LS - Part 2

1
0
Deskripsi

Last Scene Part 2

Part 2

🍂




 

Mengenai perjodohan, Sean tentu sudah mengenal anak perempuan dari pebisnis Andra Gunawan, yaitu Renata Bellyza Gunawan. Mereka sudah mengenal sejak kecil karena kedua ayah mereka adalah sahabat. Namun karena kesibukan, mereka hanya bertemu di event tertentu. Sean dan Renata hanya bertukar kabar dan kegiatan di sekolah masing-masing yang ternyata mereka menempuh pendidikan di SMA yang sama. Meski begitu, mereka berdua tidak akrab. Jadi, Sean dan Renata hanya sekedar bertukar sapa ketika bertemu.

Setelah lulus SMA, Sean menempuh pendidikan tinggi di luar negeri sehingga kesempatan untuk bertemu bisa dibilang tidak ada karena jadwal yang berbeda. Seperti anak konglomerat kebanyakan, Rena juga menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, bedanya, Rena hanya menyelesaikan S1 nya kemudian kembali ke tanah air sedangkan Sean merampungkan S1 dan S2 di luar negeri. Setelah Sean kembali ke tanah air, barulah mereka bertemu lagi di salah satu event bisnis. Saat itu, mereka hanya bertukar kabar karena sudah enam tahun tidak bertemu.

Sean tentu saja membatasi pertemanan dengan perempuan karena ia memiliki kekasih. Berbeda dengan Renata yang masih single. Dan bagi Renata, Sean termasuk tipe idealnya. Tapi, sayang sekali ia kalah cepat karena lelaki itu sudah punya kekasih. Namun, selama Sean belum menikah, Rena yakin jika mereka berjodoh, maka ia dan Sean akan bersatu, bagaimanapun caranya.

Rena memiliki sahabat sejak SMA bernama Jessi yang mengetahui hampir semua kisahnya. Meski Jessi bukan anak konglomerat sepertinya, namun Rena sangat bersyukur bertemu dengan Jessi karena temannya itu sangat perhatian padanya, tidak seperti temannya yang lain yang hanya memanfaatkan uangnya saja. Rena sering curhat pada sahabatnya itu, begitu sebaliknya.

"Lo gak pengen pacaran, Ren? Dari awal kenal lo, lo belum pernah komitmen sama satu orang."

"Buat apa pacaran kalau ujung-ujungnya gue bakal dijodohin, Jes..." jawab Rena tidak semangat.

"Oh iya juga sih. Tapi, lo pernah gak sih, pengen pacaran gitu? Lo pasti udah banyak ketemu anak cowok dari rekan bisnis Papa lo kan? Masa gak ada yang pengen lo pacarin?"

"Ada sih... Tapi dia udah punya cewek."

"Lo gak mau usaha?"

"Ngapain? Gue gak mau jadi pelakor." Keduanya pun tertawa.

"Mungkin kalau dia udah putus, gue bakal berusaha," ujar Rena yang terlihat sendu.

"Nah, gitu dong. Gue bakal bantu lo, Ren."

"Thank you ya, Jess."





 

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎






 

Setelah Sean setuju dengan kesepakatan sebelumnya, Andra memberitahu Renata jika ia akan segera dikenalkan dengan calon suaminya.

"Ingat ya, Ren. Kali ini Papa gak mau menerima penolakan, jadi Papa harap kamu bisa menerima calon suami kamu. Papa yakin kali ini calonnya sesuai keinginan kamu."

Renata hanya bisa mengangguk pasrah.

Singkat cerita, keluarga Renata bertemu dengan keluarga Sean. Betapa terkejutnya gadis itu mengetahui bahwa Seanlah yang akan dijodohkan dengannya. Rena tidak pernah menyangka takdir akan membawanya bertemu Sean dengan status sebagai calon suaminya. Rena sangat bahagia dengan perjodohan ini. Tapi, bagaimana dengan Sean? Meski lelaki itu terkesan menurut, Rena bisa melihat keberatan dari wajah Sean. Namun, perjodohan mereka harus berlanjut.

Setelah beberapa hari merenung, Sean akhirnya menerima nasibnya untuk dijodohkan dengan Renata. Tidak mungkin ia mengkhianati sang ayah dengan kabur dari kesepakatan bukan? Namun, Sean punya rencana lain. Jadi, ia mengajak Renata bertemu untuk membahas pernikahan mereka.

"By the way, kamu lebih tua setahun dari aku, should I call you Mas Sean?" tanya Rena karena Sean belum membuka suara.

"Sean aja," jawab cowok itu singkat.

"Oke kalau gitu... Jadi, kamu mau bahas apa?"

"Renata, maaf, saya ingin memberitahu kamu di awal kalau sebenarnya saya terpaksa menerima perjodohan ini."

"Pardon me? Kenapa kemarin pas ketemu keluarga kamu gak ngomong apa-apa?" satu kalimat dari Sean mampu membuat mood Rena turun.

"Papa saya punya utang sama Papa kamu. Sebagai gantinya, Papa kamu minta saya buat kerja di perusahaan dan jadi menantunya. That's why, saya mau bilang di awal kalau saya setuju menikah sama kamu dengan alasan untuk membantu bisnis Papa, bukan karena saya tertarik sama kamu."

Kan... Rena sudah menduga ini sebelumnya. Tidak mungkin Sean langsung menyetujui perjodohan mereka.

"Jadi, Renata, saya minta tolong sama kamu untuk tidak melibatkan perasaan dalam pernikahan ini, karena pernikahan ini hanyalah kontrak."

"Do you still have a girlfriend?"

Ayah Rena memberitahunya bahwa Sean sudah putus dari kekasihnya. Oleh sebab itu Sean mau dijodohkan.

Sean memasang wajah bertanya sehingga Rena mengulang pertanyaannya. "Kamu menganggap pernikahan ini hanya kontrak, kamu belum putus ya sama kekasihmu?"

"Saya punya kekasih atau tidak, itu bukan urusan kamu."

"Kalau kalian belum putus, batalkan saja perjodohan ini," ucap Rena tegas.

"Saya gak mungkin mengkhianati orang tua saya dan Papa kamu. Jadi, lakukan saja pernikahan ini. Tapi, tolong ingat, jangan melewati batas karena kita akan berpisah jika sudah waktunya."

Sesak. Itulah yang dirasakan Rena. Jika Sean masih punya kekasih, kenapa Sean menerima perjodohan mereka? Baiklah, Rena akan mengikuti skenario Sean. Setidaknya ia bisa melihat orang tuanya bahagia jika ia menikah dengan Sean. Mengenai kehidupan Rena setelah menikah nanti, entahlah. Rena sudah pasrah. Setidaknya, jika mereka menikah, Rena bisa melihat Sean setiap hari bukan? Hopefully.




 

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎



 

Dua puluh bulan setelah pernikahan

Renata dan Sean hidup seperti orang asing yang tinggal di rumah yang sama. Mereka seperti dua orang yang mengontrak di satu rumah. Tidak ada obrolan di rumah itu. Mereka hanya akan berkomunikasi jika berkaitan dengan urusan keluarga masing-masing. Mereka akan berakting romantis jika bertemu dengan keluarga keduanya.

Rena tahu, Sean bekerja sangat keras untuk membantu melunasi utang keluarganya. Sean selalu pulang malam. Bahkan saat weekend, ia tidak akan berada di rumah karena ia memiliki kesibukan mengurus cabang bisnis yang lain... Atau mungkin Sean menemui kekasihnya saat weekend. Entahlah, Rena punya pemikiran bahwa Sean masih belum putus dengan kekasihnya meski ia belum bisa membuktikannya secara langsung. Lelaki itu tidak pernah ada di rumah saat weekend, jadi Rena menyimpulkan Sean masih berhubungan dengan kekasihnya.

Malam itu, Sean pulang lebih awal. Laki-laki itu menghampiri Rena yang sedang menonton drama Korea.

"Maaf, saya ganggu kamu. Saya mau kasih ini," ujar Sean sambil menyerahkan amplop untuk Rena yang ia tebak adalah surat cerai.

"Sesuai perjanjian kalau utang keluarga saya sudah lunas, kita akan berpisah. Saya sudah melunasi utang keluarga saya sama Papa kamu siang tadi. Saya butuh akta nikah dan KK sebagai dokumen pendukung supaya kita bisa bercerai secepatnya. Setelah itu, akan saya proses sehingga kamu bisa terbebas dari pernikahan ini, begitu pun saya."

Rena terdiam menatap amplop itu dan Sean bergantian. Akta nikah dan kartu keluarga yang asli memang disimpan oleh Rena.

"Saya tunggu berkasnya."

Setelahnya, lelaki itu beranjak menuju kamarnya meninggalkan Rena yang termenung. Jadi, ini akhirnya?


 

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎


 

Tiga hari berlalu, Rena belum memberikan dokumen yang Sean minta. Sean pun menanyakan alasan Rena yang tidak kunjung memberikan dokumen-dokumen tersebut.

"Kenapa belum kasih dokumennya ke saya? Bukankah kamu gak setuju sama pernikahan ini? Jadi, setelah kita bercerai, kamu bisa terbebas dari pernikahan sialan ini."

"Tau dari mana kalau aku gak setuju?"

"Maksud kamu?"

"Sean... Mungkin kamu gak sadar. Aku udah tertarik sama kamu sejak lama. That's why, aku nerima perjodohan ini, berharap kamu sadar sama perasaanku. Tapi, kamu gak pernah liat aku sebagai istrimu. Kamu gak pernah anggap keberadaanku di rumah ini. Hampir dua tahun kita hidup di atap yang sama, dan kamu baru ajak aku ngobrol untuk bahas perceraian," Rena tertawa getir. Sementara itu, Sean terkejut dengan pengakuan Rena.

"Fine, kalau kamu mau cerai. Aku bakal setuju untuk berpisah, pergi dari hidup kamu, asalkan kamu kabulin satu permintaanku."

Sean menatap Rena penuh tanya.

"Beri aku anak, maka aku setuju untuk berpisah."

"Kamu gila?" Sean tentu saja kaget dengan permintaan Rena.

"Tenang aja, aku gak bakal minta pertanggungjawaban dari kamu sepersen pun. Aku bisa mengurus anak itu sendirian kalau kamu kabulin permintaanku. Aku juga bakal rahasiain perpisahan kita dari keluarga besar," Rena berjalan mendekati Sean yang masih berdiri sedari tadi.

"..."

"Jadi, Sean, kapan kamu bisa beri aku anak? Lebih cepat aku hamil, lebih cepat kamu terbebas dari pernikahan ini, dan kamu bisa cepat kembali pada kekasihmu itu, bukan?" Rena berbisik di telinga sang suami.

"By the way, kamu wangi," bisik Rena setelah mengendus leher sang suami.

Sean yang tidak nyaman dengan posisi keduanya, mendorong tubuh Rena agar menjauh.

"Maaf, tapi saya gak setuju sama permintaan kamu."

"Oke, itu berarti aku gak akan kasih dokumen itu."

"Terserah. Yang pasti, saya akan pergi dari rumah ini."

Sean kemudian berlalu menuju kamarnya meninggalkan Rena yang membisu. Tak lama kemudian, lelaki itu keluar lagi sambil membawa koper besarnya.

"Kamu mau kemana?"

"Rumah ini pemberian Papa kamu, jadi saya yang akan pergi dari sini."

"...."

"Tolong kabari saya kalau kamu bersedia kasih dokumen yang saya butuhkan. Saya pergi," final Sean.

Rena hanya bisa menatap nanar kepergian sang suami.













 

Tbc.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya LS - Part 3
1
0
Last Scene Part 3
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan