
Di panas terik Kota Mamay yang ramai terlihat segerombol warga yang sedang menunggu antrian bergiliran untuk memotong rambut mereka. Tak seperti toko penyedian jasa yang lain, Unggula Babershop menjadi primadona warga disini. Kualitas alat yang dipakai, higenis kebersihannya, juga keahlian para pemotong rambut patut diakui jempol, bahkan sang Walikota Mamay merekomendasikan tempat ini kepada warganya.
Di panas terik Kota Mamay yang ramai terlihat segerombol warga yang sedang menunggu antrian bergiliran untuk memotong rambut mereka. Tak seperti toko penyedian jasa yang lain, Unggula Babershop menjadi primadona warga disini. Kualitas alat yang dipakai, higenis kebersihannya, juga keahlian para pemotong rambut patut diakui jempol, bahkan sang Walikota Mamay merekomendasikan tempat ini kepada warganya.
Kini giliran Peppy, si gadis berjaket merah yang sangat nekat memakai jaket di siang terik ini. Tak apa baginya untuk berpanas-panasan demi mendapat hasil maksimal dari rambutnya yang harus ia potong demi memasuki akademi militer. Sudah hampir dua jam ia menunggu, ia kini sudah duduk di depan cermin datar dengan dekorasi batik yang mencolok kuning dan biru. Sang pemotong bernama Jams berkumis panjang berkata kepada Peppy apakah ia siap untuk dipotong rambutnya. Peppy menjawab “iya”. Ini demi bisa masuk dalam akademi militer yang ia idam-idamkan.
Namun, sebelum Jams memotong rambutnya, ia berkata, “Apa kau yakin memotong rambut panjangmu yang indah ini. Banyak gadis diluar sana yang ingin memiliki rambut panjang sepertimu dan banyak pula gadis yang menyesal telah memotong rambutnya.”
Peppy tak peduli dan menjawab, “buat apa aku menyesal. Aku punya tujuan lain setelah aku memotong rambutku. Bagiku, diluar sana, hanya mereka yang tidak memiliki mimpi hanya menyesali apa yang telah mereka buat. Aku sudah memikirkan ini matang-matang.”
Jams tersenyum miring. “Kau sungguh pemberani wahai si jaket merah. Keberanianmu layak diperlihatkan khalayak banyak. Tetapi, hukum alam pada wanita kadang membuat diri mereka sendiri menyesal. Rambutmu adalah cerminan dirimu. Bagi Kota Mamay, rambut adalah mahkota. Dan aku bertanya lagi. Apakah kau yakin dengan keputusanmu?”
Peppy mendengus pelan, “silahkan. Aku yakin dengan keputusanku dan siap menerima resikonya.” Dan Jams segera mengambil gunting dan mulai mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan.
Nona Kyle berjalan mondar-mandir di depan rumahnya. Menunggu putri semata wayangnya yang tak kunjung pulang. Hingga sebuah motor berhenti di depan gerbang dan turunlah Peppy dengan gaya model rambut yang baru.
Begitu kagetnya Nona Kyle saat melihat rambut Peppy, “apa yang telah kau lakukan dengan rambutmu itu. Kenapa kau tidak bertanya dulu dengan bunda tentang ini?”
Menjawab dengan santai, “Peppy akan mendaftar akademi militer. Jadi, Peppy harus memotong rambut Peppy supaya diterima di akademi militer. Peppy sudah bilang kepada Papa.”
Nona Kyle mendekati Peppy dan melotot, “Peppy, apa kamu tak pernah mendengar mitos tentang seorang gadis yang meninggal setelah memotong rambutnya?”
Peppy geleng-geleng kepala, “Guruku tidak pernah bercerita tentang hal itu. Jika itu benar, Peppy tidak peduli. Toh, itu hanya mitos bukan kejadian yang benar-benar terjadi.”
Makan malam telah tiba. Sebuah meja segiempat gagah berdiri di tengah-tengah ruangan dapur. Masih terlihat raut wajah tak senang dari Nona Kyle, sedangkan sang Papa masih sibuk dengan koran harian “Kabar Mamay” yang menutupi wajahnya.
“Papa, apa kau tidak tau apa yang telah dilakukan oleh putrimu. Dia telah berani memotong rambut panjangnya,” Nona Kyle memulai pembicaraan.
“Tentu saja Papa tahu, Bunda. Peppy akan memasuki akademi militer dan itu hal yang sangat wajar untuk dilakukan,” Papa membela Peppy, anak gadisnya itu.
“Papa juga sama saja seperti Peppy. Tidak pernah percaya mitos bahwa seorang gadis tidak boleh memotong rambutnya sampai ia telah memasuki usia duapuluh tahun.” Lagi, Papa dan Peppy tidak memperdulikan perkataan Nona Kyle.
Mengambil selimut dan memposisika diri untuk tidur, Peppy meneguk air susu terlebih dahulu, kebiasaannya setiap hari. Dan kini Peppy larut dalam dunia mimpinya dunia gelap yang tidak pernah orang tau. Ia melihat monster.
“Aaarrrggghhhh,”
Peppy terbangun dan melihat sekitar. Tidak ada apa-apa. Ia mencoba memejamkan mata lagi. Ia melihatnya lagi.
“Aaarrrggghhh,” ia meronta-ronta tetapi suaranya seperti dibekap. Tubuhnya tidak bisa digerakkan dan napasnya sesak.
“Bbnnda. Ppaalpa.” Semakin kencang lilitan yang ada di tubuhnya, semakin tidak bisa dirinya mengeluarkan suara, juga matanya sangat berat untuk terbuka.
Suara ayam terdengar, langit kekuningan menyapa cerah kepada insan seluruh kota Mamay yang damai. Nona Kyle mengetuk-ketuk pintu kamar Peppy. Berulang kali hingga Nona Kyle sedikit terbawa emosi.
“Peppy!”
Mencoba mengetuk bahkan menggedor pintu kamar anaknya. “Peppy buka pintunya. Apa kau tidak ingin sekolah. Cepat bangun atau Bunda akan marah?”
Tak ada sahutan dari dalam kamar. Nona Kyle tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Segera dirinya menhampiri suaminya yang sedang meneduh kopi hangat.
“Papa. Peppy tidak mau membuka pintu dan bunda merasa ada sesuatu yang aneh terjadi.”
Papa mengangkat salah satu alisnya, “ada apa. Masih pagi bikin ribut aja.”
Nona Kyle geram dan langsung menarik lengan suaminya. “Ayo coba bangunkan dia kalo begitu.”
“Peppy. Bangun nak, sudah hampir siang,” tak ada sahutan.
“Dobrak saja, Pa.” Tanpa menunggu lama, Papa langsung mendobrak pintu kamar Peppy dan mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat.
Peppy terlilit oleh ribuan helaian rambut yang sangat panjang. Segera Papa dan Nona Kyle menghampiri Peppy dan menggoyang-goyangkan tubuh Peppy.
“Peppy. Apa yang terjadi, nak.”
Nona Kyle langsung berinisiatif menjadi gunting yang ada di kamar anaknya. Setelah menemukan sebuah gunting, Nona Kyle langsung memotong-motong helaian rambut yang melilit anaknya itu. Satu demi satu helaian rambut mulai berkurang di tubuh Peppy. Sudah terlihat wajah Peppy yang seperti menahan rasa sakit dan segera sang Papa menelepon ambulan.
Dua hari Peppy tidak sadarkan diri. Tabung oksigen sudah enam kali diganti. Dokter tidak bisa menganalisa apa yang terjadi pada Peppy. Ini sangat aneh, hal yang diceritak oleh masyarakat atau biasa yang disebut dengan mitos itu memang tidak benar dengan alasan, biarlah para wanita merawat rambut panjangnya dan saat usia duapuluh tahun mereka bisa memotong supaya mendapat nuansa yang baru dengan rambut mereka.
Jams tiba-tiba datang di depan ruangan Peppy dirawat. Nona Kyle dan sang Papa menyambutnya dan bertanya apa yang terjadi.
“Saya ingin mengembalikan satu helai rambut Peppy yang tertinggal di toko saya,” Jams memberikan helaian rambut tersebut kepada Nona Kyle.
“Semoga Nona tidak melarang putri anak untuk meraih mimpinya. Apa yang telah terjadi pada putri anda adalah doktrin yang ditanamkan oleh orangtua atau orang dewasa yang membuat para anak-anak takut. Namun, sebenarnya hal tersebut tidak pernah terjadi. Percaya atau tidak, tergantung pada individu itu sendiri.”
Nona Kyle dan sang Papa nampak kebingungan. Jams berpamitan pulang. Tiba-tiba suster mengabari bahwa Peppy sudah sadar. Segera Nona Kyle dan sang Papa masuk. Nona Kyle memberikan satu helai rambut itu kepada Peppy.
“Ini satu helai rambutku yang terlupakan.”
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
