Kurusetra Part 2 - Jagal Mayat

12
10
Terkunci
Deskripsi

KURUSETRA

Part 2 - Jagal Mayat

Sinopsis :

Di tengah ketidak berdayaan mereka. Danan, Cahyo, dan Paklek sudah melakukan langkah antisipasi seandainya mereka tak lagi bisa selamat. Pusaka Keris Ragasukma dan Keris Sukmageni sudah mereka temui dengan orang-orang yang mereka percaya. Bahkan tanpa diduga, Cahyo juga sudah menitipkan roh wanasura pada sosok kera putih yang dibawa oleh Kliwon. 

Saat mereka tengah mencari cara untuk kembali ke tubuh mereka dengan aman, sebuah keanehan terjadi. Laut selatan...

1 file untuk di-download

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
259 konten
Akses 30 hari
1,000
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
Kurusetra
Selanjutnya Kurusetra Part 3 - Prasasti Batas Zaman
10
9
KurusetraPart 3 - Prasasti Batas ZamanSpoiler :            Seorang anak perempuan berjalan tertatih ke arah kami dari kumpulan pohon-pohon tandus.            “Nan! Anak kecil!” Teriak Cahyo yang bergegas ingin menghampiri anak kecil itu, Namun aku menarik tubuhnya dan menahannya.            “Jangan, Jul!” Tahanku.            Cahyo heran dengan maksudku, namun sebelum aku menjelaskannya Cahyo sudah mendapat jawabannya sendiri.            Seketika kepala anak itu jatuh ke tanah dan tubuhnya tetap berjalan ke arah kami. Dari dalam lehernya terlihat sekumpulan ular yang menguasai tubuh anak kecil itu.             “Sialan!” Geram Cahyo.            Alih-alih menghadapi setan itu, kami semua memilih untuk mundur. Sang pemuda yang sempat menolong kami pun mengikuti kami.            “Syukurlah kalian orang baik,” ucap pemuda itu.            “Syukurlah, masnya juga..” Balas Cahyo.            Aku menyenggol Cahyo menegur sikapnya yang mungkin bisa menyinggung pemuda itu.            “Maaf tapi waktu saya tidak banyak, saya harus mencari obat untuk menyembuhkan kutukan Raja saya. Saya izin pamit,” Ucap pemuda itu.            Paklek yang masih penasaran dengan sosok pemuda itu ingin menahannya, namun pemuda itu dengan segera berlari mengikuti petunjuk yang sepertinya baru saja ia dapat.            “Sepertinya kita akan bertemu dia lagi,” ucap Paklek.            “Mungkin, Paklek..” Balasku.            Saat aku dan Paklek menyelesaikan perbincangan kami, tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh pada Cahyo. Nafasnya menderu dan tatapannya mulai kosong..            “Jul! Panjul! Sadar Jul!” Teriakku mencoba menyadarkan Cahyo. Sayangnya Cahyo tidak menggubris.Sebaliknya, Cahyo menggeram seolah mengancam.            Paklek dengan cekatan memutarkan tangannya beberapa kali dan menyalakan Geni Baraloka. Ia meletakkan tangannya yang terbakar api itu ke punggung Cahyo. Perlahan nafas cahyo kembali normal dan ia mulai mendapatkan lagi kesadarannya.            “Jul?” Tanyaku.            “Aku kenapa, Nan?”            Paklek mematikan kembali Geni Baralokanya agar kami tidak menjadi incaran setan-setan di alam ini.             “Jangan lengah! Kesadaranmu hampir saja diambil alih! Paklek tidak punya kekuatan seperti Nyi Sendang Rangu dan Wanasura yang bisa mempertahankan kesadaran kalian seterusnya. Pagari diri kita masing-masing,” Jelas Paklek.            Aku dan Cahyo mengangguk. Kami pun membacakan doa-doa sepanjang perjalanan sebagai pernyataan bahwa nyawa kami dalam genggaman Sang Pencipta. Alam ini tidak punya hak untuk mengambil kesadaran kami. Sayangnya, memang terlalu berat bagi roh manusia biasa berjuang di alam ini.            “Kita harus mencari tempat yang aman secepatnya sebelum kita juga menjadi setan-setan seperti mereka yang bergentayangan di alam ini,” Ucap Paklek.            Dharrr!!            Di tengah kebingungan kami, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara dentuman yang keras. Dentuman itu diikuti dengan getaran dari dalam tanah yang semakin lama semakin besar.            “Paklek! Itu!” Teriak Cahyo menunjuk ke salah satu arah.            Gunung api…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan