U T U H - (Part 42)

3
1
Deskripsi

"Jisoo Unnie..."

Lisa meremat baju rumah sakitnya. Tercekat dalam sulitnya ucapan yang ingin dia utarakan. Menatap Jisoo yang terbaring koma rasanya begitu menyesakkan. Dia bahkan menjadi bagian penyebab atas memburuknya keadaan Jisoo hingga koma sampai detik ini.

"Selamat ulang tahun, Jisoo Unnie." Jennie mengusap pelan wajah Jisoo sebelum mendaratkan kecupan hangatnya pada sang kakak. Hal yang sangat jauh berbeda dari perayaan ulang tahun Jisoo seperti biasanya. 

"Ayo, bangun. Bukankah kau ingin merayakan ulang tahun bersama adik bungsu kita? Lihatlah, Lisa... ada di sampingmu sekarang."

Lisa menjatuhkan air matanya saat Jennie menatap padanya setelah mengutarakan kalimat menyesakkan yang harus dia dengar. 

'Tidak ada kata seandainya, karena terlambat dan penyesalan memang harus Lisa terima untuk dirinya sendiri.'

Egois dan bodoh. Kata lisa pada dirinya sendiri.

"Jika terjadi sesuatu pada Jisoo Unnie, aku- tidak akan mau untuk melihatmu lagi."

Lisa kembali mengingat kalimat Chaeyoung. Gadis itu bahkan langsung meninggalkan ruang rawat Jisoo saat Jennie masuk bersama dirinya.

"Jisoo Unnie, mianhae... aku bukanlah seorang adik yang baik. Aku... adik bungsumu yang jahat dan bodoh."

Jennie kembali menatap pada Lisa. Dia kembali menangis dalam kepiluan yang Jennie sendiri bisa merasakan bagaimana jika dia harus berada di posisi si bungsu. Membuat Jennie kembali memeluknya untuk menenangkan adiknya itu.

"Uljima, Lisa-yaa. Kau bisa membuat Jisoo Unnie sedih karena melihatmu seperti ini." Jenie mendekap tubuh Lisa yang terguncang. "Percaya pada Unnie, dia akan baik-baik saja. Dia akan segera bangun, dan kembali berada di tengah-tengah kita."

Jennie sendiri masih di dera rasa takut bahkan tidak siap jika nanti Jisoo Unnie-nya bangun dalam keadaan yang tak lagi sama seperti dulu. Mereka masih harus menerima kenyataan pahit saat Jisoo akan kehilangan memorinya tanpa tersisa. Dia tidak akan mengingat sepeserpun siapa orang-orang yang selama ini dia perjuangkan untuk kembali utuh bersama.

"Jennie-yaa... aku takut."

Jennie menangis saat Jisoo menggenggam jemarinya begitu kuat. Tidak pernah dia melihat sorot mata resah dan begitu takut pada diri Jisoo. Tapi saat itu, segala kerapuhannya seolah dia utarakan pada Jennie.

"Unnie tidak sendirian, jadi... jangan takut. Kami semua ada bersamamu."

Jennie kembali menatap pada Jisoo. Rasanya baru kemaren mereka saling tertawa seolah tanpa beban, tumbuh bersama, bahkan Jennie begitu lengket dengannya. Tapi sekarang bahkan waktu seolah begitu melambat tanpa canda, kejahilan, dan ulah bodoh Jisoo yang nyatanya membuatnya begitu rindu.

"Bangunlah, Jisoo Unnie. Kami... sangat merindukanmu."

Jennie benar-benar di tuntut untuk kuat tanpa mengeluh yang biasanya dia utarakan teramat mudah pada Jisoo. Sedekat itu mereka hingga membuat Jennie teramat direnyam ketidaksanggupan saat ditinggal Jisoo dalam baring koma yang begitu panjang.

🍂°°°🍂

"Apa kau masih marah pada Eomma dan juga Lisa?"

Chaeyoung menoleh pelah pada sosok Jin ah Eomma-nya yang sudah duduk di sampingnya. Wanita itu nyatanya cukup lama memperhatikan Chaeyoung yang terdiam seorang diri di bangku taman rumah sakit.

"Ani," Chaeyoung menggeleng pelan. Namun jika boleh jujur perasaannya masih tersayat saat harus mengingat rentetan hal buruk yang terjadi hingga mereka harus berada pada titik terendah saat Jisoo harus koma sampai sekarang.

"Mianhae, Chaeyoung-ah... walaupun maaf Eomma tidak akan pernah bisa mengembalikan keadaan yang semakin memburuk. Maafkan juga adikmu, Chaeyoung. Kau bisa bisa menghukum kami jika memang semua itu bisa membuatmu kembali membuka hati untuk kami."

Jin ah begitu merasakan bagaimana perubahan Chaeyoung. Kemarahannya bahkan semakin terasa begitu melambung saat Jisoo hampir saja tidak tertolong. Dan sekarang dia harus koma tanpa tahu kapan dia akan kembali membuka kedua matanya.

Jin ah terluka. Tapi sepertinya semua itu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang Jisoo rasakan. Chaeyoung bahkan mengatakan hal yang benar, dia terlalu jahat dengan segala hal yang sudah dia lakukan. Dia menolak untuk kembali di saat Jisoo begitu membutuhkannya. Dia bahkan hampir saja merenggut kehidupan Jisoo dengan keputusan gegabah yang sempat dia setujui bersama Hang Kang. Lagi-lagi sebagai orang tua mereka melakukan sebuah kesalahan besar.

"Aku... sudah memutuskan untuk Operasi di waktu dekat. Eomma, pasti tahu apa yang akan terjadi setelah aku operasai nanti. Tolong— jangan kecewa padaku jika aku akan melupakan Eomma sepenuhnya. Bahkan jika aku tidak mengingat sedikitpun siapa Eomma dan yang lain. Aku mohon... jangan kecewa ataupun marah padaku, Eomma..."

Jin ah kembali berderai air mata. Dan kali ini Chaeyoung langsung merengkuhnya dalam pelukan. 

"Eomma, jangan menangis seperti ini. Eomma tidak sepenuhnya salah, semua terjadi tanpa keinginan kita. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana Jisoo Unnie bisa segera sadar  dari koma dan kembali di tengah-tengah kita. Dia membutuhkan kita, Eomma... kita harus memberikan keutuhan yang sudah dia perjuangkan selama ini."

Jisoo berkorban begitu besar. Bahkan dia mengambil resiko sulit dan kesakitan seorang diri. Semuanya dia tanggung sendirian tanpa menyalahkan siapapun. Kembali mengingat semua itu membuat Jennie dan Chaeyoung harus berbesar hati. Mungkin itu juga yang menjadi alasan untuk Jennie tetap merangkul Lisa walaupun dia sempat terluka dengan apa yang sudah Lisa lakukan pada Jisoo. Begitupun dengan Chaeyoung walaupun pada akhirnya dia terlalu sulit untuk menahan rasa kecewanya hingga diam karena marah masih dia tunjukkan selama ini.

🍂°°°🍂

'Lisa-yaa... jika aku boleh meminta padamu, tolong— maafkan Appa. Aku tahu bagaimana luka yang selama ini kau rasakan, tapi Appa juga menanggung luka walaupun aku sama sekali tidak membenarkan apa yang sudah Appa lakukan padamu dan Eomma. Tolong... ampuni Appa setulus hatimu, aku lebih yakin jika kita sama-sama menghapus kenangan buruk yang sudah berlalu dan saling membuka maaf... aku pikir akan jauh lebih melegakan tanpa beban kesakitan yang mungkin selama ini terlalu menumpuk dalam diri kita.'

Lisa terdiam di samping Hang Kang yang duduk sesekali menatapnya. Sama-sama di peluk oleh diam yang seolah sulit untuk memulai ucapan satu sama lain. Ini bahkan untuk pertama kalinya mereka kembali direngkuh dalam kebersamaan setelah kejadian panjang hingga hanya kemarahan dan terluka yang tersisa dia antara keduanya.

"Mianhae, Appa... aku— sudah melakukan kesalahan yang fatal. Aku— sudah melukai Jisoo Unnie hingga membuat kondisinya semakin memburuk dan koma sampai sekarang."

Lisa pada akhirnya memulai lebih dulu. Hang Kang Appa-nya memang melakukan kesalahan yang begitu besar pada dirinya. Tapi dia juga tidak ada bedanya, Lisa juga melakukan kesalahan yang teramat fatal pada Jisoo kakak kandungnya sendiri. 

Jisoo benar. Segala kesakitan dan terluka yang Lisa tumpuk tanpa mau membuka hati untuk memaafka nyatanya semakin menciptakan luka dan kesakitan yang teramat membesar.  Dan dia sudah melakukan hal bodoh itu.

"Lisa-yaa..."

Hang Kang menggeser tubuhnya untuk lebih dekat pada Lisa. Meraih jemari tangan Lisa dan menggenggamnya begitu erat hinga beradu tatap begitu dekat satu sama lain.

"Appa..."

Lisa mengalunkan tangisannya saat Hang Kang menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Belasan tahun harus hidup tanpa seorang Ayah baru sekarang dia benar-benar bisa merasakan pelukan hangat dan begitu tulus dari seorang Hang Kang Appa-nya.

Menghilangkan segala dendam, marah dan terluka seperti apa yang Jisoo katakan padanya membuat Lisa merasakan keutuhan yang sebenarnya. Bahkan kali ini rasanya dia tidak ingin melepaskan pelukannya pada Hang Kang Appa-nya yang teramat dia rindukan selama dia hanya hidup bersama dengan Jin ah. 

"Appa yang bersalah, Appa yang sudah berdosa pada kalian semua. Appa yang seharusnya meminta maaf pada kalian, tolong... ampuni Appa, Lisa-yaa. Ampuni, Appa..."

Hang Kang semakin mengeratkan pelukannya pada Lisa. Putri bungsunya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang darinya selama dia lahir hingga tumbuh menjadi gadis yang begitu kuat. Hang Kang bahkan telah menelantarkannya selama belasan tahun tanpa tahu bagaimana sulitnya hidup yang harus Lisa jalani bersama dengan Jin ah. 

"Appa yang seharusnya di hukum, Appa yang seharus lebih pantas mendapatkan kesakitan, bukan kalian..."

Semakin beradu dalam tangisan. Hanya air mata yang seolah memeluk mereka dalam lepas luka dan kembali membuka hati untuk semua yang hancur kembali mencoba dirangkai meski dalam ketidak sempurnaan.

"Percaya padaku, Lisa-yaa. Sekeras apapun Appa, aku lebih sering melihatnya menangis dan bersedih seorang diri. Ck, mungkin itu juga yang menjadi alasan Jisoo Unnie tidak bisa marah pada Appa. Walaupun Appa sering menyakitinya, Jisoo Unnie lebih peka akan luka yang juga Appa rasakan. Bahkan aku lebih sering mengatakan jika Appa egois dengan kesakitannya sendiri, tapi Jisoo Unnie selalu membelanya meskipun di hadapan Appa dia selalu menentangnya." Cerita Jennie.

"Apa ada kesempatan untuk Appa dan Eomma bisa kembali bersama?"

Hang Kang tersenyum miris. Dia terlalu parah melukai Jin ah, apa dia masih memiliki kesempatan dan ruang di hati wanita itu?

🍂°°°🍂

"Selamat ulang tahun putri Appa yang cantik? Terimakasih, sudah hadir untuk melengkapi keluarga Choi. Tumbuh dengan baik putri Appa." Hang Kang menyatukan keningnya dengan putri keduanya, Choi Jisoo yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 2.

-

"Eomma, hadiah apa yang Eomma berikan pada Jisoo? Apa seorang adik lagi? Jennie saja sangat merepotkan, apa lagi jika ada adik lagi untukku." Jin ah hanya tersenyum, bahkan terlalu gemas hingga mengusap pelan surai putri keduanya itu.

-

"Tuhan, tolong kembalikan Eomma pada kami. Aku... bahkan belum melihat adik bungsuku. Apa dia telah lahir dengan selamat?" Jisoo mengukir senyum palsunya setelah meniup lilin kue ulang tahunnya di hadapan Hang Kang dan ketiga saudaranya yang lain.

-

"Kau ulang tahun, tapi kenapa kami semua yang kau kerjai? Choi Jisoo, bangun lah. Jangan sakit seperti ini." Jennie menangis tanpa mampu meredamnya. Di hari ulang tahunnya gadis itu malah menjadi korban penculikan hingga membuatnya harus terbaring di rumah sakit.

-

"Aku ingin merayakan ulang tahun bersama dengan adik bungsu kita, sangat bosan karena harus bersama dengan kalian bertiga terus." Jisoo membuat ketiga saudaranya menatap diam pada dirinya. Walaupun diakhiri dengan kalimat candaan, namun tetap saja keinginan Jisoo yang tetap sama selalu mampu menumbuhkan rasa sendu dan khawatir pada ketiga saudaranya.

-

"Unnie... kau selalu berdoa cukup lama, apa yang kau minta sebenarnya?" Chaeyoung penasaran.

"Tidak ada yang berbeda, bahkan doaku selalu sama setiap kali aku bertambah usia."

"Apa?" Kompak ketiga saudara Jisoo.

"Kembali Utuh bersama Eomma dan adik bungsu kita." Jisoo tersenyum, namun jawaban sederhana itu membuat ketiga saudara langsung menatap lama pada dirinya.

Jisoo memang tidak pernah merubah doanya semenjak dia bertambah usia yang ke sembilan tahun. Hal yang teramat merenyam hati kecilnya saat kenyataan pahit harus membuatnya dan ketiga saudaranya yang lain terpisah dengan Eomma dan adik bungsu mereka.

"..."

Jemari Jisoo bergerak pelan. Cukup lama bahkan mampu membuat Jennie dan Chaeyoung yang sedari tadi memang tengah berada di sampingnya langsung menatap satu sama lain.

"Jisoo Unnie?"

"Jisoo Unnie, kau kembali..."

"Unnie..." Jennie menahan tangannya untuk tidak menyentuh atau menggenggam jemari Jisoo. Yang gadis itu lakukan adalah mengusap pelan wajah kakaknya dengan senyum. Wajah Jennie bahkan begitu dekat dengan Jisoo seolah tak berjarak. Dia menyaksikan dengan kedua matanya sendiri saat kedua mata Jisoo bergerak pelan dan mulai terbuka secara perlahan.

"Aku... akan memanggilkan Joohyun Unnie."

Jennie mengusap pelan air matanya yang meluncur. Hanya mengangguki ucapan Chaeyoung dengan tatapan yang tak beralih sedikitpun pada Jisoo yang sudah membuka kedua matanya seutuhnya.

"Jisoo Unnie, emh..."

To be Continued!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya U T U H - (Part 43)
3
1
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan