
Bella dikhianati kekasihnya kemudian diperkosa orang yang tidak dia kenal.
Karena peristiwa itu, dia hamil dan diusir dari rumahnya oleh orang tuanya.
Tujuh tahun kemudian, anak kembarnya memutuskan untuk membalas dendam kepada orang yang menghamili ibu mereka
Bab 01 Pengkhianatan
Hari ini Bella pulang ke rumah kekasihnya dengan hati berbunga-bunga. Dia ingin memberi kejutan kepada calon suaminya yang sudah 3 tahun dia tinggalkan di Jakarta.
Selama 3 tahun, Bella menuntut ilmu di Amerika karena beasiswa di Stanford University yang dia dapatkan.
Bella sengaja tidak menceritakan kepada Beni, pacarnya, kalau dia sudah lulus kuliah. Dia juga tidak memposting foto-foto wisudanya di media sosialnya untuk memberi kejutan indah bagi pacarnya.
Bella senyum-senyum sendiri di jok belakang taksi online, yang dia naiki ini. Dia berjanji kalau dia akan segera memberikan seluruh hidupnya untuk Beni bahkan kalau Beni mau, dia akan segera memberikan kehormatannya untuk Beni, seperti yang dulu selalu diminta Beni kepadanya.
Karena 3 tahun hidup jauh dari Beni, sungguh berat bagi Bela, karena itu, dia ingin segera mengikat Beni, kalau perlu dengan memberikan tubuhnya seperti yang diminta oleh Beni, saat setahun lalu Bella sempat pulang ke Jakarta sini untuk menjenguk Beni.
Saat itu, Bella tidak mau memberikan tubuh dan kehormatannya pada Beni, tapi kali ini, dia ingin memberikan semuanya untuk Beni.
Sesampainya di rumahnya Beni, Bella langsung keluar dari mobil. Dia bahkan melupakan koper-kopernya yang masih berada di dalam mobil.
Bella ingin memberi kejutan kepada Beni yang tinggal sendirian di rumah yang baru Beni beli setahun yang lalu untuk pernikahan mereka nantinya itu.
Sesampainya di depan pintu, Bella agak kaget karena pintu dalam keadaan terbuka.
"Mungkin dia baru pergi membeli makanan dan dia lupa menutup pintu. Kebetulan kalau begitu," batin Bella yang langsung masuk ke dalam rumahnya Beni ini.
Bella masuk diam-diam karena dia ingin memberi kejutan indah untuk Beni. Sayup-sayup dia mendengar suara-suara yang menarik perhatiannya untuk mendekati suara itu.
Ternyata suara itu berasal dari sebuah kamar yang juga tidak tertutup pintunya.
Semakin mendekati kamar itu, senyuman Bella mulai memudar karena dia mendengar suara yang tidak wajar.
"Ini bukan suara percakapan biasa tapi suara dari orang yang sedang berhubungan intim. Ada suara wanita di sana," batin Bella dengan dada berdegup kencang.
"Ahhhh. Gimana? Enak kan, sayang?" kata suara seorang wanita di dalam sana. Suara yang dikenal oleh Bella.
"Itu kan suaranya Dewi," batin Bella.
Dewi adalah teman baiknya Bella sejak SMA yang juga berteman dengan Beni.
"Iya, Dewi. Ahhhh, kamu betul-betul enak. Betul-betul luar biasa. Kamu enak seperti biasa." Terdengar suara seorang lelaki.
"Hihihi. Masih bikin kamu ketagihan, kan?"
"Tentu saja. Ahhhh."
Suara yang sangat akrab di telinga Bella, suara yang setiap 2 atau 3 hari sekali saling telepon dengannya selama 3 tahun ini.
Air mata Bella mulai bercucuran saat menyadari apa yang sedang terjadi di dalam kamar itu.
Impian Bella untuk melihat wajah Benny yang tersenyum gembira karena bertemu dengannya, kini pupus sudah.
Impian Bela untuk memberikan tubuh dan hidupnya sepenuhnya untuk Beni, kini pupus sudah.
Suara-suara di dalam sana terdengar semakin nyaring. Ada suara ranjang berbunyi, ada suara nafas ngos-ngosan, suara air atau peluh bertemu dan suara-suara pujian yang terus terdengar dari dalam kamar sana.
Seharusnya Bella langsung membalikkan tubuhnya untuk keluar dari rumah ini tapi Bella putuskan untuk masuk juga ke kamar itu yang pintunya terbuka ini.
Setelah berada di dalam, air mata mengembang di pipi Bella. Dia tak sanggup melihat apa yang terjadi di dalam sana, melihat dua orang yang sedang asik dengan kegiatan mereka di dalam sana.
Dua orang yang sangat dikenal Bella, dua orang yang sangat dipercaya Bella.
"BENNY!!!" teriak Bella di sela-sela tangisannya.
Teriakan Bella ini membuat secara refleks Benny langsung menjatuhkan tubuh Dewi yang sedang berada di atasnya untuk jatuh ke samping kirinya.
Mata Beni melotot ke arah wanita yang berdiri di dekat pintu kamarnya.
Pemandangan yang dilihat Beni ini membuat dia sangat kaget. Dia tidak menyangka kalau Bella yang dia tahu berada ribuan kilometer dari sini, bisa berada di kamarnya dan menyaksikan perbuatan dia bersama selingkuhannya selama ini.
"Aku tidak sangka kalian bisa berbuat setega ini kepadaku. Huhuhu. Kalian jahat!" kata Bella sambil menangis.
Benny buru-buru berdiri berusaha untuk menutup tubuhnya yang telanjang. "Aku bisa jelaskan ini, Bella. Aku bisa jelaskan ini."
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan. Permisi!" Bela langsung keluar dari kamar Beni ini. Dia membanting pintu dan dengan terisak-isak langsung lari keluar dari rumah milik Beni ini.
Rumah yang foto-fotonya selalu di posting oleh Beni di media sosial dan Beni sempat berkata kalau ini adalah rumah masa depan untuk dia, Bella dan anak-anak mereka nantinya.
Bella segera berlari ke arah luar dan saat itulah dia melihat sopir taksi online yang baru saja mengangkat tas miliknya dari dalam mobil.
"Masukkan barang-barangku kembali, pak dan antar aku ke hotel terdekat."
"Tapi, Non ... "
"Please ... selamatkan aku dari sini, pak. Please ..." Bella menatap sopir taxi online itu dengan air mata berlinang-linang.
Akhirnya sopir taksi online itu segera mengangkat dan memasukkan kembali barang-barang milik Bella, menutup pintu dan kembali ke balik kemudi.
Mobil baru saja hendak berangkat ketika Beni keluar dari rumah dengan sudah berpakaian lengkap. Dia langsung berteriak memanggil-manggil nama Bella.
"Jalan, Pak, jalan. Please ..." kata Bella sambil menangis terisak-isak.
Sopir taksi online itu mengangguk dan seakan mengerti akan apa yang sedang terjadi pada Bella. Dia langsung menjalankan mobilnya keluar dari kompleks perumahan ini.
"Terus, nona mau ke mana?" tanya supir taksi online itu.
"Bawa aku ke hotel terdekat, pak."
"Baik, non."
Walaupun sebenarnya orang tuanya Bella, tinggal di pinggiran kota Jakarta ini, tepatnya di Tangerang Selatan, tetapi Bela tidak ingin kembali ke rumahnya dalam keadaan seperti ini.
Bella yakin kalau orang tuanya pasti akan banyak bertanya kalau Bella pulang dalam keadaan menangis seperti ini, apalagi orang tuanya Bella juga tidak tahu kalau Bela sudah berada di Jakarta.
Karena itu Bella memilih untuk tinggal di hotel.
Beberapa saat kemudian, sambil menghapus air matanya, Bella dengan dibantu oleh sopir taksi online sudah membawa barang-barangnya masuk sebuah hotel.
Saat berada di meja resepsionis, ada seorang gadis yang nampaknya juga baru saja memesan kamar di hotel ini. Gadis itu langsung tersenyum ke arah Bella.
Bella pun balas tersenyum ke arah gadis itu dan kembali menghapus air matanya karena teringat akan perbuatan Beni dan Dewi kepadanya.
Setelah Gadis itu memesan kamar, gadis itu masih berdiri di meja resepsionis dan nampak sedang sibuk melakukan chatting di handphonenya.
Bella pun mendapat giliran untuk memesan kamar.
"Kamarnya mbak di lantai 7 nomor 715," kata resepsionis hotel sambil menyerahkan sebuah keycard kepada Bella.
Saat itulah gadis yang sebelumnya memesan kamar tiba-tiba membalikkan tubuhnya hingga tubuhnya membentur tubuh Bela hingga Bella langsung jatuh ke bawah.
Saat Bella terjatuh itu, diam-diam, gadis itu menukar keycard miliknya dengan keycard Bella. Setelah memasukkan keycard milik Bella ke dalam sakunya, dia membantu Bella untuk berdiri.
"Maafkan aku. Aku ceroboh sekali," kata gadis berdada montok, berpipi cabi dengan mata agak besar ini kepada Bella.
"Tidak apa-apa, kok." Bella mengambil keycard yang tadi terjatuh, tanpa dia tahu kalau keycard itu sudah ditukar oleh gadis itu.
Setelah itu, dua orang bellboy mengantar Bella dan gadis itu masuk ke dalam lift hotel.
Saat berada di dalam lift, gadis itu masih sibuk memainkan handphonenya.
Bella sendiri tidak lagi memperdulikan gadis itu. Setelah berada di lantai 7, dua orang belboy sama-sama mengajak Bella dan gadis itu untuk keluar dari lift.
Yang satu mengantar Bella dan yang satunya mengantar gadis itu. Bellboy yang mengantar Bella sempat meminta Bella untuk memperlihatkan nomor kamarnya.
Setelah bellboy itu melihat nomor kamarnya Bella, dia segera mengantar Bella ke depan sebuah pintu kamar.
Bella agak erkejut saat melihat nomor kamar di depannya ini. "716? Bukankah tadi resepsionis bilang aku dapat yang kamar 715?"
"Tapi yang kakak pegang ini, memang nomor 716, kak."
Mendengar kata-kata Belboy itu, Bella memperhatikan keycard di tangannya. "Oh iya, mungkin aku salah dengar tadi. Ya udahlah." Bela langsung membuka pintu kamar sementara bellboy itu membantu memasukkan barang-barang milik Bella.
"Maafkan kami, kak. Tapi, ternyata handuk bersih belum sempat dibawa ke kamar ini. Nanti akan aku ambilkan, ya, kak?"
"Iya, iya. Makasih." Bela langsung mengeluarkan uang Rp 50.000 untuk dia berikan kepada bellboy itu sebagai tip.
Setelah berada sendirian di dalam kamar, Bella langsung melompat ke arah ranjang dan menangis di atas bantal.
Bella betul-betul menangis sejadi-jadinya karena impiannya selama bertahun-tahun tidak menjadi kenyataan, karena ternyata Benny bukanlah pria yang setia.
**
Sementara itu, dua pemuda berumur 23 tahun baru saja keluar dari lift di lantai 7 ini.
"Dimana pelakor itu, Ton?" tanya pemuda pertama yang bertubuh tinggi besar dan atletis dengan wajah tampan tapi terlihat berjalan terhuyung-huyung tanda dia sudah mabuk berat.
"Kamar 716, son. Aku baru saja periksa di meja resepsionis."
"Ok, Ton. Kamu jaga di luar."
"Siap, bos. Itu kamarnya." Tony menunjuk ke arah kamar nomor 716.
Gerson segera mendekati kamar yang ditunjuk Tony itu.
**
Sementara itu, Bella terus menangis saat tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
Karena Bella berpikir kalau ketukan itu berasal dari bellboy yang datang untuk membawa handuk, maka dia langsung membuka pintu kamarnya.
Tapi begitu pintu dibuka, ternyata yang berada di depan pintu bukanlah si bellboy tadi, tapi seorang pria tampan tapi terlihat sangat mabuk.
Pemuda itu langsung menggeram saat melihat Bella. "Pelakor busuk! Berani Kamu merusak rumah tangga adikku, hah!" Pria itu langsung masuk membanting pintu. Kemudian dia langsung menampar pipi Bella.
Bella sangat kaget dengan apa yang terjadi ini. Dia yang baru saja kehabisan energi karena melihat pacarnya selingkuh dengan teman baiknya, kini tiba-tiba mendapatkan serangan dari seorang asing yang tidak pernah dia duga.
Bella jatuh ke lantai karena tamparan itu. Pria itu langsung menarik tangan Bella mengangkat tubuh Bella dan membanting tubuh Bella ke atas ranjang.
Bab 02 Pemerkosaan
"Apa yang kau lakukan? Tolong. TOLONG!" teriak Bella panik.
Bella bangkit berdiri. Dia tahu dia sedang berada dalam bahaya.
"Tidak ada yang akan menolongmu di sini. Aku akan membuatmu kapok karena berani mengganggu rumah tangga adikku," kata pria mabuk itu.
**
Sementara itu, di luar kamarnya Bella itu, bellboy yang tadi, baru saja keluar dari lift sambil membawa handuk untuk kamarnya Bella.
Tony yang ditugaskan untuk berjaga di luar kamarnya Bella, langsung menghadang bellboy itu. "Kamu mau kemana?"
"Mau mengantar handuk untuk kamar nomor 716, pak."
"Kamu gak boleh masuk ke kamar itu."
"Kenapa, kak?"
"Bosku sedang ada urusan penting di dalam situ." Pria itu langsung mengulurkan tangannya ke arah si bellboy. "Sini handuknya. Biar aku yang bawa setelah urusan bosku selesai."
"Baik, pak. Aku permisi dulu."
"Iya."
"Sementara itu, di balik pintu kamar nomor 715 yang tepat berada di depan kamar 716, seorang gadis sedang mengintip lewat door viewer (kaca di pintu untuk mengintip dari dalam kamar ke arah koridor.)
"Huft. Untung saja kekasihku Raymond tidak terlambat untuk memperingatkan aku akan kedatangan kakaknya Liany, sehingga aku sempat menukar kunci kamarku dengan gadis itu. Hihihi. Selamatlah aku," batin gadis yang sebelumnya sempat menukar keycard dengan Bella saat di depan meja resepsionis.
**
Sementara itu, di dalam kamar, Bella terus meronta saat Gerson, pria di hadapannya ini berusaha menciumnya dan kembali membanting tubuhnya ke atas ranjang dan mulai merobek-robek pakaian yang dikenakannya.
Bella berusaha memukul Gerson, tapi pukulan itu tidak berarti apa bagi Gerson.
Gerson terus memaksakan kehendaknya pada Bella.
Bella terus melawan, tapi Gerson tidak peduli karena saat ini, Gerson sudah dikuasai oleh hasrat yang membara karena dia berada dalam keadaan mabuk dan juga karena kemarahannya akan wanita yang sangat dia benci.
"Jangan! Jangan lakukan ini! Please," kata Bella dengan suara lemah.
Bella sadar kalau dirinya dalam keadaan bahaya, tapi dia tidak bisa melawan, tubuhnya terlalu lemah.
Bella cuma seorang gadis lemah sementara lawannya adalah seorang pria tinggi besar yang tentu saja sangat kuat. Karena itu, Bella hanya bisa melawan dengan suaranya.
"Jangan, pak. Please ... tolong. Jangan perkosa aku. Please."
Gerson menggeram, nafsu birahinya benar-benar menguasainya. Dia terus merobek-robek baju yang dikenakan Bella ini.
Meskipun Bella melawannya dengan kekuatan penuh, tapi tenaga Bella tidak sebanding dengan lawannya.
Bella tidak akan bisa menang melawan lawannya, apalagi saat ini, Bella sedang dalam keadaan lemah. Batinnya lemah karena perselingkuhan yang dilakukan pacar yang sangat dia percaya.
Selain itu, Bella jadi lemah saat sempat jatuh ke lantai kamar tadi. Walaupun ada karpet tebal yang menghindarkan dia dari cedera serius pada belakang kepalanya, tapi tetap saja benturan itu membuat dia lemah.
Karena itu, Bella cuma bisa memukul dengan pukulan lemah yang tidak berarti apa-apa bagi Gerson.
Semua perlawanan lemah Bella ini, tidak berarti apa-apa bagi Gerson yang sudah dikuasai nafsu.
Gerson hanya ingin melampiaskan nafsunya yang tak tertahankan ke tubuh Bella.
Bella terus mengatakan "jangan" kepada pria di hadapannya ini, tapi karena kepalanya sakit dan kesadarannya hampir habis, dia tidak bisa lagi memukul pria itu untuk mempertahankan dirinya dan hanya bisa mencakar tubuh pria itu ke sembarang arah.
"Pergi! Kau akan menyesal melakukan ini padaku!" Bella berjuang.
Tapi seolah tuli dengan ancaman Bella itu, Gerson justru menarik paksa segitiga pengaman milik Bella.
Akhirnya satu-satunya kain yang masih membalut tubuh Bella itu, kini telah terlempar ke lantai kamar ini.
Sejurus kemudian, Gerson sudah naik ke atas tubuh Bella dan mulai berusaha menyatukan tubuhnya dengan tubuh Bella.
Gerson sengaja melakukannya dengan agak kasar, mengingat rasa dendamnya kepada wanita yang berada di bawah tubuhnya ini.
Bella sadar kalau tubuhnya sudah polos tanpa sehelai benang pun dan pria itu yang juga sudah dalam keadaan polos, sedang menindih tubuhnya.
Bahkan ada suatu benda keras yang terus berusaha memaksa masuk ke dalam tubuh di bagian bawahnya Bella.
Benda itu terus berusaha menerobos bagian inti tubuh Bella.
Bella ingin melawan, tetapi kepala Bella sangat sakit, berat baginya untuk membela dirinya apalagi melawan.
Sedangkan Gerson yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu tersebut, tidak bisa lagi menahan dirinya saat dia melihat tubuh Bella yang sukses merangsang hasrat kelelakiannya.
"Jangan!" Terdengar suara lemah dari Bella yang sedikit menyadari akan hal menakutkan yang akan segera terjadi padanya, tapi di lain pihak, dia terlalu lemah untuk memberi perlawanan.
Bella ingin melawan tapi kondisinya semakin lemah. Dia semakin tak kuasa melawan kehendak pria perkasa yang sedang bertahta di atas tubuhnya ini.
Sementara minuman yang ditenggak oleh Gerson satu jam sebelumnya, membuat Gerson menjadi pria yang kasar yang tega memaksakan nafsunya kepada seorang perempuan lemah seperti Bella ini.
Dendam membara di dada pemuda ini, membuat Gerson semakin menjadi-jadi. Membuat Gerson tidak bisa mengendalikan diri lagi.
Bella berada dalam persimpangan. Dia tidak rela kesuciannya yang dia jaga selama ini, direnggut oleh orang asing yang kasar ini. Tapi, dia tidak mampu melindungi dirinya.
Sesaat kemudian, Gerson kembali menggeram hebat, dua kali pria itu mencoba memasukkan kejantanannya ke milik Bella, tapi dia masih belum berhasil melakukannya.
Sasarannya terlalu sempit sehingga sulit untuk Gerson tembus dan ini membuat dia sedikit kesal sehingga di percobaannya yang ketiga, dia menghentakkannya dengan sangat kasar.
Terdengar teriakan keras dari Bella disertai tangisan, saat dia merasakan ada sesuatu yang menyakitkan yang tega masuk ke dalam tubuhnya. Merobek sesuatu yang dia jaga selama ini.
Kedua tangan Bella mencengkram punggung pria itu sekuat-kuatnya saking sakitnya apa yang dia rasakan saat ini.
Hanya saja, lama kelamaan, teriakan Celine ini semakin melemah apalagi ketika tubuhnya semakin lemah ditambah tekanan batin bertubi-tubi yang harus dia alami.
Keadaan ini membuat Bella berada dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar. Berada di dalam tekanan batin yang sangat hebat.
Apalagi Bella belum sempat makan. Terakhir dia makan itu 3 jam sebelum pesawat mendarat dan sekarang ini, 5 jam sudah berlalu sejak dia makan terakhir.
Gerson terus bergerak dengan kasar, sengaja ingin menghukum gadis di bawahnya ini yang dia pikir adalah penghancur rumah tangga adiknya.
Belakangan, Gerson mulai merasa kalau dia sedang mengarungi keindahan rasa yang begitu meresap dalam setiap gesekan yang dia paksakan pada gadis yang berada di bawah tubuhnya ini.
Bella yang sebelumnya merasa kesakitan, kini sudah sepenuhnya pingsan. Karena itu, dia tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya.
Gerson bergerak semakin liar dan semakin cepat dengan kadangkala, bibirnya menyatu dengan bibir Bella.
Gerson semakin keenakan, sehingga dia terus bergerak mengikuti hasrat di dadanya.
Gerson tidak berniat berhenti, dia ingin mereguk kenikmatan sebanyak-banyaknya yang bisa dia raih.
Lidah Gerson dia tautkan di bibir Bella di tengah pergerakan yang dia lakukan pada saat ini.
Malam ini, Gerson benar-benar merasakan surga yang indah di hatinya, surga yang tidak akan pernah dia lupakan.
Hingga akhirnya Gerson mengeluarkan semuanya. Hasil dari pergerakan berkesinambungan yang penuh nafsu yang bercampur kemarahan.
Bab 03 Ternyata Bukan Mimpi Tapi Kenyataan
Setelah itu, barulah Gerson tertidur pulas di samping tubuh Bella.
**
Bella terbangun setelah mengalami malam horor yang tidak pernah dia sangka-sangka akan terjadi dalam hidupnya.
Awalnya Bella pikir, apa yang terjadi itu hanyalah sebuah mimpi buruk belaka. Tapi saat dia terbangun, dia segera menangis keras karena dia terbangun dalam keadaan telanjang di samping seorang pria yang tidak dia kenal.
Belakangan, Bella sadar kalau pria ini adalah pria yang semalam menyerangnya.
Keadaan Bella yang sedang telanjang bersama pria yang di sampingnya yang sedang tertidur lelap, membuat Bella tahu kalau apa yang dia pikir cuma mimpi buruk itu, ternyata adalah kenyataan.
Bella duduk dan memegangi selangkangannya yang terasa sakit. Ada darah yang terlihat di sana, juga ada darah yang terlihat di sprei tempat tidur ini.
Bella langsung duduk dan mencari bajunya. Dia terus menangis meratapi nasibnya. Tubuhnya gemetar karena kesedihan yang teramat sangat yang menderanya pada saat ini.
Pria itu masih tertidur dengan terlentang sehingga wajahnya bisa terlihat dengan jelas oleh Bella.
Apalagi lampu di kamar hotel ini masih menyala sehingga wajah pria itu terlihat dengan jelas.
Bella sempat mencari barang-barang yang bisa dia gunakan untuk membalas dendam. Dia sempat nencari pisau di dalam kamar hotel ini tapi tentu saja dia tidak bisa menemukan pisau di kamar hotel ini.
Akhirnya Bella mengangkat sebuah bangku kecil dan siap dia hantamkan ke wajah pria yang telah memperkosanya ini.
Tapi Bella tidak sanggup melakukannya. Dia bukan pembunuh. Dia bahkan tidak sanggup untuk membunuh semut, apalagi membunuh manusia sekalipun dia sangat menbenci manusia yang telah memperkosanya itu.
Karena itu, Bella kembali meletakkan kursi yang tadi dia pegang. Dia tidak sanggup membunuh pria yang sedang tidur itu walaupun pria itu baru saja memperkosanya.
Akhirnya yang dilakukan Bella hanyalah mencari identitas pria itu kemudian dia melihat celana panjang pria itu yang berada di lantai.
Bella segera mengeluarkan dompet dari celana panjang itu dan melihat KTP pria itu. Ternyata pria itu bernama Gerson Sutanto dan berumur 23 tahun. Dua tahun di atas Bella.
Nama Gerson Sutanto ini, langsung dihafal Bella di dalam benaknya. Dihapalnya sebagai orang yang dia benci dan yang harus dia hindari seumur hidupnya.
Kemudian Bella memilih untuk keluar dari kamar hotel ini, kamar hotel yang telah menjadi saksi suatu peristiwa yang menghancurkan hidupnya, menghancurkan masa depannya dan merampas kesuciannya.
Sambil terus menangis, Bella membawa barang-barangnya untuk keluar dari kamar ini.
Walaupun ada dua masalah yang sedang mendera dirinya yaitu masalah perselingkuhan yang dilakukan oleh Beni, pacarnya, dan juga masalah kesuciannya yang direbut oleh seorang asing bernama Gerson Sutanto, namun Bella putuskan untuk pulang karena dia tidak ingin terlalu lama di luar dan kembali mengalami nasib buruk seperti yang dialaminya semalam.
Sesampainya Bella di rumahnya yang berada di kawasan Bumi Serpong Damai, Bella sudah melihat mobil milik Beni yang terparkir di depan rumahnya.
Bella menggeram marah. Dia tidak ingin bertemu dengan bangsat tukang selingkuh yang bernama Benny itu. Bella memang sengaja menonaktifkan handphonenya sejak kemarin karena tidak ingin ditelpon Benny, tapi Benny malah mencarinya di rumahnya ini.
Karena Bella sudah terlanjur pulang ke rumah ini, karena itu, dia putuskan untuk keluar dari mobil dan meminta sopir taksi online untuk mengeluarkan barang-barangnya.
Bayu Pranata dan Livia Yolanda, orang tuanya Bella sudah langsung keluar rumah dan langsung bergegas menuju ke arah Bella.
"Beni sudah berada di sini sejak kemarin. Dia menunggumu di sini tapi kamu tidak pulang dan kamu juga tidak bisa dihubungi. Apa yang terjadi denganmu?" tanya Bayu kepada Bella.
"Dan kenapa kamu gak memberitahu mama dan papa kalau kamu pulang ke Jakarta, Bella?" timpal Livia.
Saat ini Bella sudah melihat Beni yang nampak baru saja berjalan keluar dari rumahnya Bella.
"Aku tidur di rumah teman, pa," bohong Bella.
"Kata Beni sempat ada salah paham antara kamu dengan dia. Mungkin karena itu kamu tidak langsung pulang ke rumah. Iya kan?" tanya Livia.
"Bukan salah paham, mah, tapi aku melihat sendiri dengan mata kepala sendiri kalau dia tidur dengan Dewi di rumahnya saat aku datang untuk memberi kejutan baginya."
Bayu dan Livia nampak sangat kaget. Mata mereka melotot dan kini mereka memalingkan wajahnya ke arah belakang menatap Beni serta menyalahkan Beni.
"Dewi temanmu itu yang kamu maksud?" tanya Livia.
Bella mengangguk. "Iya, Mah. Dan aku dengar dari pembicaraan mereka kalau mereka sudah lama menjalin hubungan di belakangku."
"Aku bisa jelaskan Om, Tante. Sebenarnya, saat itu aku digoda terus oleh Dewi. Aku tidak pernah mencintai Dewi. Aku hanya mencintai Bella," kata Beni berusaha membela diri.
"Semuanya sudah jelas, Beni. Jadi, untuk apalagi kamu ke sini? Pokoknya mulai sekarang ini, aku tidak mau lagi melihat kamu berada di rumahku!" Bella melotot ke arah Beni dan langsung meninggalkan Beni.
"Please, Bella. Aku bisa jelaskan. Aku bisa jelaskan." Beni berusaha mengejar Bella. Dia bahkan memegang lengan Bella.
"MAU JELASKAN APA LAGI? Sudah jelas aku melihatmu tidur dengan Dewi!"
Mendengar itu, Bayu tidak tahan lagi. Dia langsung menarik tangan Beni dan menampar Beni serta berteriak, "pergi kamu dari sini kamu tidak layak untuk anakku sampai kapanpun tidak layak untuk anakku!"
"Om, aku bisa jelaskan, Om. Aku bisa jelaskan," kata Beni sambil memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Bayu.
"Aku yakin kalau anakku sudah melihat yang sebenarnya. Aku bisa melihat wajah sedih anakku. Jadi, kamu pergilah dari tempat ini!" tegas Bayu.
Sementara itu Livia langsung mendekati Bella dan Bella langsung memeluk ibunya serta menangis sejadi-jadinya.
Sebenarnya tangisan Bella ini bukan hanya mengenai pengkhianatan Beni kepadanya tapi tangisan Bela ini lebih karena kesedihan Bella setelah dia diperkosa oleh laki-laki yang bernama Gerson Sutanto itu.
Tapi karena Bayu dan Livia baru saja mengetahui tentang perselingkuhan yang dilakukan Beni, maka mereka berdua pikir kalau tangisan Bela pada saat ini, semata-mata karena perbuatan Beni kepada Bella.
Karena itu, Bayu menjadi naik pitam. Dia bahkan sudah mengepalkan tangannya siap untuk memukul Benny.
Melihat itu, Benny langsung cepat-cepat keluar dari rumah ini, naik ke mobilnya dan pergi meninggalkan rumahnya Bella ini.
**
Di tempat lain, Gerson baru saja terbangun dari tidurnya. Dia memegang kepalanya yang terasa sakit semalam. Dia memang banyak minum minuman keras.
Tapi Gerson masih teringat akan perbuatan dia semalam di kamar ini karena itu dia segera bangun dan menoleh ke arah samping.
"Ke mana perempuan sundal itu? Huh, dia sudah menghancurkan rumah tangga adikku jadi hukumanku kepadanya semalam masih belum setimpal dengan perbuatannya kepada adikku."
Gerson mengerutkan keningnya saat dia melihat dompetnya sudah keluar dari celananya dan KTP-nya bahkan sudah keluar dari dompet. "Kenapa dia memeriksa dompetku? Apakah selain suka mengganggu rumah tangga orang, dia juga seorang maling? Hmm, nampaknya selera adik iparku itu betul-betul keterlaluan jebloknya."
Sejenak Gerson termangu sambil menatap ke arah ranjang. "Hah? Apa itu darah?" Gerson berusaha mendekati ranjang.
Tapi kemudian Gerson menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Aku pasti masih mabuk. Menurut adikku, pelakor itu sudah sering tidur dengan adik iparku. Jadi, pastilah dia bukan perawan. Hhhh. Aku pasti masih mabuk."
Gerson segera mandi dan kembali memakai pakaiannya. Setelah itu, Gerson keluar dan langsung keluar dari kamar hotel ini.
Saat Gerson sedang menunggu di depan pintu lift, pintu lift terbuka. Di dalamnya, ada wanita yang menukar nomor kamarnya dengan Bella. Wanita itu sangat kaget saat dia melihat Gerson di depannya.
Bab 04 Tujuh Tahun Kemudian
Gadis itu terbelalak saat pintu lift terbuka dan melihat Gerson di depan pintu. "Mungkinkah dia sudah menyadari kekeliruannya semalam dan kini dia hendak memperkosaku," batin gadis ini.
Dengan cuek, Gerson masuk ke dalam lift dan mengeluarkan handphonenya
Gadis itu terlalu takut untuk bergerak sehingga dia tetap di posisinya. Padahal dia seharusnya turun di lantai ini, namun akhirnya, karena terlalu takut pada Gerson, dia malah ikut turun ke lantai dasar.
"Dimana gadis itu, Ton?" tanya Gerson di telpon kepada Tony. Tanpa sengaja, Gerson menekan tombol loudspeaker sehingga suara percakapan antara Tony dan Gerson bisa terdengar oleh gadis itu.
"Aku tidak tahu, bos. Aku sudah pulang ke rumah. Apa dia tidak ada lagi di kamar."
"Saat aku bangun, dia sudah pergi."
"Hmmm. Mungkin dia takut, bos."
"Bagus. Dengan apa yang aku lakukan kepadanya semalam, aku yakin kalau dia tidak akan berani lagi mengganggu rumah tangga adikku," tandas Gerson.
"Semoga, bos."
"Tapi kamu tetap cari tahu. Kalau wanita sundal itu berani mengganggu iparku lagi, maka hukuman lebih berat akan dia rasakan."
"Apa itu, bos?"
"Aku akan menyerahkan dia pada kelompok preman kenalanku. Biar dia diperkosa ramai-ramai disitu," geram Gerson.
"Hahaha. Pasti dia kapok, bos."
Kata-kata Gerson itu membuat gadis bernama Lisa yang berada di samping Gerson, langsung ketakutan. "Hiyyy. Aku berjanji. Aku tidak akan lagi mengganggu suami adikku," batin Lisa.
**
Tiga bulan kemudian, saat Bella baru bersiap untuk wawancara kerja, tiba-tiba dia merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya. Dia langsung muntah-muntah di kamar mandi.
Bayu yang mendengar itu mulai curiga. "Sudah berapa hari ini dia selalu muntah-muntah. Nampaknya ada sesuatu yang terjadi pada anak kita itu," kata Bayu kepada Livia.
Livia ikut-ikutan mengerutkan keningnya. Kemudian Bayu memberikan tespek kepada Livia. "Aku sengaja membeli ini di apotek. Periksa dia supaya apa yang kita takutkan tidak terjadi."
"Anak kita tidak mungkin hamil di luar nikah," tandas Livia. Tapi, karena Bayu melotot ke arahnya, Livia terpaksa mengikuti kemauan suaminya itu. Dia pun meminta Bella untuk menggunakan tespek.
Bella langsung tercekat mendengar permintaan ibunya ini. Tapi setelah dibujuk, dia pun mengikuti apa yang diinginkan ibunya itu.
Setelah pemeriksaan terjadi Bella menjerit keras karena apa yang dia takutkan ternyata telah terjadi.
Livia langsung masuk ke kamar mandi dan melihat ke alat tespek yang saat ini sedang dipegang oleh Bella sambil menangis itu.
Setelah itu, Livia melaporkan hal ini kepada Bayu yang menunggu di luar kamar. "Ternyata Bella memang hamil, Pah."
Bayu langsung naik pitam mendengar laporan dari Livia ini. Dia langsung masuk ke dalam kamar dan masuk kamar mandi serta membentak Bella, "siapa ayah anak yang kamu kandung itu?"
Bella cuma terdiam. Dia cuma bisa menangis sambil membuang tespek ke tempat sampah di kamar mandi ini.
"Tidak mungkin Benny yang melakukan itu. Iya kan? Kamu baru saja datang ke Jakarta dan memergoki perbuatan Benny, iya kan?"
"Huhuhu."
"Berarti dengan siapa kamu melakukan itu, hah? Apa kamu melakukan itu dengan pacarmu di Amerika? Huh! Rupanya kamu tidak ada bedanya dengan Benny," sembur Bayu.
Bella tidak bisa membela diri. Dia cuma bisa menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Melihat itu Livia langsung mendatangi Bella, memeluk Bella serta bertanya, "siapa dia, Bella? Siapa yang menghamilimu?"
"Aku tidak tahu, ma. Aku tidak tahu." Pada dasarnya Bella tidak mengenal Gerson, karena itu, itulah yang dia katakan.
Tapi pengakuan Bella itu membuat Bayu langsung naik pitam. Dia segera mengambil semua baju-baju milik Bella, menaruh di koper dan berkata, "sekarang juga kamu pergi dari sini! Keluar dari rumahku. Aku tidak mau memiliki anak seperti kamu, yang hamil diluar nikah!"
Livia berusaha membujuk Bayu tetapi Bayu tidak bisa dibujuk. Bayu terus berteriak-teriak menyuruh Bella untuk keluar dari rumahnya.
Akhirnya dengan berlinang air mata, Bella pun keluar dari rumah kedua orang tuanya ini. Dia cuma memiliki sedikit tabungan dari pekerjaannya pada saat dia melakukan part time di Amerika.
Selain karena biaya hidup yang besar di Amerika, juga karena sebagian besar penghasilannya dia kirim untuk ibunya. Karena itu, sekarang ini dia hanya memiliki tabungan sedikit.
Karena memang Bella berencana sepulangnya ke Jakarta ini untuk langsung mencari kerja dan memiliki penghasilan sendiri karena dia tidak ingin bergantung kepada orang tuanya.
Dengan keadaannya yang ternyata sudah berbadan dua seperti ini, maka Bella menjadi bingung. Bingung untuk memikirkan kehidupan masa depannya nanti.
Bella putuskan untuk keluar juga dari rumah orang tuanya ini, kemudian dia mengambil kos di sekitar Ciledug.
Setelah 2 hari, Bella putuskan untuk memeriksakan dirinya ke Puskesmas terdekat untuk mencari tahu dengan pasti, apakah dia memang hamil atau tidak.
Ternyata setelah diperiksa oleh dokter di Puskesmas, ternyata Bella memang hamil. Ini membuat Bella menangis sedih.
Bidan yang memeriksa Bella mulai bertanya tentang apa yang membuat Bella menangis seperti itu
Bella pun menceritakan semuanya. Dimulai dengan kepulangan dia ke Jakarta kemudian berlanjut dengan dia memergoki perselingkuhan yang dilakukan oleh Beni , kemudian juga berlanjut dengan nasib malang yang dialami di kamar hotel tempat Bella menginap.
Bidan yang bernama Een itu sangat terenyuh dengan ceritanya Bella. Dia kemudian mengajak Bela untuk tinggal bersamanya karena dia memiliki rumah kontrakan yang walaupun tidak terlalu besar, tapi masih cukup untuk menampung Bella sampai Bella bisa mandiri.
Bella pun mengikuti tawaran dari Een itu, apalagi dia hanya mengambil kost harian dan dia akan merasa lebih tenang kalau bersama seorang bidan seperti Een.
Setelah itu Bella berusaha untuk mencari kerja tapi ternyata dia mengalami sakit karena dia mengalami ngidam yang tidak biasa.
Bella terus muntah-muntah dan sulit untuk makan. Dia harus menahan rasa sakit saat Ngidam ini dan dia bahkan tidak bisa mencium bau apapun karena bau apapun akan membuat dia muntah.
Dengan kondisi Bella yang seperti itu, akhirnya Bella tidak bekerja dan menggantungkan hidupnya sepenuhnya kepada Bidan Een yang merawat Bella dengan sangat baik.
Bahkan Een juga yang membelikan makanan dan susu untuk pertumbuhan janin yang dikandung Bella.
**
7 tahun kemudian, Bella sudah menjadi seorang konsultan teknik di bidang ilmu yang dia pelajari di Amerika, yaitu teknik arsitektur.
Bella banyak menangani gambar sketsa-sketsa arsitektur dari berbagai gedung-gedung besar, baik di kota Jakarta maupun di luar kota.
Selama beberapa waktu ini, Bella bisa melakukan pekerjaannya lsambil mengasuh dua anak kembarnya sementara Bidan Een sudah tinggal bersamanya di sebuah rumah yang cukup besar yang dibeli Bella dengan cara mencicil, hasil dari kerja kerasnya selama ini
Tiba-tiba saat Bella baru pulang kerja setelah mengawasi sebuah konstruksi bangunan, Een datang kepada Bella. "Aku ditelepon oleh beberapa orang dari Amerika."
"Dari Amerika?"
"Iya, Bella. Ada dari Pentagon yang menelpon karena Julius berusaha untuk melakukan hack kepada sistem keamanan software Pentagon."
Mendengar itu, Bella menjadi sangat marah. Dia langsung mendatangi Julius, si sulung dari dua bersaudara kembar, anak-anaknya.
Julius memang memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan dokter yang sempat memeriksa Julius berkata kalau Julius itu memiliki IQ yang sangat tinggi dan langka di dunia
Julius adalah seorang jenius yang bisa langsung mempelajari apa saja yang dia minati.
Karena Julius terlihat diam saat dia masih berumur 4 tahun maka Bela sempat memperkenalkan Julius pada sistem kode dan juga pada sistem internet tapi ternyata Julius belakangan berhasil membobol beberapa situs terkemuka yang belakangan memohon-mohon kepada Bella untuk meminta Julius tidak lagi berusaha membobol situs keamanan mereka.
Bahkan mereka sempat memberikan hadiah uang supaya Julius tidak lagi membobol sistem keamanan mereka.
Setelah Bella memarahi Julius, Julius memang langsung patuh. Dia tidak lagi membobol sistem keamanan yang dikatakan terlarang oleh Bella itu, tapi kemudian Julius malah terus berusaha membobol sistem keamanan perusahaan yang lain.
Bella pernah bertanya mengapa Julius membobol sistem keamanan perusahaan-perusahaan itu.
Jawaban Julius sangat klise. Julius bilang, CEO-CEO dari perusahaan-perusahaan itu yang menantangnya dengan berkata di internet kepada para hacker, untuk coba berusaha membobol sistem keamanan mereka dan kalian akan selalu gagal.
Karena itulah Julius tertantang untuk membobol sistem keamanan canggih yang dimiliki perusahaan itu dan akhirnya Julius selalu berhasil membobol sistem keamanan perusahaan yang dia incar sehingga mereka cuma bisa meminta Julius untuk tidak lagi berusaha membobol sistem mereka.
Sekarang ini, Julius bahkan melangkah ke arah yang lebih gila karena Julius ternyata membobol sistem keamanan Pentagon
Bella langsung memarahi Julius yang sedang bersama Julian, adik kembarnya.
Saat sedang memarahi Julius ini, perhatian Bella teralihkan dengan sebuah wawancara di TV. Kedua bola mata Bella membulat saat menatap ke arah TV.
"Ma. Mama kenapa?" tanya Julian sambil ikut menatap ke arah TV.
Bella tidak menjawab. Matanya masih terus menatap ke arah televisi dan melotot ke arah wawancara dari seorang wartawan bisnis dengan seorang CEO terkenal.
Bab 05 Ingat Wajahnya dan Jauhi Orang itu
Julius dan Julian langsung merasakan kalau ibu mereka melihat sesuatu yang sangat mengagetkan bahkan mungkin menyakiti ibu mereka di masa lalu ibu mereka.
Karena itu, Julius dan Julian langsung berdiri di samping Bella dan menatap ke arah TV.
"Siapa dia, mah?" tanya Julian lagi.
Sementara Julius terus memperhatikan wajah Bella.
"Dia adalah Ayah kalian. Ingat baik-baik wajahnya dan namanya serta jauhi orang itu kalau kalian tidak sengaja bertemu dengan dia. Mengerti?" Bella menatap bergantian ke arah Julian dan Julius dengan mimik wajah serius.
Julian dan juga Julius langsung mengangguk mengiyakan perintah ibu mereka itu.
Setelah itu, Bella menatap tajam ke arah Julius. "Dan kamu, Julius, ingat. Mulai sekarang, kamu tidak boleh lagi menjadi hacker. Kalau kamu ingin berguna, lebih baik kamu menciptakan apa, kek, yang seperti Facebook kek, seperti Instagram kek. Pokoknya jangan lagi jadi hacker dan membobol rahasia perusahaan orang. Mengerti?"
Julius langsung mengangguk. "Aku berjanji, mah. Aku berjanji mulai sekarang aku tidak akan lagi membobol sistem keamanan Pentagon atau perusahaan milik orang lain. Aku janji," Julius mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan dengan tangan kanannya.
Bella nampak puas. Setelah itu, Bella langsung menuju ke arah kamarnya, masuk dan mengunci pintu kamarnya.
Si kembar mengikuti Bella hingga ke balik pintu. Mereka bisa mendengar suara tangisan ibu mereka di dalam sana.
Mereka berdua saling berpandangan. Kemudian mereka kembali ke ruang tengah.
Julian bertanya kepada Julius, "sebelum ini kamu tidak pernah bersumpah. Apakah masa-masa kamu sebagai hacker sudah berakhir? Apa kamu akan turuti kata-kata Mama kita? Padahal aku tahu pasti, kalau aksimu akan berlanjut. Iya kan?"
Julius menatap ke arah kamarnya Bella. Setelah itu dia berkata, "aku memang bersumpah kepada mama kita kalau aku tidak akan lagi membobol sistem keamanan perusahaan orang lain. Tetapi aku tidak pernah berjanji kalau aku tidak akan membobol sistem keamanan perusahaan ayah kita."
"Kenapa begitu?"
"Dia kan bukan orang lain tapi ayah kita sendiri."
Julian mengerutkan rekeningnya. "Apa maksudmu? Mama kan sudah bilang supaya kita menjauhi ayah kita. Kenapa kamu masih mau mendekati ayah kita?"
"Mama memang mengatakan kepada kita untuk tidak bertemu dengan ayah kita. Tapi, kita kan tidak pernah berjanji untuk tidak mengusik Ayah kita itu. Iya kan?"
"Tapi kamu sudah bersumpah, Julius."
"Aku cuma bersumpah untuk tidak membobol sistem keamanan di Pentagon atau perusahaan-perusahaan dunia lainnya atau perusahaan milik orang lain. Tapi aku tidak pernah berjanji untuk tidak membobol sistem keamanan perusahaan ayah kita sendiri. Iya kan?"
Melihat sikap serius Julius ini, Julian bertanya, "lalu apa rencanamu, Julius?"
"Kita pernah membicarakan ini. Kita pernah melihat bagaimana ibu kita menangis karena perbuatan Ayah kita itu dan sampai sekarang dia masih menangis." Julius menunjuk ke arah kamarnya Bella.
"Lalu bagaimana?"
"Karena itu kita harus membalas dendam kepada ayah kita itu?"
"Lalu apa rencanamu, Julius?" tanya Julian lagi.
"Aku akan membuat ayah kita menyesal telah menyakiti hati ibu kita dan kamu harus membantuku dalam hal ini."
"Aku siap membantumu," tegas Julian.
**
Besok paginya, baru saja Bella tiba di kantornya dia sudah dihadang oleh bosnya yang bernama Rudi.
Sebenarnya kantor arsitek yang jadi tempat kerjanya Bella ini dimiliki oleh Bella, tapi dari awal, yang menyuntikkan dana untuk Bella membuat perusahaan ini adalah Rudi. Sementara pengoperasian dan pengerjaan design bangunan dilakukan oleh Bella dan beberapa pegawainya.
"Ada apa, Pak Rudi?" tanya Bella yang cukup surprise dengan kedatangan Rudi ini karena biasanya Rudi hanya meneleponnya dan jarang sekali datang ke kantor ini karena Rudi memiliki kantor yang luas di tempat lain dan biasanya Bella yang harus menemui Rudi di kantornya Rudi itu.
"Ada sebuah kejutan luar biasa," kata Rudi dengan mimik wajah yang terlihat sangat gembira.
"Ada apa?"
"Kamu tahu tentang pembangunan Star Square Boulevard yang heboh belakangan ini yang diisukan akan menjadi pusat perdagangan terpadu dan terbesar di Asia Tenggara?"
"Iya. Kan pengerjaan pekerjaannya sudah dimulai."
"Iya memang sudah dimulai sejak setahun yang lalu. Itu baru kawasan perkantoran dan apartemen. Tetapi ternyata pengerjaan mall-nya baru akan dimulai. Dan semalam, di sebuah acara pesta kaum selebriti aku bertemu dengan seorang CEO yang kemudian mengajak kita untuk terlibat dalam proyek ini."
"Terlibat bagaimana, Pak?"
"Aku yang akan mengerjakan proyek pembangunan mal ini, sementara kamu yang akan membuat sketsa untuk proyek mall itu. Bagaimana? Kamu terkejut, kan?"
"What? Tapi sebelum ini aku cuma pernah membuat sketsa gedung-gedung perkantoran, pak. Aku belum pernah membuat gambar untuk mal."
"Berarti ini adalah kesempatan pertamamu untuk membuatnya dan kamu tidak boleh menolak. Kamu harus mengambilnya supaya namamu mulai berkibar di kancah daftar arsitek terkenal di negara ini. Mengerti?"
Bella terdiam Tetapi dia juga merasa ini adalah sebuah kesempatan yang baik baginya untuk mengembangkan karirnya, mengembangkan namanya sebagai arsitek yang mulai diperhitungkan di dunia real estate di Indonesia. Karena itu, Bella akhirnya mengangguk.
"Sekarang ikut aku," kata Rudi yang langsung berjalan menuju ke arah luar kantor.
"Ikut ke mana, Pak Rudi?"
"Ikut aku ke restoran. Kita akan bertemu dengan CEO pemilik proyek itu dan di sana kita akan membicarakan lebih lanjut tentang rencana pengembangan proyek ini."
"Baik, Pak. Bella pun bergerak mengikuti langkah Rudi.
Rudi naik ke mobilnya dan Bella pun naik ke mobil Bella sendiri. Setelah itu dua mobil ini langsung keluar dari Kompleks kantor milik Bella dan setelah sekitar 1 kilometer, mobilnya Rudi masuk ke parkiran sebuah rumah makan dan parkir di sana.
Menyadari akan bertemu dengan seorang klien penting, maka setelah memarkir mobil, Bella segera bersiap di mobilnya. Dia menggunakan alat make up yang selalu dia siapkan di dalam mobilnya dan mulai merias wajahnya.
Rudi nampak melambai-lambaikan tangan ke arahnya meminta Bella untuk mengikuti Rudi tetapi Bella meminta waktu sejenak.
Hingga akhirnya Rudi masuk duluan ke dalam dan duduk di bagian tengah dari restoran elite yang nampaknya menjadi tempat pertemuan dengan CEO yang dibilang oleh Rudi itu.
Baru saja Bella keluar dari mobil, tiba-tiba sebuah mobil mobil sport parkir di sampingnya dan hampir mengenai dirinya kalau Bella tidak menghindar.
Bella jadi geram dengan sikap sembrono pemilik mobil sport ini. Dia menunggu pemilik mobil itu keluar dari mobilnya. Dia ingin mendamprat siapapun pemilik mobil itu.
Bella tidak peduli walaupun dia tahu pemilik mobil ini pasti orang kaya karena bisa membeli mobil mewah yang berharga 40 miliar ini.
Seorang pria keluar dari mobil. Pria itu langsung mengatur dasi dan menatap ke arah restoran.
Begitu melihat pria itu, Bella langsung memalingkan wajahnya.
Bella begitu kaget karena pria yang baru saja keluar dari mobil sport itu adalah pria yang selama 7 tahun ini membayangi hidupnya.
Pria ini seringkali hadir dalam mimpi dan menjadi mimpi buruk yang menakutkan baginya. Karena pria ini adalah pria yang dulu merenggut kehormatannya.
Sekaligus pria yang memberikan dua anak kepadanya, yaitu Julian dan Julius.
Maksud hati Bella yang ingin mendamprat pemilik mobil sport itu, akhirnya harus dia urungkan. Dia terus memalingkan wajahnya, tidak mau melihat ke arah restoran hingga akhirnya dia mendengar suara handphonenya berbunyi.
"Ayo masuk. Klien kita sudah mau datang, tuh," kata Rudi di ujung telepon.
"Baik, pak. Aku segera ke sana." Bella segera mematikan telepon dan mengintip pelan-pelan ke arah belakang dan dia sangat lega karena pria bernama Gerson yang dulu pernah menghancurkan hidupnya sudah tidak lagi berada di dekat sini.
Sambil sedikit menutup wajahnya supaya kalau Gerson berada di sekitar sini maka Gerson tidak bisa melihatnya, maka Bella segera berjalan menuju ke dalam restoran.
Sambil terus menutup wajahnya dengan tangan kanannya, Bella terus berjalan menuju ke arah Rudi yang sudah menunggunya di dalam restoran.
Bella melihat Rudi sudah bangkit berdiri dan mempersilahkan Bela untuk mengambil kursi tepat di sebelah kanannya sementara Bella terus nenutup mata sebelah kanannya supaya tidak bertemu dengan pria yang ingin dia hindari.
Sambil terus menutup wajahnya yang sebelah kanan, Bella langsung duduk di samping kanannya Rudi dan bertanya, "bagaimana? Apa dia sudah datang?"
"Dia sudah datang, Bella. Ini orangnya," kata Rudi sambil menunjuk ke arah sebelah kirinya.
Sekarang ini, barulah Bella menurunkan tangannya yang sejak tadi dia pakai untuk menghalangi bagian kanan wajahnya. Dan saat Bella menatap ke arah depan, ke arah tamu yang dibilang oleh Rudi itu, Bella menjadi sangat kaget.
Bab 06 Terpaksa Bersabar
Bella sangat kaget saat dia menyadari kalau orang yang dia hindari sejak tadi hingga dia menutup bagian sisi kanan wajahnya dengan tangannya, ternyata malah sekarang ini sudah duduk di depannya.
"Apakah dia mengenalku? Apakah dia masih ingat wajahku?" batin Bella dengan mata membulat sambil terus menatap ke arah wajah tampan di depannya ini.
"Perkenalkan Pak Gerson. Ini namanya Bella. Dia adalah arsitek berbakat yang lulusan Stanford university di Amerika," kata Rudi sambil menunjuk ke arah arah Bella.
Gerson mengangguk ke arah Bella.
"Bella, ini namanya Pak Gerson Sutanto, CEO dari Grup Hasrat Abadi yang bergerak di bidang properti dan otomotif." Rudi menatap ke arah Bella.
"Senang mengenalmu, Nona Bella." Gerson berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Bella.
Bella tercekat. Matanya membulat, ingatannya kembali ke masa lalu saat pria di hadapannya ini memperkosanya.
Bella masih terpaku di tempat duduknya. Tidak mengindahkan uluran tangan Gerson ke arahnya.
Saat ini, rasanya Bella ingin berdiri dan menampar Gerson, pria yang pada 7 tahun yang lalu, telah menghadirkan mimpi buruk dalam hidupnya.
Rudi melotot ke arah Bella karena tidak enak pada Gerson yang sudah berdiri sejak tadi untuk menjabat tangan Bella.
Rudi bahkan menginjak kaki Bella karena merasa tidak enak pada Gerson.
AWWWW
Bella tersentak kaget saat kakinya diinjak Rudi. Dia juga menyadari kalau Gerson tidak mengenalnya.
Karena itu, Bella langsung berdiri dan menjabat tangan Gerson. "Senang mengenalmu Bapak Gerson Sutanto."
"Please call me Gerson karena aku belum terlalu tua untuk Dipanggil bapak. Iya, kan?" kata Gerson sambil mengecup tangan Bella.
"Dia benar-benar tidak mengenalku. Dasar tukang perkosa! Dia telah menghancurkan hidupku 7 tahun yang lalu, tapi dia sama sekali tidak mengenalku. Pasti banyak yang sudah menjadi korbannya," batin Bella dalam hatinya.
Bella juga merasa sangat direndahkan karena dia pikir seharusnya Gerson akan mengenalnya setelah peristiwa pada 7 tahun yang lalu itu, pada malam terkutuk yang diingat Bella dengan jelas.
Tapi ternyata Gerson tidak mengenalnya. Dan ini membuat Bella semakin membenci Gerson, pria yang selama 7 tahun ini ingin dia hindari tapi sekarang, dia harus berhadapan dengan mimpi buruknya itu.
Sementara itu, Gerson menatap Bella membatin, "arsitek ini cukup cantik. Wajahnya seperti familiar tapi aku lupa dimana aku pernah melihatnya. Hmmm, mungkin aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Tapi, nampaknya aku harus mengajaknya kencan."
Saling tatap dan saling membatin antara Gerson dan Bella dihentikan karena Rudi sudah berdehem cukup keras yang membuat Gerson dan Bella sama-sama menarik tangan mereka masing-masing yang sejak tadi tidak terlepas itu.
"Begini Bella Aku ingin kamu memaparkan akan rencanamu untuk pembuatan rancangan Mall untuk semakin meyakinkan Pak Gerson akan sketsamu kata Rudi kepada Bella sambil menyodorkan laptop milik Bella yang dari tadi dipegang oleh Rudi.
Gerson sudah menunggu sambil menatap wajah cantik Bella.
Bella yang tidak ingin bekerjasama dengan Gerson, putuskan untuk mengacaukan kerjasama perusahaannya dengan perusahaannya Gerson.
"Aku tidak memiliki perencanaan apa-apa, pak. Karena bapak tahu sendiri, kan? Aku belum pernah membuat rancangan untuk pembuatan mal sebelumnya. So ... mungkin aku bukan orang yang tepat untuk ini."
Rudi langsung panik mendengar kata-kata Bella itu. "Come on, Bella. Ingat, sebelumnya kamu cuma merancang ruko. Iya kan? Sesudah itu, saat kamu kerjasama denganku untuk membuat gambar rancangan untuk apartemen 30 lantai, nyatanya kamu bisa. Iya kan?"
"Iya sih. Tapi ... aku tidak yakin kalau mal. Rancangannya lebih sulit."
Rudi melotot ke arah Bella. Kemudian dia menatap Gerson. "Maaf, pak. Aku ingin bicara dulu dengan Bella."
"Silakan, pak," tandas Gerson.
Rudi langsung melotot ke arah Bella sambil memberi isyarat pada Bella untuk mengikutinya.
Bella pun mengikuti langkah Rudi yang berjalan meninggalkan meja dan baru berhenti setelah berjalan sekitar sepuluh meter.
"Kamu kenapa, sih? Kamu lagi kesambet jin apa, Bella? Kenapa kamu bicara seperti itu? Kamu tidak profesional, Bella!" sembur Rudi saat Bella sudah berdiri di depannya.
"Aku cuma bicara apa adanya, pak. Aku kan memang belum pernah menggambar rancangan mal sebelum ini. Iya kan?"
"Iya sih. Aku sadar itu. Tapi, biasanya kamu mau belajar. Ingat, saat kamu bikin rancangan Apartemen Great Pramuka. Kamu juga menghadapi faktor kesulitan tinggi. Iya kan? Tapi kamu tidak menyerah. Kamu terus berusaha dan hasilnya memuaskan. Iya kan?"
"Kali ini aku tidak yakin, pak."
"Kamu harus melakukan ini. Kalau tidak, kerjasama kita tidak akan berlanjut."
Bella terdiam. Dia memikirkan karyawannya. Dia merasa belum sanggup bagi perusahaan kecilnya untuk berdiri sendiri tanpa kerjasama dengan perusahaannya Pak Rudi.
Rudi yang wajahnya sempat mengeras, kini mulai melunak. "Please, Bella. Mari kita ambil proyek ini. Please."
Akhirnya Bella mengangguk. Dan saat Rudi mengajaknya untuk kembali ke meja tempat Gerson berada, dia terpaksa ikut.
"Maafkan kami, pak. Arsitekku sempat bimbang. Tapi, sekarang ini, arsitekku sudah siap," kata Rudi sambil tersenyum ramah ke arah Gerson.
"Tidak apa. Aku mengerti kok."
Rudi langsung memberitahu isyarat ke arah Bella.
"Oke." Bella langsung membuka file-file tentang rancangan-rancangan gedung yang pernah dia buat sebelumnya.
"Aku tidak bisa melihat dari sini. Bolehkah aku duduk di sampingmu?" tanya Gerson sambil menunjuk ke samping Bella.
Bella pun mengangguk walaupun harus menyimpan amarah di hati karena teringat perbuatan Gerson kepadanya dulu.
Rudi yang ingin mengambil hati Gerson langsung mengangkat sebuah kursi kosong yang berada agak jauh dari Bella, untuk dia taruh di samping kanan Bella. Setelah itu, dia mempersilahkan Gerson untuk duduk di kursi yang dia taruh itu.
Gerson langsung duduk di samping Bella.
Gerson menatap Bella dan membatin. "Gadis ini cukup cantik. Hmmm. Dia layak untuk menjadi objek petualanganku selanjutnya."
Bella mulai menjelaskan tentang rancangan-rancangan yang sebelumnya dia buat sambil dia memperlihatkan rancangan lamanya di dalam folder di laptop miliknya.
Dengan penuh senyum walau harus menyimpan bara api di dada, Bella menjelaskan segala hal tentang rancangan pertamanya.
Tapi saat Bella menyadari kalau pahanya dan paha Gerson saling tempel maka dia segera menjauhkan pahanya dari paha Gerson sehingga Gerson tidak bisa lagi menempelkan pahanya di dekat pahanya.
"Nampaknya gadis ini berusaha untuk bersikap jinak-jinak merpati denganku. Baiklah akan aku layani. Aku mau lihat, sampai dimana pertahananmu," batin Gerson sambil menatap wajah Bella.
Menatap wajah Bella dengan jarak sedekat ini membuat Gerson semakin terkesima akan kecantikan Bella.
"Aku yakin suatu saat kamu akan jatuh ke tanganku seperti wanita-wanita yang lain," batin Gerson.
Setelah itu, Gerson mulai memainkan cara yang lain. Sambil menatap Bella, tangannya menyentuh tangan Bella yang sedang menyentuh keyboard. "Aku ingin melihat rancanganmu yang lain."
"Oke. Yang ini adalah saat aku merancang sebuah hotel bintang 3 di Bandung," kata Bella sambil menunjukkan salah satu rancangan kebanggaannya.
"Oke sangat bagus. Betul-betul sangat bagus. Aku kagum," kata Gerson sambil menatap rancangan yang pernah dibuat oleh Bella.
Gerson putuskan untuk menaruh tangannya di atas tangan Bella. "Benar-benar mengagumkan." Kali ini yang dia puji adalah kelembutan tangan Bella yang saat ini sedang dia pegang.
Bella menatap ke arah Rudi menunjukkan tidak sukanya ke arah Rudi sambil dengan kerlingan matanya, dia menunjuk ke arah tangan Gerson yang sedang memegang tangannya.
Bella ingin mengatakan kalau dia tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Gerson pada tangannya ini.
Tapi Rudi malah menyatukan kedua tangannya di depan dada, Rudi memohon supaya Bella jangan marah akan kelakuan Gerson pada saat ini.
Sebenarnya kebencian Bella kepada Gerson semakin menumpuk karena masa lalunya dengan Gerson, ditambah dengan sikap Gerson dalam menggodanya bahkan menjurus ke arah pelecehan kepadanya pada saat ini tetapi Bella memilih untuk bersabar.
Setelah menjelaskan beberapa saat tentang rancangan hotel bintang 4 di Bandung yang pernah dibuatnya Bella langsung memanfaatkan situasi saat pesanan makanan datang untuk menjauhkan tangannya dari tangan geser Gerson.
"Kalau begitu, kita makan dulu, Pak Gerson. Kebetulan aku sudah lapar berat, nih," potong Rudi.
"Oke kalau begitu mari kita makan." Setelah itu, acara dilanjutkan dengan makan-makan. Laptop pun ditutup dan acara dilanjutkan dengan makan-makan.
Tapi sepanjang acara makan berlangsung, Gerson terus menatap Bella seakan dia akan merasa sangat rugi kalau sedetik saja tidak menatap wajah cantik Bella.
Setelah acara makan usai, Rudi berkata, "jadi bagaimana, Pak Gerson? Bapak kan sudah melihat rancangan-rancangan yang pernah dilakukan oleh Bella. Jadi bagaimana? Apakah perusahaan kami tetap akan dikontrak untuk pembangunan mall itu?"
Gerson berpikir sejenak kemudian dia berkata, "masih ada beberapa detail yang harus aku lihat dulu jadi aku ingin ada penjabaran yang lebih detail lagi."
"Kalau begitu, aku dan staffku akan datang ke kantor bapak untuk kembali menjelaskan rancangan dan cara kerja kami secara menyeluruh. Bagaimana, pak?"
"Tidak perlu, Pak Rudi. Soal Anda, saya sudah sangat sudah sangat yakin akan kinerja Anda dalam mengerjakan pembangunan mal itu. Tapi aku masih belum yakin akan rancangannya." Gerson menatap ke arah Bella.
Mendengar kata-kata Gerson itu Bella berkata pada Rudi. "Tuh, kan, pak. Aku tidak qualified untuk mengerjakan rancangan ini. Mungkin bapak harus menggandeng arsitek lain, pak."
"No. Aku tidak ingin arsitek lain. Aku cuma mau kamu," tegas Gerson.
Bab 07 Aroma yang Tidak Terlupakan
"Tapi untuk itu, kamu dan aku harus banyak diskusi saat kamu mengerjakan rancangan mal itu," lanjut Gerson sambil terus menatap Bella.
Rudi dengan semangat cari mukanya langsung berkata, "Pak Gerson jangan khawatir, pak. Bella pasti akan bekerja dengan sebaik-baiknya dan akan terus melaporkan hasilnya kepada bapak."
"Itu yang aku mau. Aku mau dia terus melaporkan setiap perkembangannya dan juga melaporkan apa yang hendak dia lakukanndari hari ke hari. Tanpa putus," tegas Gerson.
Bella terdiam mendengar kata-kata Gerson yang terdengar penuh kuasa itu.
"Bagaimana, Bella? Kamu bisa, kan?" tanya Rudi. Tapi tanpa menunggu jawaban dari Bella, Rudi sudah langsung menoleh ke arah Gerson. "Dia pasti bisa, pak. Proyek ini sangat besar. Proyek seperti ini menjadi cita-citanya karena itu dia pasti akan menyiapkan dengan baik dan terus saling berhubungan dengan bapak demi terlaksananya proyek ini."
"Oke. Aku ingin secepatnya Bella menjelaskan detail rancangannya. Aku ingin Bella segera datang ke kantorku dan dia bisa menjelaskan semuanya di sana. Bagaimana?" tanya Gerson.
Bella menatap Rudi. Rudi langsung memohon. Tangannya kembali ditutup di depan dada dengan gaya memohon dengan sangat kepada Bella.
Akhirnya Bella berkata, "baiklah. Aku akan datang. Saat pak CEO minta, aku akan datang."
"Bagus."
**
Saat Gerson pulang dari pertemuannya dengan Rudi dan Bella, dia langsung datang ke ruangan CEO di kantornya dan menelpon Tony, teman baiknya sekaligus bawahannya yang menjadi direktur umum di perusahaannya ini.
"Yo what's up, dude? " sapa Tony sesaat setelah dia masuk ke ruangan CEO milik Gerson ini.
"Duduklah. Aku mau membicarakan sesuatu yang penting denganmu," kata Gerson sambil menunjuk ke arah sofa di depannya. Gerson sendiri sudah tidak lagi duduk di balik meja CEO, dia duduk di sofa yang berada di depan meja CEO.
"Kebetulan, bos. Aku juga ingin melaporkan sesuatu kepadamu. Tapi, kamu dulu lah," kata Toni sambil duduk di depan Gerson.
"Begini, nanpaknya aku lagi Falling In Love."
Tony langsung tertawa mendengar kata-kata Gerson. "Faling In Love? Playboy seperti kamu bisa falling in love?"
"Ingat, ada banyak playboy yang pada saatnya nanti akan tobat. Atau jatuh cinta beneran setelah menemukan seorang wanita yang dia cari selama ini. Iya kan?"
"Iya sih. Tapi kamu kan sudah beberapa kali berkata kalau kamu lagi falling in love. Ingat dulu waktu kamu baru mengenal Lestari. Kamu juga bilang kalau lagi falling in love. Kemudian kamu mengenal Pamela yang juga kamu bilang kamu sedang falling in love tapi akhirnya kamu tetap saja meninggalkan mereka semua. Iya kan?"
"Sekarang berbeda setelah aku mengenal seorang arsitek bernama Bella."
"Sudah berapa lama kamu mengenalnya?"
"Baru kira-kira sejam yang lalu."
Tony kembali tertawa. "Kurasa perasaan kamu akan segera berubah minggu depan atau dua minggu depan atau setelah kamu tidur sekali atau dua kali dengannya. Yah. Seperti biasa lah. Iya kan?"
"Ada sesuatu yang mengusik hatiku, Tony."
"Apa itu?"
"Aroma."
"Aroma? Apa maksudmu?"
"Saat aku di dekatnya, aku sepertinya pernah bertemu dengan arsitek bernama Bella itu. Aku mengenal bau tubuhnya. Aku mengenal parfum yang dia pake tapi aku lupa di mana aku pernah mencium bau parfum itu."
"Coba kamu ingat lagi."
"Kamu tahu sendiri, kan. Aku tidak pernah tidur dengan sembarang wanita. Yang tidur denganku, biasanya adalah pacar, teman kuliahku atau sekretarisku atau rekan kerjaku dan semuanya aku kenal dengan baik dan semuanya tidak ada yang memiliki aroma parfum seperti gadis bernama Bella ini. Parfumnya sangat unik dan benar-benar berbeda dari semua wanita yang pernah aku kenal."
"Nampaknya parfum seperti itu sangat berkesan bagimu?"
"Ya. Sangat berkesan. Tapi aku lupa di mana aku pernah mencium bau parfum itu. Yang jelas, aku tidak mencium bau parfum itu di toko parfum atau semacam itu tapi aku pernah mencium bau parfum itu di tubuh seorang gadis tapi aku lupa yang mana."
"Apa mungkin kalian berdua pernah bertemu di pesawat? Mungkin arsitek itu duduk di belakangmu atau di depanmu dan kamu rasakan aroma tubuhnya dan kamu tidak bisa lupa padanya sehingga saat kamu bertemu dengannya, kamu teringat lagi akan parfum itu."
"Mungkin seperti itu." Gerson mengangguk kepalanya. "Mungkin seperti itu." Tapi tetap saja tidak ada keyakinan di dalam diri Gerson.
"Sudahlah. Aku rasa minggu depan atau dua minggu depan kita akan bicara lagi soal gadis tapi seorang gadis yang lain dan bukan Bela si arsitek ini."
"Aku rasa kali ini berbeda. Aku rasa Bella ini sangat istimewa. Tapi sudahlah, kita lihat saja nanti. Sekarang, apa yang ingin kamu laporkan?"
"Ada hacker yang berhasil membobol sistem keamanan kita, Gerson."
"Apa orang-orang kita tidak mampu melawan orang ini?"
"Mereka sudah mencobanya tapi tidak berhasil. Serangan itu terjadi sejak kemarin dan begitu kebocoran berhasil ditutup oleh orang-orang kita maka penyerang itu kembali membobol sistem keamanan kita yang lain dari celah yang lain dan itu terus berlanjut sejak kemarin."
"Sehebat itu?"
"Ya. Menurut ahli cyber perusahaan kita, sepertinya hacker yang menyerang itu, terdiri dari organisasi yang besar. Karena kerjaan seperti itu, mustahil bisa dilakukan oleh seorang hacker."
"Oke. Cari dia dan bayar dia. Kalau perlu, rekrut dia dan pecat orang-orang keamanan cyber kita yang sebelumnya, karena mereka terbukti tidak becus menghadapi serangan yang ini."
"Oke, bos. Aku akan segera berusaha menghubungi dia."
"Tawarkan dia gaji yang tinggi."
"Aku permisi dulu. Aku harus memantau kebocoran ini." Setelah itu, Tony langsung keluar dari ruangan CEO ini.
Setelah Tony keluar dari ruangannya, Gerson berjalan ke arah jendela kaca kemudian dia menatap ke arah bawah. Dia teringat akan pertemuan dia dengan Bella sebelumnya.
"Sepertinya aku tidak pernah melihat wajahnya tapi aku yakin sekali kalau aku pernah mencium bau tubuhnya, mencium parfumnya. Tapi di mana? Apakah Bella memakai parfum yang sama seperti wanita yang pernah bertemu denganku?"
Gerson menatap lurus ke arah gedung-gedung di sebelah gedung kantornya. "Atau mungkinkah sama seperti dugaan Tony, mungkin aku pernah bertemu dengan Bella sebelumnya tapi kami tidak saling kenal mungkin kami bertemu di tempat umum, bertemu dalam pesawat, atau di ruang tunggu pesawat dan aku terkesan akan bau harum parfumnya. Hmmm. Nampaknya itu yang terjadi."
Setelah itu beberapa seorang sekretarisnya datang untuk membawa laporan yang harus ditandatangani oleh Gerson.
Gerson pun mulai tenggelam dalam pekerjaannya hingga setelah selesai melakukan penandatanganan, dia mulai meneruskan pekerjaannya di balik laptop.
Setelah 3 jam bekerja, tiba-tiba Tony mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangannya Gerson.
"Ada apa, Ton?" tanya Gerson tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Tony, karena dia masih mengerjakan pekerjaannya di laptop miliknya.
"Aku berhasil berkomunikasi dengan hacker yang berhasil membobol sistem keamanan kita."
"Bagus. Berikan mereka uang atau tawarkan pekerjaan kepada mereka dengan gaji tinggi."
"Mereka tidak menanggapi tawananku tapi mereka berkata sesuatu yang membuat aku sangat heran."
"Apa itu? Apa yang membuat kamu heran?" Gerson mengalikan pandangannya dari laptop untuk menengok ke arah Toni.
"Hacker itu bicara tentang kamu, Gerson."
"Tentang aku?" tanya Gerson sambil mengerutkan keningnya.
Hacker itu bilang, "ini demi pembalasan dendam kepadamu."
Mendengar itu Gerson jadi kaget. "Aku tidak pernah ada masalah dengan hacker. Kenapa mereka mengejarku?"
Bab 08 Curhat
Toni mengangkat bahunya. "Masalahnya bisa apa saja. Bisa saja orang tuanya pernah kalah berbisnis denganmu atau kalah dalam tender proyek atau bisa saja mereka pernah mengajukan proposal peminjaman dana untuk perusahaan investor yang kamu kelola dan mereka ditolak olehmu. Jadi, kemungkinan itu bisa apa aja. Kamu tidak perlu melakukan kesalahan pribadi dengan mereka. Iya kan?"
"Iya juga, sih. Iya juga. Lalu, menurutmu kita harus bagaimana?"
"Kita bisa melakukan cara ini. Kita pancing mereka dengan imbalan uang yang besar saat mereka terpancing untuk menerima uang yang kita tawarkan maka kita lacak rekening mereka dan kita tangkap mereka. Kita gunakan pihak berwajib untuk menangkap mereka dengan alasan mereka melakukan pemerasan kepada kita."
"Ide yang bagus. Jalankan itu," pungkas Gerson.
**
Bella menghempaskan tubuhnya di depan Een, bidan yang selama ini menjadi teman baiknya, sahabatnya yang ikut membantu Bella merawat dua hati Bella yaitu Julius dan Julian saat Bella tidak punya apa-apa.
"Kamu kenapa, Bella? Kok tumben tiba-tiba datang ke tempat kerja aku?" tanya Bidan Een sambil terus memperhatikan wajah Bella.
"Aku ketemu dia, Mbak," jawab Bella lesu.
"Dia? Dia siapa?"
"Musuh yang paling besar dalam hidupku."
"Maksud kamu, Beni, tunanganmu yang selingkuh itu?"
Bella langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia mungkin musuh nomor duaku tapi mungkin aku sudah mencoret dia dari daftar musuhku karena aku tidak perlu lagi mengingat bangsat yang tidak setia itu."
Een mengerutkan keningnya. Kemudian dia berkata, "maksudmu, musuh nomor satumu itu adalah orang yang memperkosa kamu itu. Begitu?"
Bella tidak menjawab. Wajahnya tertekuk. Dia cuma menatap langit-langit ruang pribadi Een di klinik ini.
Melihat itu Een langsung meninggalkan tempat duduknya, mendekati Bella yang duduk 1 meter di depannya kemudian dia duduk di samping Bella dan memeluk Bella serta menepuk-nepuk pundak Bella apalagi saat Bella Langsung menangis di pelukannya.
Een dan Bella memang jadi sahabat karib sejak Bella diusir dari rumah hingga berakhir di klinik yang dipimpin oleh Een ini.
"Kok bisa kamu ketemu dia? Kamu bilang kamu kan mau menghindar dari dia walaupun kamu sudah tahu identitasnya."
"Aku memang tidak mau mendekatinya, mbak. Tetapi nasib mempertemukan aku dengannya. Ugh, bagaimana nih?"
"Apa maksudmu?"
"Pak Rudi menerima job dari perusahaan si brengsek itu yang membuat aku harus jadi arsitek untuk proyek yang dimiliki oleh orang itu. Huhuhu."
"Hah? Kamu akan bekerja di proyek yang dimiliki oleh ayah dari anak-anakmu. Begitu?"
"Iya, mbak. Itu yang terjadi. Seharian ini aku sudah berusaha meminta Pak Rudi supaya dia membatalkan kerjasama proyek itu tapi Pak Rudi tidak mau. Pak Rudi terus memohon kepadaku dan mengancam akan memecat aku dan menghentikan kerjasama dengan tim-ku kalau aku tidak mau mengambil proyek itu. Aku sempat pasrah tapi dia memohon padaku dan aku tidak tega untuk menolak permohonannya itu."
"Iya, Bella. Kamu tidak boleh menolak permintaan dari Pak Rudi. Walau bagaimanapun, Pak Rudi itu adalah penolongmu. Saat kamu tidak memiliki pekerjaan dan belum memiliki pengalaman kerja, Pak Rudi itu yang menerima kamu untuk menjadi arsitek utamanya di perusahaannya hingga membuat kamu bisa menghidupi dua anakmu dan memiliki rumah."
"Itulah, mbak. Pak Rudi itu berjasa besar dalam kehidupanku dan dua anakku, jadi aku tidak bisa menolak permintaannya. Apalagi dia kulihat sangat bangga dengan proyek Mall ini karena ini adalah proyek Mall pertama yang perusahaannya kerjakan."
"Terus bagaimana waktu kalau kamu ketemu dengan ayah anak-anakmu itu. Apakah dia mengenalmu?"
"Itulah yang membuat aku semakin jengkel. Dia terlihat tidak mengenalku tapi di saat yang sama dia berusaha menggodaku."
"Apakah itu karena dia tahu kalau kamu pernah menjadi korbannya?"
"Aku tidak tahu soal ini, mbak. Tapi, pria pemerkosa seperti itu bisa saja sudah memiliki banyak korban. Karena itu, dia pasti sudah lupa dengan korban-korbannya. Apalagi saat dia memperkosaku itu, dia dalam keadaan mabuk berat."
Een nampak berpikir sesaat kemudian dia berkata, "ya. Kamu mungkin benar. Dia mungkin sudah melupakan kamu. Kalau begitu, kamu juga harus menganggap dia sebagai orang yang tidak kamu kenal saat kamu harus bekerja dengannya. Gimana?"
"Aku nggak bisa, mbak. tiap kali aku melihat dia aku kembali teringat akan peristiwa yang pernah kualami itu. Malam kejam itu yang seharusnya sudah aku lupakan kini seolah terpampang jelas lagi di mataku saat aku melihat dia."
Een cuma bisa menghela nafas melihat kesedihan Bella ini.
Kotak Pandora yang sudah ku tutup rapat-rapat, seakan terbuka lebar saat aku bertemu dengannya. Aku kembali teringat pemaksaan yang dia lakukan. Aku kembali teringat saat dia dengan teganya menggagahi aku disaat aku terus berkata tidak , di saat aku terus menolaknya. Di saat aku berteriak. Huhuhu."
Een memeluk tubuh Bella. "Aku tahu ini berat bagimu, Bella."
"Huhuhu. Aku selalu teringat di saat dia menutup mulutku menyuruh aku diam dan memperkosa aku dengan teganya serta menuduh aku macam-macam."
"Menuduh kamu macam-macam?"
"Iya. Dia menuduh aku pelakor atau semacam itu. Kata-kata yang tidak jelas tapi dia terlihat marah padaku."
Een termenung sesaat kemudian dia berkata, "mungkin itu gejala seseorang yang membenci wanita. Mungkin ada seorang wanita yang pernah menorehkan luka di hatinya sehingga saat dia mendapatkan kesempatan untuk memperkosa wanita lainnya, dia tempatkan wanita yang pernah dia benci itu di wajah wanita yang sedang dia perkosa. Karena itu dia bisa dengan tega memperkosa korban-korbannya."
"Iya, mbak. Nampak itu yang terjadi padaku. Lalu bagaimana ini, mbak?"
"Susah sih kalau gini. Jadi itu berarti, kamu akan selalu bersama dia karena kamu terlibat proyek dengan ayah anak-anakmu itu. Begitu?"
"Mungkin tidak perlu. Mungkin aku akan mengerjakan desain mall itu di rumah, supaya kalaupun orang itu datang ke kantorku untuk melihat perkembangan desain rancangan mall yang aku kerjakan, aku tidak perlu bertemu dengannya. Iya kan?"
"Kamu bisa melakukan itu?"
"Iya, mbak. Aku akan bilang ke Pak Rudi kalau aku nggak enak badan tapi aku bisa mengerjakan proyek ini di rumah. Dengan demikian, aku bisa mengasuh dua anakku sambil mengerjakan proyek itu. Iya kan?"
"Oke. Tapi bagaimana kalau Ayah anak-anakmu itu memaksa ingin melihat perkembangan desain yang kamu kerjakan di rumahmu. Gimana kalau itu yang terjadi?"
"No. Itu tidak boleh terjadi apalagi kalau anak-anakku harus bertemu dengan orang itu karena anak-anakku sudah tahu wajah dan namanya. Aku pernah memperlihatkan wajah orang itu saat dia diwawancara di TV. Karena itu, dia tidak boleh datang ke rumahku."
"Bagaimana kalau dia memaksa ingin mencari tahu perkembangan desain yang kamu kerjakan?"
"Kalau begitu, aku terpaksa bertemu dengannya di kantor. Tapi aku takut, mbak."
"Takut kenapa?"
"Aku takut dia memperkosa aku lagi."
"Kalau begitu, kamu harus membeli semprotan merica atau Stunt Gun, senjata listrik untuk menghajarnya kalau dia berani berusaha memperkosamu lagi."
"Ide bagus, mbak. Aku akan membelinya."
"Baguslah kalau begitu."
Tiba-tiba handphone milik Bella bergetar. Bella langsung melepaskan pelukannya dari Een. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya. Ternyata ada chat masuk dari Rudi dan saat Bella membaca isi chatnya, wajah Bella berubah.
"Kamu kenapa, Bella?"
Bella melongo dan berkata, "Pak Rudi baru saja dia bilang kalau orang itu ingin melihat perkembangan desain yang aku kerjakan."
"Maksud kamu, ayah anak-anakmu itu?"
"Iya, mbak. Dia melakukannya. Bagaimana ini? Padahal biasanya bos-bos besar seperti itu cuma tahu mereka akan mengkritik saat designnya sudah jadi dan melempar ke tong sampah saat arsitek yang membuat desain tidak sesuai dengan mau. Ataupun mereka akan langsung menerima karya design dari arsitek yang mereka percaya. Tapi kenapa dia mau mengikuti perkembangan desain yang aku kerjakan tahap demi tahap? Apa yang terjadi? Padahal aku tidak mau bertemu dengan orang itu."
Bab 09 Berita Baik dan Buruk
"Lalu bagaimana ini, mbak?" tanya Bella dengan air mata bercucuran. "Aku tidak mau sering-sering bertemu dengan bajingan itu."
"Sebenarnya ini kesempatanmu untuk balas dendam," tandas Een.
"Balas dendam?"
"Ya. Kamu buat dia terpesona. Kamu bersikap jinak-jinak merpati. Saat dia mendekat, kamu menjauh. Saat dia menjauh, kamu mendekat."
"Lalu?"
"Aku yakin sekarang kamu sudah lebih kuat. Jadi, kamu balas dia dengan memberi perhatian. Setelah dia terlihat bucin padamu kamu tinggalkan dia."
"Tapi bagaimana kalau dia memperkosaku lagi karena dia merasa aku memberi sinyal cinta atau semacam itu."
"Gunakan senjata listrik atau semprotan merica untuk menaklukkannya."
"Tapi bagaimana kalau dia terus menyerangku? Walau bagaimanapun, tenaga seorang wanita pasti akan kalah dengan seorang lelaki."
"Kalau begitu kamu harus terus bersama seorang lelaki yang bisa kamu percaya yang pasti akan melindungi kamu kalau kamu hendak dilecehkan oleh orang itu."
"Tapi siapa, mbak?"
"Bagaimana dengan Yogi? Staf kamu itu yang pernah menyatakan cinta kepadamu. Aku yakin, walaupun kamu pernah menolak cintanya dan cuma menganggap dia sebagai adikmu tapi dia pasti akan terus melindungimu."
Bella berpikir sejenak. Namun akhirnya dia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke. Kalau begitu, aku akan meminta Yogi untuk terus menemaniku saat orang itu datang menemuiku. Lagipula, dia asistenku. Sudah tugasnya untuk terus membantuku untuk mengerjakan design mal itu."
"Kalau begitu sudah ada solusi untuk semuanya. Iya kan?"
"Tapi aku tidak sanggup untuk lama-lama bersama orang itu. Apalagi kalau harus bermanis-manis di depannya, mbak. Ugh, aku tidak sanggup. Aku terus teringat akan perbuatan yang dia lakukan dulu."
"Kalau begitu, apa boleh buat. Hanya ada dua jalan yang harus kamu pilih," kata bidan Een.
"Apa itu, mbak?" tanya Bella dengan air mata berlinang.
"Jalan yang pertama, kamu resign dari pekerjaan kamu itu."
Bella langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dan membuang karir yang sudah aku bangun dengan susah payah selama 3 tahun ini?"
"Kalau begitu kamu ambil jalan yang kedua."
"Apa itu?"
"Kamu tetap kerja dan fokus kerja. Dan kalau dia datang, kamu cuekin dia. Anggap dia orang yang tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya. Kamu cuma berhubungan dengannya secara profesional karena memang pekerjaanmu mengharuskan kamu untuk terus bertemu dengannya."
"Tapi aku curiga, mbak karena saat pertemuan tadi dengannya, dia terus menatapku dan dia terus menanyakan soal aku kepada Pak Rudi dan dengan perkembangan yang terjadi di mana dia ingin selalu melihat perkembangan sketsa yang aku lakukan, itu makin membuat aku curiga, mbak."
"Kamu curiga dia akan memperkosa kamu lagi. Begitu? Kan nanti ada Yogi yang akan melindungi kamu."
"Aku curiga dia akan menggodaku."
"Kalau begitu, kamu bentengi hatimu supaya jangan termakan oleh godaannya atau seperti yang aku bilang tadi. Gunakan kesempatan ini untuk mematahkan hatinya."
Bella langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku tidak akan mau berhubungan dengan pria pemerkosa itu. Walaupun dia adalah ayah anak-anakku."
"Oke. Terserah kamu. Kalau begitu, kamu cuma terus bertemu dia saat kamu bersama Yogi. Sehingga kamu akan aman dari niat jahatnya. Di saat yang sama, kamu harus membentengi dirimu dari godaannya kalau dia berniat untuk menggoda kamu."
"Iya, mbak. Itu yang akan aku lakukan," tegas Bella.
**
Di tempat lain, Toni baru saja masuk ke ruangan CEO milik Gerson. "Ada berita baik dan buruk, sob."
"Ada apa?" tanya Gerson tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop di depannya.
"Kamu ingin mendengar kabar baiknya dulu atau kabar buruknya?"
Mendengar itu Gerson langsung meninggalkan laptop dan mengalihkan pandangannya ke arah Toni. "Oke. Kabar buruknya dulu."
"Kabar buruknya adalah, tim keamanan cyber kita sudah menyerah. Mereka tidak mampu meladeni keperkasaan hacker yang menyerang kita itu. Tiap kali mereka menutup lubang yang berhasil diterobos oleh hacker itu sebelumnya, maka Hacker itu akan membuat lubang yang lain. Dan keadaan begitu terus dan begitu terus yang terjadi sehingga para cyber kita sudah angkat tangan."
"Kenapa begitu, Ton? Bukankah tim keamanan cyber kita itu dulunya adalah hacker-hacker terkenal di negeri ini. Iya kan?
"Iya, son. Bahkan mereka masih dianggap hacker terbaik yang masuk top 10 di negeri ini. Tapi menurut mereka, yang menyerang sistem keamanan Perusahaan kita saat ini, adalah hacker kelas atas dari luar negeri yang terkenal sangat lihay. Kemungkinan dari Rusia, India atau Amerika yang levelnya jauh di atas mereka. Karena itu mereka tidak mampu menandingi hacker-hacker ini."
Gerson menghela nafas panjang. "Kalau begitu, berarti kita harus menghubungi hacker-hacker ini dan menawarkan uang kepada mereka supaya mereka tidak mengganggu kita. Iya kan?"
"Dan aku sudah menghubungi mereka."
"Lalu bagaimana?"
Nah kabar baiknya di sini. Mereka bersedia untuk negosiasi dengan kita."
Mendengar itu Gerson segera mengeluarkan buku ceknya. "Oke. Berapa yang mereka minta? 200 juta? 1 miliar? Atau berapa?"
"Aku sudah sempat bertanya soal ini tapi mereka tidak mau menyebutkan harga."
"Mengapa begitu?"
"Mereka bilang, mereka cuma mau negosiasi harga dengan pimpinan tertinggi di perusahaan ini."
"Oke. Kalau begitu, kamu temui mereka dan bernegosiasi dengan mereka."
"Tapi mereka bilang, mereka hanya ingin bertemu dan negosiasi dengan pimpinan tertinggi, Gerson. Dan aku bukan pimpinan tertinggi di sini."
"Kamu bisa mengaku sebagai pimpinan tertinggi itu. Iya kan? Mereka tidak akan menyadarinya. Yang penting kan kita melakukan negosiasi dengan mereka. Iya kan?"
Tiba-tiba handphone milik Tony berdering. Tony segera mengeluarkan handphonenya dan melirik layar handphonenya. Wajahnya berubah saat melihat handphonenya.
"Ada apa?" tanya Gerson.
"Ini dari nomor telepon Hacker itu, bos."
"Oke angkat telepon itu."
Saat Tony mengangkat telepon itu, telepon langsung dimatikan dan setelah Tony memperhatikan aplikasi WA-nya, wajahnya kembali berubah.
"Apa yang terjadi?" tanya Gerson penasaran.
"Sebelumnya aku angkat teleponnya tapi dia tidak berbicara. Kemudian dia mengirimkan chat kepadaku dan ini yang membuat aku kaget."
"Apa yang dia bilang?"
"Dia bilang, bilang kepada bosmu untuk tidak menyuruh orang lain untuk mengaku-ngaku sebagai pimpinan tertinggi karena mereka tidak akan mau bertemu dengan pemimpin palsu."
Gerson langsung mengerutkan keningnya. "Mengapa mereka sepertinya tahu akan pembicaraan kita di sini?"
"Aku tidak tahu, Bos. Ini membuat aku merinding." Tony celingukan ke arah sekeliling ruang CEO ini.
Setelah sempat terdiam sesaat, Gerson berkata, "atau mungkin saja itu dugaan mereka. Dugaan mereka, aku tidak akan mau ketemu dengan mereka dan melakukan negosiasi langsung dengan mereka dan akan mengirim orang lain untuk mengaku-ngaku sebagai pemimpin tertinggi. Hmmm, nampaknya mereka mulai menduga apa yang aku pikirkan."
Toni mengangguk membenarkan pikiran bosnya ini. "Nampaknya begitu, bos."
Tiba-tiba ada chat masuk lagi di handphone yang sedang dipegang Tony ini. Saat Tony membacanya, Tony jadi sangat terkejut.
"Ada apa lagi, Ton?" tanya Gerson penasaran.
"Dia chat aku dan bilang kalau apa yang dia lakukan memang seharusnya membuat aku merinding." Kemudian Tony menatap Gerson. "Nampaknya mereka bisa mendengar pembicaraan kita, Bos."
"Hmmm."
"Ingat, bos. Aku baru saja bilang kalau aku merinding dan aku yakin mereka pasti tidak akan menyangka kalau aku akan mengatakan itu. Iya kan? Mereka tahu karena mereka pasti sedang mendengar percakapan kita, bos. Mereka sedang menyadap kita."
Mendengar kata-kata Tony itu, Gerson menjadi sangat marah. "Berani sekali mereka menyadap kita!"
Bab 10 Benar-Benar Jenius
"Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Bos?" tanya Toni
"Sekarang kita harus menggunakan jasa dari pihak berwajib biarkan mereka tahu apa yang terjadi pada kita. Tim cyber pihak berwajib yang akan menanganinya dan AKAN AKU PASTIKAN MEREKA YANG BERANI MENYADAP INI MEMBUSUK DI PENJARA!" ancam Gerson.
Gerson yakin teriakannya ini akan didengar oleh orang-orang yang telah berani menyadapnya.
"Tapi aku tidak menyarankan itu, bos," bisik Tony supaya suaranya tidak didengar oleh si penyadap
"Kenapa begitu?" bisik Gerson.
"Urusannya bisa ribet karena bisa saja bocor kepada wartawan dan kemudian memancing hacker lain untuk menyerang sistem keamanan kita padahal sistem keamanan kita saat ini sedang bocor-bocor, Bos, karena perbuatan hacker yang kita hadapi sekarang ini. Kalau semakin banyak hacker yang masuk, bisa saja ada begitu banyak file rahasia kita yang dicuri oleh para hacker yang tidak bertanggungjawab itu."
Gerson memegang dagunya. "Kalau begitu, apa yang kamu usulkan?"
"Lebih baik kita ikuti apa mau hacker-hacker ini. Biasanya hacker-hacker ini semakin tinggi ilmunya memiliki kode etik tinggi jadi kalau kita bisa mengikuti keinginan mereka, maka mereka akan langsung menutup celah yang telah mereka buka dan mereka tidak akan menyalahgunakan data-data yang telah mereka lihat. Asalkan kita bisa bernegosiasi dengan mereka dengan baik."
Gerson beberapa kali menghela nafas. "Sebenarnya aku tidak ingin terlibat langsung dalam masalah negosiasi dengan segala Hacker itu karena aku sibuk. Tapi, baiklah. Aku akan lakukan. Bilang sama mereka kalau aku akan menemui mereka."
"Baik, bos. Segera aku atur waktu untuk negosiasi dengan mereka."
**
Di tempat lain, dua bocah lelaki langsung bersorak gembira. Mereka menari-nari seperti baru saja mendapatkan mainan baru.
"Horeee. Ayah kita itu akan menemui kita. Dia akan mendatangi kita," kata Julius kepada Julian.
"Lalu bagaimana? Apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan menemui dia dan duduk bersamanya dan mengungkapkan keinginan-keinginan kita seperti yang selalu kita bicarakan tahun lalu?"
"Maksud kamu apa, Julian?"
"Kita kan pernah membicarakan ini setahun yang lalu, karena Ayah kita tega meninggalkan kita, membiarkan ibu kita mengandung sendirian dan melahirkan kita sendirian, maka saat kita bertemu dengan ayah kita itu, kita harus menuntut segala yang bisa kita pikirkan supaya diwujudkan oleh ayah kita."
Julius terdiam. "Maksudmu?"
"Misalnya kita ingin membeli semua mainan di Kids Store atau dia harus menemani kita seminggu penuh dari mall ke mall bahkan menunggui kita saat kita di sekolah selama seminggu penuh."
"Tidak. Itu kemauan kita dulu tapi aku tidak mau itu lagi."
"Lalu apa yang kamu ingin? Apa kamu ingin supaya ayah kita memberikan hal-hal yang tidak masuk akal seperti yang pernah kita bicarakan dulu, seperti main di Universal Studio yang sunyi jadi ayah kita harus menyewa seluruh Universal Studio seharian penuh untuk kita sendiri. Apa itu yang kamu maksudkan?"
"Bukan itu. Aku tidak mau itu juga," tegas Julius.
"Lalu apa yang kamu mau?"
"Aku ingin membalas ayah kita itu. Membalas semua perbuatan dia kepada kita dan kepada Mama. Aku ingin dia merasakan pahitnya kehidupan seperti yang pernah dirasakan mama dulu saat dia mencampakkan mama begitu saja. Saat Mama kita harus berjuang merawat kita sejak dari bayi. Jadi, ayah kita itu harus merasakan kegetiran hidup. Aku tidak akan berhenti sampai ayah kita menderita!"
Wajah Julian berubah. Dia menatap lekat-lekat ke arah wajah yang sangat mirip dengannya ini. Wajah kakak kembarnya yang memiliki kejeniusan tinggi dan memiliki hati yang penuh kebencian kepada ayah mereka itu. "Lalu, apa rencanamu?"
"Kita akan membuat jebakan untuk ayah kita."
"Jebakan?"
"Ya. Kita akan mengaturnya. Kita akan menempatkan dia di sebuah restoran dan di restoran itu, kita akan membuat dia malu dan juga kesakitan. Dan itu sebagai langkah awal bagi kita untuk membuat hidupnya menderita," kata Julius sambil tersenyum licik.
Julian mengerutkan keningnya." Lalu bagaimana caranya? Apa kita akan mengundang dia di rumah kita ini dan menyiapkan jebakan-jebakan untuknya?"
Julius langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "No. Dia tidak boleh tahu rumah kita ini. Dia harus dijauhi mama dan rumah kita. Aku tidak mau kaki kotornya itu masuk ke rumah kita ini."
"Lalu bagaimana caranya, Julius? Kita hanya dua anak kecil walaupun kamu memiliki kejeniusan tingkat tinggi tetapi bagaimana cara kita melakukan jebakan-jabakan itu? Apalagi kita harus melakukannya di tempat umum. Lalu, bagaimana caranya?"
"Dengan kekuasaan uang, segalanya bisa diatur. Kita tidak perlu datang ke restoran tempat kita mempermalukannya. Dengan sedikit trik, kita cuma kirim orang lain untuk mempermalukannya. Orang yang beraksi sesuai dengan jebakan-jebakan yang kita tentukan untuk ayah kita itu. Kalau perlu, kita sewa orang untuk itu."
"Lalu bagaimana caranya kita mendapatkan uang untuk itu?"
"Ingat, dua bulan yang lalu aku pernah melakukan hack di sebuah perusahaan telekomunikasi terkenal di China. Kemudian manajer di perusahaan itu langsung negosiasi dengan kita supaya kita hentikan aksi kita itu. Sebenarnya aku sih sudah akan meninggalkan mereka karena permohonan mereka tapi kemudian mereka menaruh uang di rekening Sea Bank untuk kita dan aku bisa mengambil uang itu kapan saja aku mau dan mencairkannya. Jadi, kita punya uangnya, Julian."
"Oke lalu bagaimana kalau itu adalah jebakan? Bagaimana kalau perusahaan dari Cina itu sengaja menempatkan uang itu di sana dan ketika kita mencairkan uang itu, maka kita akan ketahuan dan ditangkap. Bagaimana?"
"Kamu tidak perlu khawatir soal itu karena aku sudah memikirkan soal itu. Jadi saat aku mencairkan uang yang nilainya sangat besar itu, aku akan memecah-mecahkan uang itu ke banyak rekening yang empat rekening di antaranya adalah rekening yang bisa aku akses. Jadi walaupun aku tidak bisa mendapatkan seluruh uang itu tapi aku bisa mendapatkan uang yang cukup untuk sekedar menyewa orang untuk menyiapkan jebakan untuk ayah kita."
"Apa? Kamu memecah-mecahkan uang-uang itu?"
"Iya. Supaya di saat perusahaan itu berusaha mencari tahu siapa hacker yang sebenarnya, maka setelah mereka melihat uang itu mengalir ke banyak rekening maka mereka akan bingung dan mereka akan tidak peduli lagi dengan identitas kita."
"Lalu uang itu kamu akan berikan ke siapa saja? Apakah secara random?"
"Tentu saja tidak. Aku sudah mendata beberapa panti asuhan juga beberapa pekerja di Panti Asuhan dan juga keluarga-keluarga miskin yang datanya aku dapatkan dari dinas Catatan Sipil. Jadi uang-uang yang akan aku kirimkan itu pasti akan sangat berguna bagi orang-orang itu."
"Kamu benar-benar jenius, Julius. Kalau begitu, aku setuju. Aku akan membantumu sebisaku walaupun aku tidak terlahir jenius sepertimu."
Julius langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan memegang kepala Julian. "Kamu salah, Julian, kalau kamu bilang cuma aku yang jenius. Karena kamu tidak kalah jeniusnya dengan aku."
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
