U T U H - (Part 48)

5
1
Deskripsi

"Tuan Choi memberi kabar jika sesuatu yang buruk terjadi pada Nona Jisoo."

Jennie mematung dalam linangan air mata. Orang kepercayaan Hang Kang baru saja memberitahunya jika Jisoo dalam keadaan bahaya. Namun tepat di hadapan kedua matanya sendiri Jennie melihat Appa-nya berteriak keras memanggil nama Jisoo dalam dekapannya dengan tubuh bersimbah darah.

Raungan tangis Hang Kang menggores hati Jennie. Mendekapnya dalam rengkuh diam begitu kaku bak terhujam kesakitan tanpa mampu melakukan apapun.

"Gwenchana, ada Appa yang akan menjagaku. Kau tenang saja, Jennie-yaa..."

Kalut. Resah. Berkecambuk. 

Jennie tidak pernah salah jika semua itu adalah firasat buruknya. Tapi kenapa? Kenapa harus hal buruk kembali yang terjadi pada Jisoo.

"Appa..."

Jennie menjatuhkan tubuhnya tepat di hadapan Hang Kang yang masih meraung dalam tangisannya. 

"Jisoo... Jisoo... bangunlah, Appa mohon... Appa mohon, arrrrhh..." Hang Kang mendekap tubuh Jisoo penuh kehancuran tanpa berhenti untuk memintanya membuka mata, walaupun semua itu adalah hal yang tidak mungkin.

"Jisoo Unnie, emh..."

Jennie meremat sweater rajut yang sudah basah akan darah. Pagi tadi sebelum berangkat ke rumah sakit Jennie lah yang memakaikan sweater itu pada tubuh Jisoo untuk menghangatkan tubuhnya. Tapi sekarang sweater pemberiannya sudah penuh akan basahnya darah yang bahkan tidak berhenti mengalir dari tubuh Jisoo.

"JISOO UNNIE... ARGGGHH, ARHH..."

Jennie runtuh dalam pertahannya. Berteriak histeris penuh kesakitan yang benar-benar merenyam perasaannya. Dia sudah berjanji untuk memeluk Jisoo jika sudah sampai di rumah sakit. Tapi kenapa harus hal memilukan seperti ini yang Jisoo berikan padanya. 

"Jisoo Unnie bangunlah. Kau berpamitan padaku untuk berobat, bukan untuk pergi dengan cara seperti ini. Aku mohon... aku mohon... buka matamu, ayo bangun. Bangunlah... BANGUNLAH CHOI JISOO!!!"

Jennie semakin erat memeluk tubuh Jisoo. Membuat bajunya ikut bersimbah darah milik sang Kakak. Rasanya benar-benar tidak adil ketika semuanya kembali utuh bersama kenapa Jisoo harus meninggalkan mereka dengan cara yang begitu tragis seperti ini?

"Appa... Appa... bangunkan Jisoo Unnie-ku, bangunkan dia... bangunkan dia, Appa..."

Hang Kang menggeleng semakin penuh akan kehancuran. Dia bahkan melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana tembakan itu menembus tubuh Jisoo sebanyak dua kali. Dia berusaha untuk menyelamatkan putrinya, tapi dengan kejamnya Sohyun menembak Jisoo tepat di hadapan kedua matanya.

Bruk!

"Eomma..."

Lisa mendekap tubuh Jin ah yang meluruh tak sadarkan diri. Kehancuran kembali mendekap mereka saat harus melihat tubuh Jisoo yang penuh darah tanpa bergerak sedikitpun dalam dekapan Jennie yang terus berteriak memintanya untuk membuka mata.

'Jangan khawatir. Aku baik-baik saja, maaf karena handphone Unnie ada di tas tadi.'

Chaeyoung meronta histeris dalam dekapan Hang Kang. Jisoo mengatakan jika dia baik-baik saja lewat pesan singkat yang dikirim untuknya. Tapi kenapa sekarang dia dalam keadaan yang begitu membuatnya hancur tidak tersisa seperti ini.

"Jisoo Unnie... andwee... andweee!!!" 

🍂°°°🍂

"Hal yang yang paling menyenangkan adalah melihat Jisoo Unnie ketika sedang tertidur. Tidak tahu kenapa, terlihat begitu cantik dan murni. Benar-benar mendamaikan."

Chaeyoung terdiam dengan pandangan yang tak beralih sedikitpun. Jemarinya terus mengusap wajah Jisoo yang tetap terdiam di hadapannya. Merutuki ucapannya sendiri, Chaeyoung seolah ingin mencabut kalimat yang pernah dia ucapkan pada Jisoo. Nyatanya melihat Jisoo yang tertidur dalam damai seperti sekarang adalah hal yang teramat menyakitkan untuknya. 

Kakak keduanya telah pergi untuk selamanya, bagaimana mungkin pemandangan yang ada di hadapannya kali ini adalah hal yang begitu menyenangkan untuknya?

"Unnie baru saja bangun dari tidur panjang, kenapa sekarang... Jisoo Unnie kembali tertidur?"

Chaeyoung bertanya tanpa mendapatkan jawaban dari Jisoo. Ini terlalu cepat, dia bahkan selalu memperjuangkan sang kakak untuk tetap berada di tengah-tengah keluarganya. Tapi kenapa dia harus direnggut dengan cara yang begitu tragis?

"Jisoo Unnie, kau yang membuat kita semua kembali utuh bersama. Tapi kenapa, kau sendiri yang pada akhirnya meninggalkan kami? Kenapa..."

Chaeyoung tersenyum miris. Jisoo mengukir segala perjuangannya yang penuh luka hanya untuk menepati janjinya menyatukan keluarganya kembali. Tapi takdir kembai seolah begitu kejam padanya hingga merenggut waktu berharganya secepat ini dengan begitu tragis. 

"Unnie... katakan, bagaimana mungkin keutuhan itu ada tanpa ada kau di tengah-tengah kami? Katakan... bagaimana mungkin, Jisoo Unnie...?"

Chaeyoung kembali meluruh dalam derai tangis yang menguar. Ini lebih buruk dari mimpinya kemaren saat Jisoo pergi meninggalkannya. Sungguh, ini adalah kehancuran yang benar-benar menghantamnya tanpa rengkuhan peluk yang menguatkan. 

Karena nyatanya seluh anggota keluarganya dalam kehancuran yang teramat menyiksa karena harus kehilangan sosok Jisoo.

"Chaeyoung..."

Lisa bergetar dalam dekapan pilu air mata. Tangannya mencoba untuk menyentuh bahu Chaeyoung yang terguncang dalam histeris tangis di samping tubuh Jisoo. Mereka pada akhirnya benar-benar kehilangan sosok malaikat yang teramat berharga. 

Seorang kakak yang kuat yang selalu menjadi pusat berebut perhatian sekarang terlihat tertidur damai tanpa mau mendengarkan keinginan keluarganya untuk kembali bangun.

"Fighting, Unnie..."

"Ne. Kau juga harus semangat, ingat saran dariku. Management Bisnis, jadilah penerus Appa yang membanggakan."

Lisa tersenyum miris. Momen saling menyemangati itu bahkan baru saja terjadi pagi tadi, tapi kenapa waktu merenggut Jisoo begitu cepat seperti ini? Lisa tidak pernah membayangkan jika harus kehilangan Jisoo dengan cara yang begitu menyakitkan. 

🍂°°°🍂

"Terimakasih, Joohyun Unnie. Aku tidak tahu harus bagaimana jika aku harus melewati semua ini tanpamu. Kau berberan ganda sebagai kakak dan juga Dokter untukku, mianhae... jika aku selalu merepotkanmu."

Jisoo selalu meminta maaf bahkan berulang kali mengucapkan terimakasih pada Joohyun. Mengingat semua itu rasanya terlalu menghujam hati kecilnya. Semakin membuat Joohyun terluka saat sang adik harus direnggut begitu tragis oleh Bibinya sendiri.

"Jisoo-yaa, aku bukan Unnie yang baik untukmu. Mianhae... Unnie gagal menjadi seorang kakak yang seharusnya bisa menjagamu."

Joohyun kembali menelan kepahitan. Bahkan kali ini di paksa untuk merelakan Jisoo yang benar-benar pergi untuk selamanya. Titik bahagia baru saja mereka rengkuh, tapi kenapa waktu seolah memutusnya begitu saja. Bahkan merenggut begitu naas sosok malaikat yang begitu tangguh di keluarganya.

"Jangan terlalu mengkhawatirkanku, Joohyun Unnie. Adikmu bukan hanya aku, kan? Tenang saja, Bibi Sohyun tidak akan senekat itu."

Jisoo terlalu baik untuk diperlakukan sekejam ini. Entah bagaimana Joohyun harus membayar kekejaman Bibinya pada keluarganya sendiri.

"Mianhae, Appa... maafkan aku..."

Joohyun menangis dalam pelukan Hang Kang. Seolah menyalahkan dirinya sendiri karena kejadian naas yang menimpa Jisoo.

"Appa yang tidak bisa menjaganya dengan baik. Appa yang salah, Joohyun-ah... ini semua salah Appa."

Semakin menangis. Mereka teramat menyesal karena tidak mampu menjaga Jisoo dengan baik.

... 

"Eomma... boleh aku tidur di pangkuanmu."

Jin ah tersenyum dengan anggukannya. Jisoo merasa jika dia tidak memiliki waktu yang cukup banyak setelah membaca buku yang dia tulis dengan tangannya sendiri.

Bukan hanya tentang kondisinya yang tengah mengalami hilang ingatan sepenuhnya. Tapi juga tentang penyakitnya yang nyatanya tidak bisa sembuh total paska operasi.

Ini terlalu menyakitkan. Seolah segala yang dia perjuangkan harus berakhir penuh ketidakrelaan. Tapi kembali mengingat bagaimana Tuhan mengabulkan doa dan harapannya untuk kembali berkumpul bersama keluarganya membuat Jisoo kembali direngkuh rasa lega penuh bahagia. Tidak peduli sesingkat apa, tapi dia tetap harus mensyukuri semua itu.

"Eomma, berjanjilah padaku untuk selalu menjaga kami dengan baik tanpa kembali pergi seperti dulu."

Kalimat Jisoo berhasil membuat Jin ah kaget. Namun dengan cepat Jisoo menjelaskannya.

"Ani, aku baru saja membaca buku yang aku tulis sendiri sebelum melakukan operasi hingga melupakan semuanya."

Jin ah tersenyum miris. Joohyun sendiri yang mengatakan jika Jisoo tidak akan bisa mendapatkan ingatannya kembali. Hal itu pasti sangat menyiksa Jisoo, penuh rasa bersalah yang bahkan membuatnya harus meminta maaf berulang kali.

"Jisoo-yaa, kau yang membuat keluarga kita kembali utuh bersama. Jadi bagaimana mungkin Eomma akan kembali mengulangi kesalahan Eomma di masa lalu. Pengorbananmu bahkan tidak akan pernah bisa Eomma balas dengan apapun, jadi ... tentu saja Eomma akan berusaha semampu Eomma untuk menjaga kalian. Eomma akan menebusnya selama Eomma memiliki kesempatan umur yang panjang untuk kalian."

Jisoo tersenyum sembari memejamkan kedua matanya saat Jin ah mengusap surai hitamnya. Rasanya begitu membahagiakan saat dia kembali bisa merasakan tidur di pangkuan hangat Jin ah Eomma-nya.

"Eomma... jika aku lebih dulu pergi, tolong... jaga Appa, Joohyun Unnie, dan ketiga adikku dengan baik. Aku memang tidak mengingat sama sekali tentang diriku sendiri atau bahkan kalian semua. Tapi aku yakin, bukan hal mudah untuk aku bisa berada di titik ini. Terimakasih... karena sudah memberikan aku kesempatan untuk kembali merasakan kehangat di tengah-tengah kalian..."

Jin ah tersayat dalam kepingan hancur yang kali ini benar-benar memeluknya. Wajah damai Jisoo tepat berada di hadapannya. Bagimana mungkin pelukan hangat yang tadi pagi dia daptkan dari putrinya itu nyatanya harus menjadi pelukan salam perpisahan. Ini telalu cepat bahkan begitu memilukan karena putrinya harus direnggut begitu tragis dari pelukannya.

"Eomma... saranghae,"

Jin ah memeluk tubuhnya sendiri. Berusaha untuk mencari sisa-sisa pelukan yang dia dapatkan dari tubuh Jisoo. 

"Aku pamit bukan tanpa alasan, Eomma. Bisa jadi, tugasku memang sudah selesai. Kalian sudah kembali bersama... berjanjinlah untuk selalu menjaga satu sama lain. Aku... pasti akan sering pulang."

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya U T U H - (Part 49)
4
1
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan