Bukan Selera Hatimu #CeritadanRasaIndomie

39
12
Deskripsi

Dua tahun. Waktu selama itu digunakan Icha untuk membuat Indra jatuh cinta. Namun benarkan cinta akan datang dengan terbiasa?

***

Silakan yang ingin mendukungku secara cuma-cuma atau sekadar baca dan komen cerpen super pendek ini. Selamat membaca, semuanya!

Love,
Desy Miladiana

“Indomie buat Indra lagi, Cha?”

Suara Cassandra, sahabat sekaligus teman satu kontrakanku terdengar. Sontak aku menoleh. Tahu-tahu saja Cassandra sudah berdiri di ambang pintu dapur.

“Siapa lagi yang suka Indomie goreng kuah pakai tambahan sosis goreng, ayam cincang, siomay goreng, dan diaduk dengan sambal ulek super pedas kalau bukan Indra?” jawabku sambil terkekeh. Ada binar di mataku setiap kali membahas Indra, pacarku.

Tiba-tiba saja terdengar dengkusan keras. Cassandra menggelengkan kepala. Ekspresinya tampak tidak senang. “Lo tahu kan, Cha, di hati Indra masih ada Naya, mantannya? Lo emang pacarnya sekarang, tapi Indra nggak pernah memperlakukan lo kayak pacarnya. Jatuhnya lo hanya seorang cewek yang Indra gunakan sebagai orang yang dengan sukarela bikinin dia Indomie yang super ribet itu setiap hari.”

Tidak ada balasan dariku selain senyuman kecil. Aku memilih kembali fokus pada racikan Indomie goreng pedasku untuk Indra.

Sebenarnya perkataan Cassandra yang seperti itu bukanlah kali pertama aku dengar. Bahkan beberapa orang yang mengetahui latar belakang hubunganku dengan Indra juga mengatakan hal yang sama, Indra terpaksa jadi pacarku. Dan satu-satunya yang disukai pacarku dariku hanyalah Indomie buatanku.

Namun, aku tidak peduli. Sejak tahun pertama kuliah, aku sudah jatuh cinta pada Indra. Aku masih ingat bagaimana pertama kali kami bertemu. Awalnya, aku tidak menyadari kehadiran Indra di situ. Hingga malam datang, saat itu aku harus kembali ke kontrakan ini sendirian. Bingung jalan pulang karena betapa sulitnya aku menghafal jalan, tiba-tiba Indra menawarkan bantuan. Kami tidak kenal, tapi cowok itu berkata bahwa dia akan bertanggung jawab untuk mengantarku sampai kontrakan dengan selamat.

Detik itu aku tahu, Indra orang baik. Aku berharap memiliki pacar yang sebaik Indra hingga tanpa sadar aku jadi sering memperhatikan cowok itu dan tahu-tahu jatuh cinta. Sayangnya, ada Naya, pacar Indra waktu itu. Satu-satunya yang bisa mendekatkanku dan Indra hanyalah pertemanan.

Sampai siang itu tiba, Indra dan Naya putus. Cowok itu patah hati dan aku di sana membantunya menyembuhkan luka. Kata orang, perut yang kenyang akan membuat seseorang mudah jatuh cinta, jadi sejak saat itu aku suka membuatkan Indra makanan terutama Indomie kesukaannya.

“Indra, ini Indomie kesukaan kamu. Aku suka kamu, kamu mau nggak jadi pacarku?” Itu adalah kata-kata yang sama yang setiap hari aku katakan ketika membawakan Indra makanan. Dan entah apa yang terjadi, ada hari di mana Indra mengiakan ajakan pacaranku.

Lamunanku buyar tatkala alarm berbunyi. Bergegas aku memasukkan Indomie ke kotak makan, kemudian buru-buru bersiap-siap. Sudah pukul 2, biasanya Indra sudah selesai berkegiatan dan siap untuk makan siang.

Perjalanan dari kontrakan menuju kampus sekitar 10 menit. Tidak jauh sebenarnya, tapi karena cukup banyak belokan, aku tentu tidak bisa hafal jalan dengan cepat. Itulah kenapa aku selalu butuh Indra, kekasihku yang selalu menuntutku untuk kembali pulang.

Tiba-tiba saja langkahku terhenti di gerbang masuk kampus. Kedua kakiku seperti terpaku di sana. Mataku melebar. Sedangkan kedua tanganku memeluk erat paper bag berisi bekal makan siang.

Di kejauhan sana terlihat Indra dan Naya tengah berbicara. Keduanya tertawa. Bahkan pacarku itu memamerkan senyum yang tidak pernah aku dapatkan selama ini.

Entah kekuatan apa yang membuatku bergerak, tahu-tahu saja aku sudah berdiri di balik pohon dekat mereka. Terdengar helaan napas Naya, lalu cewek itu berkata, “Aku pernah salah di masa lalu dan aku berharap aku nggak pernah melakukan hal bodoh itu hingga kita putus, Ndra.”

Indra tersenyum kecut. “Kalau nggak ada Icha, mungkin saat ini bisa berbeda. Maaf, Nay, terima kasih untuk siang ini.”

Tanpa bisa dicegah air mataku meleleh. Isakan lirih terdengar. Ketika Naya mengungkapkan diri ingin balikan, bukan respons seperti itu yang inginku dengar dari Indra.

“Dua tahun,” bisikku lirih. Namun, tidak pernah ada kata cinta atau setidaknya rasa suka di hati Indra untuknya.

“Lo hanya seorang cewek yang Indra gunakan sebagai orang yang dengan sukarela bikinin dia Indomie yang super ribet itu setiap hari.”

Kali ini, kata-kata Cassandra beberapa saat lalu sukses menamparku hingga rasanya ada perih di pipi. Buru-buru aku berbalik menjauh. Niatku mengantarkan Indomie urung begitu saja.

***

Entah sudah berapa lama aku berjalan tahu-tahu saja aku merasa tersesat. Sejak tadi satu-satunya yang kulakukan hanyalah berjalan mengikuti kaki ini melangkah.

Selama perjalanan ini juga aku jadi banyak berpikir. Dan saat ini, keputusanku adalah menemui Indra untuk memberikan Indomie pesanannya. Sayangnya sekarang, aku yang tersesat ini lebih memilih untuk memanggil ojek online daripada memanggil Indra seperti biasanya.

Kurang dari setengah jam kemudian, aku berhasil berdiri tegak di dekat kantin. Di kejauhan terlihat Indra tengah merokok seorang diri di salah satu bangku dekat taman.

“Indra,” panggilku. Ada senyum kaku yang kupaksa terpasang di wajah.

Indra mendongak. Senyum yang cowok itu berikan juga sama terpaksanya. “Hai, Cha.”

Segera saja aku menyodorkan bekal makananku, lalu berkata dengan suara serak, “Indomie ... kesukaanmu.”

“Makasih, Cha.” Dan kali ini, Indra lebih bisa tersenyum tulus. “Ini Indomie buatan kamu emang paling enak yang pernah aku makan.”

Aku tidak menjawab, tapi aku juga tidak pergi. Sesaat aku menghela napas, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, “Indomie ini ... Indomie terakhir yang kubuat untuk kamu, Ndra.”

Seketika Indra menghentikan makannya. Dia mendongak. Buru-buru aku melanjutkan. “Aku tahu Indomie buatanku akan selalu menjadi selera kamu, tapi ... aku nggak pernah jadi seleramu sekalipun kita berkencan bertahun-tahun. Dan aku lelah. Aku ... melepaskanmu, Indra.”

Setelahnya, aku memilih untuk berbalik. Langkahku agak berat saat berjalan menjauh. Hatiku nyeri. Ada sesal juga yang terasa. Aku mencintai Indra, tapi di hatinya tidak pernah ada aku. Aku bukan seleranya.

***


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Cerpen
Selanjutnya Behind the Apartment Door #21
24
10
#21 : The One Who Always ThereBtari terkena covid. Badannya sakit. Tubuhnya tidak sehat. Namun satu yang paling kacau, hatinya.***BAB 1-20 bisa kalian baca GRATIS di Wattpad. Link wattpad : https://www.wattpad.com/myworks/319231813-behind-the-apartment-door
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan