
KUTUKAN SEWU LELEMBUT
Part 4 - Astana Giridanyang
Spoiler :
Sebuah cerita mengenaskan diceritakan oleh seorang penjaga warung yang berada tak jauh dari Alas Rowosukmo. Sebuah kisah tentang keberadaan sebenarnya dari reruntuhan yang muncul dari longsor itu. Leluhurnya mengenalnya dengan nama Astana Giridanyang, Tanah para pendekar.
Sayangnya kisah mengesankan itu merupakan awal dari bencana yang mereka hadapi. Bahkan berbagai kejadian terjadi seolah tidak ada sedikitpun nafas diberikan untuk Danan...
Kutukan Sewu Lelembut
77
91
8
Berlanjut
Kasta, kehormatan, dan pengabdian… Manusia membentuk tingkatan derajat untuk menempatkan diri lebih tinggi lewat kebijaksanaan, keterampilan, dan kekayaan yang kemudian menempatkan seorang individu atau kelompok pada posisi yang berada di atas lainnya. Tujuannya tentu agar mereka bisa membagikan kelebihannya untuk kehidupan manusia yang lebih banyak. Sayangnya, kasta akan terus melekat pada keturunan-keturunanya, meski kebijaksanaan tidak lagi melekat. Kehormatan yang semestinya menjadi tanggung jawab moral untuk menjadi bermanfaat bagi sesama malah disalahgunakan sebagai justifikasi untuk menindas. Hanya garis darah yang menentukan mereka memiliki gelar dan kasta. Bukan lagi kebijaksanaan yang diturunkan, melainkan pengabdi, ilmu gaib, hingga kutukan yang mereka rawat dan akan terus menjerat. Dan ketika waktunya tiba, mereka harus menuai apa yang menjadi konsekwensi atas apa telah mereka tabur.Kutukan Sewu Lelembut. ***
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses
Kategori
Kutukan Sewu Lelembut
Selanjutnya
KUTUKAN SEWU LELEMBUT Part 5 - Pendekar Jagad Segoro Demit
6
13
KUTUKAN SEWU LELEMBUTPart 5 - Pendekar Jagad Segoro DemitAngin dingin berembus begitu kencang menerpa wajah Cahyo yang tengah berdiri di atap kereta yang tengah berjalan kencang menembus malam.“Jul! Aku nyusul!” teriak Danan dari perbatasan gerbong, tapi ucapannya itu belum terwujud dengan keberadaan penumpang kereta yang berkerumun mengarah padanya.“Nggak usah, Nan! Biar aku yang ngurusin demit ini, kamu cari cara untuk menyadarkan orang-orang itu dan menghentikan kereta ini aja!” Keadaan benar-benar di luar kuasa Danan dan Cahyo. Perjalanan yang mereka harapkan bisa menjadi waktu untuk sejenak istirahat malah merupa mimpi buruk yang harus dihadapi. Semua itu dimulai dengan kemunculan sosok yang mengaku bernama Ki Tunggulpati yang muncul di kereta tanpa mereka sadari. Dalam hitungan menit saja, seluruh penumpang di kereta itu dikuasai oleh setan-setan gentayangan pengikut Ki Tunggulpati. Mereka semua tak sadarkan diri dan nyawa mereka berada dalam bahaya.“Seluruh penumpang kereta ini sudah ditakdirkan menjadi tumbalku. Tidak ada gunanya kalian melawan…” ucap Ki Tunggulpati dengan seringaian yang bengis.Ia yang sebelumnya berwujud kakek-kakek kini berubah menjadi sosok bertangan empat yang panjang dan bergerak menyerupai seekor laba-laba raksasa. Ia mencengkeram satu gerbong dengan tangan dan kakinya yang panjang untuk menghadang Cahyo di atap kereta.“Jangan bercanda!” Cahyo mengepalkan tangannya, ia tak langsung memanggil Wanasura, tapi menggunakan ajian penguat raga dan menghantamkan pukulan ke arah wajah Ki Tunggulpati. Sraaaat!!!Ki Tunggulpati tahu ia tidak bisa menahan serangan Cahyo yang melesat cepat karena ukuran tubuhnya, tapi ia meludahkan cairan hitam yang sanggup melelehkan benda ke arah Cahyo. Beruntung Cahyo menyadarinya dan memilih menyingkir.Sementara itu, dari sisi gerbong sebelah tangan panjang melesat ke arah Cahyo. Ia hendak menghindar, tapi gumpalan cairan hitam yang diludahkan Ki Tunggulpati juga mengarah kepadanya. Cahyo tak bisa menghindari keduanya.Bugghh!!!Cahyo terkena telak pukulan itu dan terpelanting beberapa meter hingga tubuhnya membentur sisi antena kereta, beruntung ajian penguat raga mengurangi rasa sakit sempat ia rapalkan dan tangannya mencengkeram atap kereta sehingga ia tak jatuh.Cahyo terbatuk dan mengeluarkan darah. “Sial!” Kali ini Cahyo bergegas bangkit, tapi Ki Tunggulpati sudah lebih dulu berada di dekatnya dan menghunuskan kuku-kuku tajamnya dari ketiga tangannya untuk menembus tubuh Cahyo.“Sayang sekali kau terlalu berbahaya untuk kujadikan tumbal…” Ki Tunggulpati terkekeh.“Jangan harap!” balas Cahyo.Karena tak punya pilihan lagi, dengan sekuat tenaga Cahyo memanggil kekuatan Wanasura dan memukul sisi gerbong di sampingnya hingga gerbong itu hampir terjatuh miring. Ki Tunggulpati kehilangan pijakannya dan oleng.“Kaulah yang harus kembali ke kuburanmu!” hardik Cahyo yang telah berhasil kembali ke atap dan menghantamkan sebuah pukulan yang dengan cepat ditangkis dengan tangan panjang Ki Tunggulpati yang tampak kian geram.Buaggh!!!Krakkk!!!Pertarungan sengit terjadi di atap kereta, sesekali Cahyo harus memperhatikan sisi di hadapannya untuk memastikan ia berada di posisi yang tepat untuk merunduk di terowongan atau melompati kabel listrik. Ia pun tak bisa salah pijak.Sementara itu Danan tak henti-hentinya membacakan amalan putih untuk menenangkan roh yang merasuki penumpang kereta. Sayangnya, kondisi Danan tidak lebih baik. Ada puluhan orang mengerumuninya dengan niat membunuh dan ia tahu tidak mungkin bisa melawan atau menyakiti penumpang kereta yang juga merupakan korban.Satu per satu penumpang mulai pulih, tapi roh gentayangan lain langsung merasuki mereka lagi. Seperti pekerjaan yang tak habis-habis. Yang Danan khawatirkan adalah sang masinis dan semua awak kereta yang belum jelas nasibnya.Itu artinya, kereta berjalan tanpa kendali.Entah berapa lama kereta ini akan bertahan. Mana yang akan muncul lebih dulu di hadapan mereka? Perpindahan rel? Jalur buntu? Atau kereta yang berpapasan dengan mereka? Biar bagaimanapun Danan dan Cahyo harus segera mengambil keputusan dan menyelesaikan pertempuran di kereta. Namun, tak semudah yang mereka kira.Ada orang-orang yang harus mereka hubungi untuk ikut membantu menghadapi apa yang sedang terjadi di Astana Giridanyang. Mereka sepakat bahwa mereka akan mencari bantuan dari Timur, sementara Jagad dan Dirga akan mencari bantuan dari Barat.Gama, Budi dan Kimpul pun melakukan hal yang sama saat melihat apa yang tengah terjadi di Astana Giridanyang. Tentang sosok yang sedang melakukan ritual penyempurnaan untuk menguasai Kutukan Sewu Lelembut… ***
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan