SIX DEGREE SEPARATION: PERCAYA NGGAK, KITA CUMA BERJARAK 6 TEMAN JAUHNYA DENGAN SCARLET JOHANSSON?

8
3
Deskripsi

“Six degree separation” merupakan sebuah teori (yang telah terbukti sebagai fakta) bahwa semua orang di dunia ini memiliki hubungan sosial yang hanya berjarak enam orang satu sama lain. Semisal gini, elu berkenalan dengan seseorang yang belum pernah lu liat sebelumnya. Akan tetapi menurut teori ini, bisa dipastikan bahwa kalian bukan benar-benar orang asing, sebab jika dirunutkan, kalian hanya berjarak enam teman yang saling mengenal satu sama lain. Semisal saja, elu punya satu teman, dimana teman...

Nah anggap saja begini. Coba liat diagram di bawah ini (kayak dosen nerangin kuliah aja). Di diagram itu diperlihatkan rangkaian jaringan (network) pertemanan antara 10 orang. Kita ambil contoh dua saja, yakni Ryan dan Arnold

Nah seperti kita lihat, Ryan dan Arnold tak mengenal satu sama lain, tapi mereka memiliki jaringan teman yang mengenal satu sama lain. Bila dihitung, walaupun Ryan dan Arnold adalah orang asing dan tak pernah bertemu satu sama lain (katakanlah begitu), ada 6 langkah pertemanan sebelum Ryan mengenal Arnold, yakni:

Ryan – Rajat – Debbie – Larry – Emily – Richard – Arnold 

Tentu saja ini sangat fleksibel karena kita juga bisa menggunakan jaring pertemanan yang lain semisal:

Ryan – Rajat – Doug – Larry – Emily – Rebecca – Arnold

Nah, bisa dilihat di sini, ada 6 urutan pertemanan dari Ryan hingga Arnold (baca aja tanda hubungnya) yang melibatkan 7 orang. Kita menyebutnya sebagai “degree” atau derajat pertemanan. Walaupun Ryan dan Arnold tak saling mengenal, namun ternyata mereka terhubung satu sama lain sebanyak 6 derajat.

Nah, inilah yang disebut dengan teori “six degree separation” bahwa kita hanya terpisah 6 derajat pertemanan dengan orang lain, siapapun itu, di dunia ini. Ini mungkin masuk akal ya semisal Ryan dan Arnold adalah teman satu sekolah ataupun hidup di dalam satu kota yang sama. Namun uniknya, “six degree of separation” juga berlaku lebih luas, yakni mencakup seluruh orang yang ada di dunia ini. Semisal saja, elu sama mantan presiden AS dan juga peraih hadiah Nobel perdamaian, Barrack Obama, bisa jadi hanya terpisah 6 derajat saja.

Hah, bagaimana mungkin Bang? Pastinya ini sulit dinalar ya, tapi sudah ada buktinya kok. Semisal, pakai aja gue ya sebagai buktinya. Gue akan membuktikan pada kalian bahwa gue ama Chris Evans (yap, yang amen jadi Kapten Mamarika itu) cuma terpisah 6 derajat pertemanan saja.

Nah, pertama gue bandingkan dulu nih ama Madonna. Kalian tahu kan penyanyi kenamaan Madonna yang disebut sebagai “ratu pop” itu? Gue bisa buktiin gue ama Madonna cuma terpisah 3 derajat aja. Ceritanya begini, gue punya hobi yang agak jadul nih, yakni snail mail alias punya sahabat pena. Jadi gue kirim surat (beneran surat tulisan tangan) ditaruh di dalam amplop, dikasi prangko, trus dikirim ke kantor pos. Teman-teman pena gue seluruhnya dari luar negeri, yakni Amerika. Salah satu teman gue namanya Taylor asalnya dari Illinois. Karena tujuan gue cari sahabat pena buat tukeran budaya, alhasil kami sering tukeran foto yang nunjukin budaya masing-masing. Semisal nih, gue kirim dia foto becak yang ada di Solo ama Candi Prambanan di Klaten. Sebagai gantinya, dia pernah kirim foto ini.

Yap, itu foto Madonna. Gimana dia bisa dapet? Foto itu dijepret ama salah satu temennya yang kebetulan salah satu dancernya Madonna (gue lupa namanya, tapi sebut aja Ray) sehingga dia punya akses back stage. Foto ini diambil di Super Bowl 2012. Nah, berarti gue bisa bikin jaring pertemanan gini:

Gue – Taylor – Ray – Madonna

Artinya gue hanya 3 derajat terpisah ama Madonna. Kalo kalian kenal ama gue (semisal kalian pernah ikutan kopdar atau gabung grup Line dan WA MBP), artinya kalian hanya 4 derajat jauhnya dengan Madonna, si ratu pop dunia.

Nah, dari jaring pertemanan ini, gue bisa kembangin lagi nih. Madonna punya mantan suami bernama Guy Ritchie yang adalah sutradara asal Inggris yang udah bikin banyak film. Salah satunya adalah film adaptasi Sherlock Holmes yang dbintangi Robert Downey Jr, sang Iron Man. Nah otomatis, Oom Robert kenal dong sama semua cast-nya Avengers, mulai dari, you name it, Chris Evans, Scarlet Johannson, Mark Ruffalo, Chris Hemsworth, Jeremy Renner dll.

Jadi sekarang gue bisa buktiin bahwa gue ama Chris Evans hanya berjarak 6 derajat.

Gue – Taylor – Ray – Madonna – Guy Ritchie – Robert Downey Jr – Chris Evans

Bahkan gue ama Gal Gadot, sang pemeran Wonder Woman, juga berjarak 6 derajat. Kita balik ke Mas Guy Ritchie yang walaupun nggak tau kalo gue idup, tapi diam-diam berada di jaringan pertemanan gue. Bang Guy (awas jangan salah sebut) pernah membuat film berjudul “Man from U.N.C.L.E” yang dibintangi Henry Cavill. Karena Henry Cavill adalah pemeran Superman, pastinya dia kenal sama cast DC Universe lain, termasuk Mbak Gal Gadot, sang Wonder Woman.

Lagi-lagi, jika kalian kenal gue, maka jarak pertemanan kalian ama Chris Evans dan Gal Gadot adalah 7 derajat.

Bahkan jaringan pertemanan gue ama Zayn Malik yang lagi heboh habis putus ama Gigi semisal (lho Bang kok elu ngikutin banget???) malah lebih pendek ketimbang gue ama Chris Evans. Buktinya adalah Guy Ritchie adalah sutradara film Aladdin. Dan siapakah penyanyi soundtrack Aladdin “A Whole New World”?

Kita perlu ingat bahwa untuk mencapai “6 degree separation” ini, yang kita perlukan minimal adalah hubungan “acquaitance” atau istilah terdekat dalam bahasa Indonesia “kenalan”. Jadi nggak perlu harus kenal dekat seperti sahabat (walaupun nggak menutup kemungkinan bisa juga hubungan dekat, semisal Guy Ritchie ama Madonna pernah menikah), tapi yang penting sekedar kenal aja. Semisal lu ama satpam gedung yang biasa lu sapa pas masuk kantor bisa disebut sebagai kenalan. Begitu pula teman-teman sekolah atau kuliah kalian, walaupun beda kelas, beda angkatan, atau beda jurusan, asalkan kalian kenal satu sama lain, itu sudah cukup. 

Tapi ingat ya, “kenal” di sini dalam artian kalian tahu satu sama lain. Semisal Mendikbud sekarang, Pak Nadiem Makarim. Kalo kalian cuma pernah liat beliau sekilas sambil dadah-dadah di acara tertentu (walaupun kalian pernah foto bersama) atau pernah ikut Webinar sama beliau, tapi dia nggak merasa kenal ama kalian, nggak bisa disebut kenalan. Jadi “acquaitance” di sini harus dua arah. 

Nggak hanya itu, Madonna tadi, andai saja dia ketemu lagi ama Ray, maka dia harus ingat siapa itu Ray. Semisal pas Madonna lagi keluar beli gorengan di LA terus nggak sengaja ketemu Ray di gang (anjir, dikira di Depok):

Madonna: “Loh, ini Ray kan penari back up dancer gue dulu???”

Ray: “Ya ampyuuuuun, Tante Madonce! Iiiih nggak nyangka deeeh! Iyey bener, ini eyke cyiiin!” (sambil cipika cipiki)

Reaksi readers: “Pantesan lu kenal ama Madonna Bang, temen lu kek gitu semua.”

Tapi mungkin kalian berpikir begini, “Lah elu kan punya temen bule Bang, kita nggak?”. Well, walaupun kalian nggak punya temen di luar negeri, tapi pasti kok, kenalan kalian mungkin ada yang punya teman seperti itu. Semisal saja, paling nggak ada 3 temen SMA gue yang pernah kuliah di Korsel. Nah, kemungkinan besar nih, teman dari teman mereka punya teman yang kenal ama temannya salah satu member BTS, katakanlah Jungkook. Lalu jika kalian udah dewasa dan punya akun LinkedIn semisal, liat aja apakah teman kalian di LinkedIn punya teman dari luar negeri atau tidak.

Nah, satu hal nih yang perlu kalian ingat, bahwa angka 6 itu bukan mutlak, melainkan nilai rata-rata. Artinya, nilainya bisa lebih rendah ataupun lebih tinggi dari itu. Semisal, kalian bisa butuh 12 orang biar bisa nyampe ke Chris Evans, atau malah 20. Orang lain malah mungkin hanya butuh 3. Nggak bisa dipungkiri juga, jenis lingkaran pertemanan kalian sangat mempengaruhi besarnya angka derajat ini. 

Semisal kalo kalian berkecimpung di showbiz ya kalian bakal punya derajat lebih kecil dengan seorang artis tertentu (semisal Raffi Ahmad). Gue aja sama Jerome Polin cuma terpisah 2 derajat, soalnya salah satu sepupu gue kerja di sebuah channel Youtube di Jakarta dan dia pernah kerja bareng ama Jerome. Tapi tetap yah, walaupun terpisah 2 derajat doang, Jerome mana tau gue napas dan idup.

Gue ambil contoh lagi nih, karena gue orang Solo, maka gue punya derajat pertemanan yang lebih dekat ama Vladimir Putin, presiden Rusia, ketimbang kalian yang semisal, tinggal di Sumatra. Lho kok bisa? Jadi gue punya temen SMA bernama Pram (aslinya itu nama bokapnya sih, tapi karena tau lah zaman SMA kita sering manggil nama temen-temen kita pake nama bokap mereka, jadinya nama itu nempel hehehe). Nah, Pram ini pernah jadi tim suksesnya Gibran pas dia nyalonin jadi walikota Solo. Gibran tentu saja adalah putranya Pak Jokowi kan. Pak Jokowi jelas kenal ama Vladimir Putin karena pernah bertemu dalam kunjungan kenegaraan. Jadi hubungan pertemanan gue ama Vladimir Putin sekitar 4 derajat jauhnya.

Gue – Pram – Gibran – Pak Jokowi – Vladimir Putin

Contoh lain, karena gue Katolik, gue memiliki derajat pertemanan cukup dekat ama Leonardo diCaprio, Joe Biden, Donald Trump, ama Barrack Obama ketimbang kalian. Lho, kok bisa? Di gereja gue di Solo, pernah ada romo yang belajar di Roma, Italia. Pastilah, dosen beliau di Roma adalah seorang berkedudukan tinggi di Vatikan sana (istilahnya monseigneur). Nah, sang monseigneur ini mungkin nggak kenal langsung sama Paus, tapi pasti kenal sama Uskup Roma kala itu (karena semua tingkat pendidikan romo di Roma pasti di bawah tanggung jawab beliau). Sang Uskup Roma pastilah kenal dekat dengan Paus Fransiskus. Paus Fransiskus, sebagai sosok pemimpin tertinggi Agama Katolik, pastilah pernah bertemu dengan banyak orang penting, salah empatnya adalah Leonardo diCaprio, Joe Biden, Donald Trump, ama Barrack Obama. Jadi gue berjarak sekitar 5 derajat pertemanan dengan nama-nama penting itu.

Gue – Romo – Monseigneur – Uskup – Paus – Leonardo DiCaprio/Joe Biden/Barrack Obama/Donald Trump

Karena di budaya Barat biasanya pertemanan ditandai dengan jabat tangan, maka gue juga bisa menyebut bahwa gue hanya berjarak 5 jabat tangan dengan Donald Trump atau kalian (jika pernah salaman ama gue) hanya berjarak 6 jabat tangan dengan Leonardo diCaprio. 

Perlu kalian catat juga, walaupun gue di sana menyebut nama orang-orang terkenal, bukan berarti “6 degree of separation” ini hanya mencakup artis aja lho. Tapi konsep ini mempengaruhi semua orang (atau at least sebagian besar orang) di dunia. Semisal gue ama seorang tukang ledeng random di Inggris sana, mungkin saja hanya terpisah 6 derajat pertemanan. Kalian dengan seorang penata rambut di sebuah salon di Brazil, mangaka amatir yang lagi latihan gambar di Tokyo, polisi di Uganda, hingga pembunuh berantai yang mendekam di penjara Australia, mungkin juga berjarak 6 jabat tangan saja.

Dunia ini sempit bukan?

Tapi kenyataannya malah mungkin lebih sesempit ketimbang yang gue ceritakan di atas. 

Media sosial seperti Facebook makin mempersempit derajat pertemanan kita 

Jadi asal muasal teori “6 degree separation” ini ternyata tidak berasal dari buah pikiran seorang ilmuwan, melainkan kontemplasi seorang sastrawan. Pada tahun 1929, penulis asal Hungaria bernama Frigyes Karinthy menyadari konsep ini dan menuangkannya ke dalam cerita pendeknya. Alasannya, karena ia menganggap bahwa globalisasi membuat hubungan pertemanan kita makin luas dan alhasil, dunia-pun “menyempit”

Teori ini kemudian tercium oleh para ilmuwan yang kemudian berusaha membuktikannya dengan cara empiris yang ilmiah. Namun yang paling berpengaruh adalah eksperimen Stanley Milgram, seorang psikolog asal Amerika yang berjudul “The Small World Problem” dan diterbitkan dalam dalam jurnal sains populer “Psychology Today” pada 1967.

Namun tak diayal, banyak ilmuwan yang memuja logika langsung mencela eksperimen Milgram dan hanya menganggap bahwa teori “6 degrees of separation” hanyalah "urban legend” belaka. Mereka mengambil contoh, semisal suku-suku yang masih terisolasi, yakni Suku Korubo di pedalaman Amazon hingga suku Sentinel (yang pernah gue ceritakan) yang membantai semua orang asing yang masuk ke pulau mereka, tentu nggak akan ada hubungannya dengan katakanlah Brad Pitt atau Angelina Jolie. 

Akan tetapi klaim bernada kontra tersebut terbantahkan ketika pada tahun 2001, seorang profesor di Universitas Columbia bernama Duncan Watts mencoba untuk mengulangi eksperimen Milgram tersebut, kali ini menggunakan internet. Ia mencoba menggunakan email berantai melibatkan 48.000 pengirim (di 157 negara) untuk mencapai 19 target. Caranya dengan meminta para responden ini terus-menerus mengirimkan email berantai ke semua kontak mereka, dengan harapan akan ada yang “nyantol” ke 19 target yang sudah ditentukan tadi. Walaupun tentu sebagian besar email tak bisa mencapai target mereka (karena benar-benar random), namun mereka menemukan bahwa bagi email yang sampai ke target, rata-rata memerlukan 6,6 kali email berantai. 

Studi lain dilakukan tahun 2006 oleh Jure Leskovec dan Eric Horvitz yang meneliti instant messaging dari Microsoft yang melibatkan 30 trilyun chat di antara 180 juta orang penggunanya. Mereka menemukan lagi-lagi angka 6,6 derajat pertemanan bagi semua pengguna yang tersebar di seluruh dunia itu. Namun ingat, ini adalah angka rata-rata dimana sekitar 78% memiliki hubungan pertemanan sekitar 7 derajat atau lebih kecil, namun ada pula yang terpisah hingga 29 derajat pertemanan.

Lalu apakah sih misteri di balik angka 6 ini? Ternyata 6 bukanlah angka suci, bahkan nilainya tidaklah tetap sesuai perkembangan zaman. Dengan kemajuan teknologi dan makin maraknya media sosial, dunia terus dan terus saja menyempit hingga angka 6 di “6 degrees separation” ini terus saja berkurang.

Lihat saja penelitian Reza Bakhshandeh pada 2011 yang menggunakan jejaring sosial Twitter sebagai media percobaannya. Ia mencoba menghitung derajat pertemanan antara dua akun Twitter. Yang benar-benar random. Hasilnya? Bukan angka 6 yang mereka temukan, melainkan rata-rata hanya 3,43 derajat yang diperlukan untuk menghubungkan dua pengguna Twitter yang acak.

Aplikasi Facebook bernama "Six Degrees" yang dikembangkan oleh Karl Bunyan mencoba menghitung derajat pemisahan antara dua akun random di Facebook dan hasilnya, dari 5,8 juta pengguna, ditemukan hasil rata-rata 5,73 derajat, sedangkan derajat maksimum adalah 12. Hasil ini memang mendekati 6, namun penelitian yang dilakukan tahun 2009 ini bisa dianggap usang sebab penelitian dari tim Facebook sendiri pada 2011 menemukan bahwa dari 721 juta penggunanya, jarak pertemanan mereka rata-rata 4,74 derajat. Ketika penelitian ini diulang pada 2016 dimana pengguna Facebook sudah berjumlah 1,6 miliar pengguna (sekitar 22% dari populasi dunia), angkanya kembali berkurang menjadi 4,57 derajat!

Yap, keberadaan media sosial memang membuat derajat pertemanan kita makin menyempit, walaupun gue sendiri sebenarnya meragukan hasil itu karena toh, hanya sekedar “berteman” di Facebook atau follow Twitter tak berarti kita mengenal satu sama lain (walaupun mungkin bisa dianggap memenuhi syarat sebagai “kenalan”). Namun nggak bisa dipungkiri bahwa globalisasi dan kemajuan zaman memang membuat dunia terasa makin sempit. Entah apakah fenomena ini akan membawa berita baik ataukah berita buruk, namun yang jelas ada dua hal yang bisa kita tarik dari artikel ini.

  • Kita semua terhubung satu sama lain dan mau tidak mau, itulah fakta yang harus kita terima.
  • Bahkan remahan Oreo seperti kita pun mungkin cuma enam jabat tangan jauhnya sama Scarlett Johansson

Ekspresi readers: “Kita Bang? Elu doang kali???”

PS: setelah membuat artikel ini gue berhasil mempersingkat derajat pertemanan gue ama Gal Gadot hingga hanya berjarak 3 hingga 4 derajat aja karena gue kenalan dengan seorang streamer di Twitch yang pernah jadi staf di film “Wonder Woman 1984”. Walaupun dia mungkin nggak kenal Gal Gadot pun, gue yakin dia kenal seseorang di set tersebut yang kenal langsung dengan Gal Gadot.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori karya
Science
Selanjutnya KASUS TRAGIS GABBY PETITO (1): RELEVAN DENGAN DUNIA MASA KINI ATAUKAH BUKTI SINDROM RASISME?
9
0
Gue yakin sekali kalian pernah mendengar tentang kasus ini. Kaus Gabby Petito memang heboh semenjak bulan Oktober lalu dan viral di semua media sosial. Bahkan, kasus Gabby ini disiarkan hingga ke saluran berita mainstream tak hanya di Amerika tempat kasus ini terjadi, namun bahkan ke seluruh dunia. Tragedi Gabby memang bak sebuah film thriller Netflix, namun benar terjadi di kehidupan nyata. Seorang gadis tak berdosa melakukan perjalanan bersama kekasihnya, namun sayang, hanya sang kekasih yang kembali ke rumah. Dan ketika ia raib, misteri yang menyelimutinya menghilangnya Gabby pun mulai perlahan terungkap. Sama seperti sebuah film Netflix, kisah ini juga memiliki plot twist dengan akhir yang tak terduga Lalu mengapa kasus kriminal yang menimpa seorang gadis di Amerika Serikat tiba-tiba viral dan menyita perhatian publik? Apakah karena identitasnya sebagai Youtuber dan rekaman perjalanan tragisnya terabadikan bak sebuah film bergenre found footage? Apakah karena relevansi kasusnya dengan kekerasan domestik terhadap kaum perempuan yang sudah selayaknya mendapat perhatian? Ataukah viralnya kasus Gabby sesungguhnya sebuah bukti sindrom psikologis berlandaskan rasisme?Para pecinta dark case, kita akan bahas dengan tuntas kasus Gabby Petito dalam kesempatan kali ini.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan