUT
Part 6 - Wanara
Kemunculan Meong hideung Gama, Wirangon milik Raden Rahardian, dan Nyi Sendang Rangu tidak cukup untuk mengalahkan Raden sengkuni.
Pasukan yang terdiri dari sosok-sosok yang pernah dibunuh oleh raden sengkuni dan mayat-mayat yang dikumpulkan oleh Baron dan Keling pun membuat peperangan ini menjadi tak terlihat ujungnya. Namun dengan dengan bantuan dari pendekar-pendekar yang dibawa bersama Jagad berhasil memberi harapan untuk menghentikan kegilaan Raden sengkuni....
Kutukan Sewu Lelembut
77
91
8
Berlanjut
Kasta, kehormatan, dan pengabdian… Manusia membentuk tingkatan derajat untuk menempatkan diri lebih tinggi lewat kebijaksanaan, keterampilan, dan kekayaan yang kemudian menempatkan seorang individu atau kelompok pada posisi yang berada di atas lainnya. Tujuannya tentu agar mereka bisa membagikan kelebihannya untuk kehidupan manusia yang lebih banyak. Sayangnya, kasta akan terus melekat pada keturunan-keturunanya, meski kebijaksanaan tidak lagi melekat. Kehormatan yang semestinya menjadi tanggung jawab moral untuk menjadi bermanfaat bagi sesama malah disalahgunakan sebagai justifikasi untuk menindas. Hanya garis darah yang menentukan mereka memiliki gelar dan kasta. Bukan lagi kebijaksanaan yang diturunkan, melainkan pengabdi, ilmu gaib, hingga kutukan yang mereka rawat dan akan terus menjerat. Dan ketika waktunya tiba, mereka harus menuai apa yang menjadi konsekwensi atas apa telah mereka tabur.Kutukan Sewu Lelembut. ***
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Kutukan Sewu Lelembut
Selanjutnya
KUTUKAN SEWU LELEMBUT Part 7 - Ajian Pemutih Raga
9
10
KUTUKAN SEWU LELEMBUTPart 7 - Ajian Pemutih RagaSpoiler : …perlahan terbakar dan menghitam. “Waktu kita hanya sampai serat lontar ini terbakar habis, setelahnya Jagad akan membawa kita semua ke alam itu..” ucap Bli Waja. “Apa Mas Jagad sanggup?” Tanya Cahyo. “Ini pilihannya! Tugas kita adalah memastikan rencana ini berjalan lancar!” Ucap Bli Waja. Kami bertiga berdiri bersandingan. Tanpa adanya hujan Nyi Sendang Rangu, Wanasura pun kembali ke tubuh Cahyo dan menyatukan kekuatannya. Udara begitu panas, namun kami harus menahannya hingga kami benar-benar bisa mendaratkan serangan kami. Sayup-sayup terdengar suara gending gamelan bali mengiringi gerakan rangda Bli Waja. Aku merasakan bahwa Bli Waja tidak bertarung sendirian di sini. Di tanah dewata ada yang mendukungnya dan menyalurkan kekuatan. “Wanasura!” Cahyo menyusul Rangda Bli Waja dan beradu sengit dengan Raden Sengkuni. Benar, berbeda dengan sebelumnya. kali ini Raden Sengkuni menahan dan melawan semua serangan mereka berdua. Ini menandakan pangaweruh Raden Sengkuni benar-benar tertahan. Berarti inilah saatnya…. Aku membacakan sebuah mantra dengan Keris Ragasukma tepat berada di depan dahiku. Gunung pangurip jiwo ana ring rahining wang Hapanas geni langgeng rogo sampurna Sang rogo putih, Sang jiwo mutih.. Permata biru di Keris Ragasukma menyala. Di kepalaku teringat kejadian dimana Ajian Segoro Demit yang menyelimuti Nyai Jambrong dulu bisa dihapus oleh leluhurku. Daryana putra sambara……
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan