[CERPEN] Monolog Uang

0
0
Deskripsi

Sebelumnya izinkanlah aku memperkenalkan diri terlebih dahulu meski aku tahu perkenalan bukanlah hal yang amat-amat penting di zaman sekarang, apalagi jika kita sudah tak asing antara satu dengan lainnya. Tapi sebagaimana yang berlaku bahwa kesan pertama adalah segalanya, mau tidak mau beginilah pada akhirnya aku harus memulai. 

Namaku adalah uang. Tapi dunia biasa menempeliku dengan julukan yang aneh-aneh. Mereka menyebutku sihir, kekuatan, kekuasaan, senjata, bahkan beberapa orang memanggilku...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [FIKSI MINI] Percakapan di Laut Karibia
0
0
Sebuah kapal melintas di perairan Karibia. Di dek kapal, terjadi percakapan antara kapten dan salah seorang awaknya.“Menurutmu, haruskah kita balik arah ke Bahama dan melupakan Bermuda?  Lagipula kita sudah menguasai Port Royal [1]?” tanya sang kapten.“Sir? Aku tidak melihat alasan yang darurat untuk itu.”“Pernahkah terpikir olehmu kita berhenti hidup di lautan dan melupakan ambisi kita?” timpal sang kapten lagi.“Bukankah mimpi harus diperjuangkan, Sir?”“Mimpi seperti pedang bermata dua, Tuan.”“Seingatku aku sedang berada di atas kapal tercepat di perairan Karibia, Sir, dengan kapten yang memiliki armada besar di teluk Meksiko.” “Kau belum mengerti?” “Aye, Sir, aku mengerti. Kita harus berjuang lebih keras untuk mewujudkan mimpi kita dan menjadi teror di seluruh lautan dunia!”“Bukan itu, bodoh!” “Tentang mimpi dan pedang bermata dua itu, Sir?”Sang kapten mengangguk penuh keyakinan. Tapi tatapan matanya kosong. “Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Sir, percayalah. Impianlah yang membuat manusia tetap hidup.”“Sudah kuduga. Kau benar-benar tak mengerti.” Awak kapal itu memandang kaptennya dengan sangat heran. “Tidakkah kau tahu…” Sang kapten tak meneruskan ucapannya. Ia mengambil botol rumnya lalu menenggaknya hingga tandas tak tersisa. Untuk sesaat mereka sama-sama diam. Pandangan keduanya tersita oleh langit di kejauhan yang mulai bercorak merah. Suasana begitu indah dan tenang sebelum sebuah hantaman ombak di buritan membuat mereka sadar. Kapal terguncang dengan amat keras. Para kelasi berteriak-teriak menunggu keputusan sang kapten. Layar mulai digulung sebab angin badai datang dari sudut mati.  Kapten dan awak kapal itu berlari menuruni dek, mereka saling bertatapan.“Sir?”“Tidakkah kau tahu bahwa mimpilah yang membuat Flying Dutchman [2] menjadi bangkai di Tanjung Harapan?”  [1] Sebuah kota di bagian Tenggara Jamaica yang dipercaya pernah menjadi sarang bajak laut.[2] Menurut mitos, The Flying Dutchman adalah kapal hantu yang berlayar tanpa awak dan dikutuk mengarungi tujuh samudera sampai akhir zaman. Berlayar dengan tujuan pulau Jawa dengan kaptennya yang bernama Van der Decken. Tenggelam di Tanjung Harapan, Afrika Selatan setelah dihantam cuaca buruk.  TAMAT
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan