Just Slave Bab 2

6
0
Deskripsi

Cita-cita Queen.
Pacaran dengan Junior.
Menikah dengan Junior.
Memiliki anak dengan Junior.

Semua dilakukan demi Junior.
Semua dia korbankan demi Junior.
Bahkan, jika dia harus menjadi SLAVE.

Namun, bagaimana jika tubuh saja tidak cukup?

Junior Stevano Cohza.
Di dalam pikirannya hanya ada satu wanita. 
Angelina.

Namun, di dalam hatinya.
Siapa yang tahu.

Maju Terus Pantang Mundur

Enjoy Reading.

***

MENCINTAIMU ITU BUTUH PERJUANGAN. 

MENDAPATKAMU BUTUH PERHATIAN. 

TAPI SAAT KAMU MENCINTAIKU, 

AKU HANYA BUTUH SATU UCAPAN. 

"QUEEN"
 

***

"Pagi Queen, semangat sekali ya hari ini." Lizz mengajak Qi masuk ke dalam rumahnya.

"Iya dong Mama mertua, Qi ke sini kan mau ngajak Junior keluar."

"Harusnya Junior yang nyamperin kamu, kenapa kamu yang datengin Junior, itu anak kenapa kayak bapaknya sih nggak ada gantlenya sama sekali."

"Oh ini bukan salah Junior Mama mertua, Qi emang ngajaknya dadakan." Iyalah dadakan kalau nggak, mana mau Junior diajak keluar sama dia.

"Ya sudah kamu tunggu di sini biar Mama panggil Junior dulu."

"Oke Mamah." Qi tersenyum lebar. 

 "Ini anak Joe ngapain pagi-pagi ke mari?" Marco mendatangi Queen begitu Lizz naik ke lantai 2 memanggil Junior.

"Eh ... Papa mertua, Qi ke sini nungguin Junior, kan hari ini mau kencan."

"Papa mertua? Siapa yang nyetujuin kamu jadi mantuku?"

"Mama Lizz sudah setuju." Qi menjawab menang.

Marco boleh nggak suka sama bapaknya Joe, boleh nggak mau nerima Queen jadi mantunya tapi Queen punya Mama Lizz alias istri tercinta Marco yang siap mendukungnya sampai titik darah penghabisan.

Iyalah Lizz kan fansnya Joe, hahahahaha. Kalau pawang sudah bertindak, Marco bisa apa coba, paling cuman bisa melempem.

"Astaghfirullah, benerin dulu cara berpakaianmu baru ngelamar jadi mantuku." Marco melihat penampilan Queen yang memang sexy dengan mengurut dadanya.

Kalau punya mantu macam ini bisa kena serangan jantung dadakan ini, tiap hari disuguhi pemandangan yang menggoda iman.

Ini tidak bisa dibiarkan, kalau Junior sering bergaul sama ini anak Joe, bisa kegoda lama-lama.

Marco kan yakin anaknya masih normal, sekali dua kali diempanin nggak nyantol, tapi kalau keseringan dipamerin yang begituan takutnya lama-lama khilaf juga.

"Sudah kamu pergi sendiri saja, Junior ada meeting sama aku di kantor."

"Ini kan hari minggu, masa masih kerja sih Pa?"

"Panggil om jangan pa, aku bukan bapakmu."

"Queen kan cuma membiasakan diri Pa, jadi nanti kalau sudah beneran jadi mantu Papa Qi nggak kagok lagi."

"Aku nggak mau punya mantu pakaian macam ini, ya Allahhhh."

"Papa suka yang pake hijab? Tenang saja nanti Qi ganti pake yang syar'i, tapi kalau ke pengajian saja ya, sekarang Qi mau ke acara pesta ulang tahun temen Qi, acaranya di pantai jadi bajunya harus mendukung suasana, bener kan Papa."

"Sak karepmu ndok, sak karepmu." Marco puyeng, baru kali ini Marco kalah debat sama orang.

"Ada apa?" Junior yang baru turun langsung menghampiri mereka berdua.

"Pagi, Juniorrr." Qi langsung memeluk dan mencium pipi kanan, kiri Junior.

"Astaghfirullahhaladzim! Woyyy bukan muhrim." Marco menarik Queen menjauh dari anaknya, ini anaknya Joe beringas banget ya.

"Marco, bukan muhrim." Lizz menunjuk tangan Marco di tangan Queen. dengan cepat Marco melepaskannya, baru dia negur si Queen kenapa dia kena tegur juga.

"Ada apa?" Junior mengulangi pertanyaannya, mengabaikan papanya yang memandang penuh peringatan.

"Hari ini temanku ada yang ulang tahun, temenin yukkk dateng ke pestanya." Queen mendekati Junior lagi kali ini menggelanyut manja di lengannya.

"Astagaaa, itu susu jangan nempel-nempel." Marco mendelik melihat dada Queen yang memang melekat di lengan Junior.

"Marco, nggak usah berlebihan, sudah Junior kamu temenin Queen ya, kasihan Queen sudah nunggu kamu dari tadi," perintah Lizz mutlak.

"Nggak bisa dong bebb, kan sudah aku bilang Junior ada meeting denganku hari ini."

"Oh nggak apa-apa, Qi nggak keberatan kok nungguin Junior meeting dulu, siapa tahu di kantor bisa di kenalin sekalian sebagai calon mantu kepada semua klien dan karyawan," ucap Qi pantang menyerah. 

 "Seperti itu juga boleh." Lizz menambahkan. 

 "Nggak bisa nggak bisa, kita kerja beb bukan main-main."

"Tapi ini hari minggu Marco, kamu lupa kita ada janji ngajak Aurora ke taman hiburan hari ini? Jadi biarkan saja Junior pergi sama Queen."

"Aku ganti baju dulu." Junior melepaskan pelukan Queen dan langsung naik ke lantai dua, malas mendengarkan papanya yang mulai bawel.

"Junior, papa belum kasih izin!" teriak Marco, tanpa mendapat balasan dari Junior.

"Sudah beb, kamu juga siap-siap, nanti Aurora keburu nangis kalau kamu nggak nepatin janji." Marco jadi galau, dia pengen cegah Junior pergi, tapi nanti anak kesayangannya Aurora sedih nggak jadi jalan-jalan, tapi kalau dia nemenin Aurora bisa-bisa si Junior habis di embat sama anaknya Joe.

Lagian si Joe, kenapa sih punya anak sexy amat, kalau anak Marco jadi nafsu gimana, kan Marco nggak rela besanan sama itu Adek pungutnya Daniel.

"Tunggu sebentar ya Queen, Marco ayo ganti baju." Lizz mendorong Marco menuju kamar mereka. Queen tersenyum menang dan duduk kembali menunggu Junior.

Queen itu gigih, jadi rintangan apa pun yang bikin dia jauh dari Junior tidak akan menggoyahkan dirinya.

Maju terus pantang mundur.

💋💋💋

"Pake mobilku saja ya." Queen menarik Junior yang mau masuk ke mobilnya. Queen nggak mau ambil resiko ditinggal di tengah jalan kalau tiba-tiba Kakak sepupunya Anggel juga ngajak jalan Junior, jadi cari aman bawa mobil Qi saja.

Baru Qi dan Junior keluar, bertepatan dengan Anggel dan duo J juga keluar dari kediaman Alex tepat di sebelah rumah Marco.

"Junior, Qi?" Anggel menghampiri mereka.

Qi langsung siaga satu, dan ikut nyamperin Kakak sepupunya itu sebelum kata ajakan keluar dari mulutnya.

"Kak Anggel mau ke mana?"

"Nggak tahu, noh Javier dan Jovan yang ngajakin, tapi kebetulan banget, baru aku mau ajak---."

"Oh .... Nggak apa-apa kalau kakak mau pergi sama double J, Qi sama Junior juga udah ada acara lain kok." Queen memotong ucapan Anggel yang kalau dilanjutkan pasti berupa ajakan untuk Junior.

Tidak akan Qi biarkan.

"Oh, gitu ya, ya sudah selamat bersenangsenang, Juniorrr titip Queen yaaaa!" teriak Anggel sambil melambaikan tangan sebelum berlari kembali ke arah duo J dan masuk ke dalam mobil mereka.

Javier dan Jovan melirik Junior dan Queen.

"Jujun nggak ikut?" tanya Jovan pada Anggel. 

 "Nggak, kata Qi mereka ada acara," jawab Anggel santai.

Javier dan Jovan saling berpandangan, tumben Junior mau jalan sama Queen.

Mungkin pengen move on, batin mereka sepakat.

Sedang Qi langsung tersenyum menang, pengganggu berhasil disingkirkan.

"Junior tunggu." Qi masuk ke dalam mobilnya karena saat dia berbalik dia tidak mendapati Junior di belakangnya.

"Pestanya di mana?"

"Maldives."

Junior mengernyit.

"Maldives?" tanya Junior memastikan.

Qi mengangguk.

Junior terdiam, sejenak kemudian dia keluar lagi dari mobil Queen, dengan cepat Qi menyusulnya. "Junior kalau nggak mau ke Maldives nggak apaapa, aku nggak datang ke pesta itu juga nggak masalah, kita bisa pergi ke tempat yang lainnya," ucap Queen penuh harapan. Tidak rela acara kencannya dengan Junior gagal.

Junior berlalu tanpa mengucapkan apa pun, Qi langsung terasa lemas, padahal semua pengganggu sudah dia singkirkan kenapa susah sekali mau jalan sama Junior.

Qi masuk lagi ke dalam mobil kesal, memandang rumah Junior hampa.

Lagi-lagi dia diabaikan.

Qi jadi berasa seperti potongan cabe di mie instan.

Nggak ada dicariin, ada disingkirkan, maunya apa coba.

Kurang apa sih dia, cantik banget, sexy apalagi, pintar? Hell, Qi itu peringkat satu terus di kelasnya, makanya teman cowok di sekolah yang mendekati dia selalu kualahan.

Karena yang pdkt mesti bisa mecahin rumus kalkulus yang Qi berikan, dan seketika pada ngibrit semua.

Drrtttt.

Sebuah notif masuk ke hpnya.

Ternyata foto temannya yang sudah pada sampai di Maldives.

Semakin miris saja dia, saat temannya selalu membawa gandengan ke pesta, Qi hanya bisa membawa Raja, Adik kandungnya yang hanya terpaut satu tahun itu, biasanya jika ke pesta membawa adiknya maka akan berakhir dengan Raja yang mendapat gandengan baru sedang Qi bengong sendirian dengan cowok yang pada modus mengerubungi dirinya.

Qi mau Juniorrr.

Ceklek.

"Ke bandara mana?"

Qi langsung duduk tegak dan menoleh ke sebelahnya.

"Junior?" sapanya tidak percaya.

Junior memandang Queen datar.

"Kamu kembali?" 

 "Aku mengambil paspor." 

  Brukkk.

"Makasihhhh, mau menemaniku." Qi memeluk Junior dengan bahagia.

"Jangan memeluk sembarangan," ucap Junior sambil melepas pelukan Queen.

Walau ditolak Queen tetap tersenyum lebar.

"Bandara mana?" tanya Junior lagi.

"Sukarno Hatta dong, kan kita di Jakarta." Junior mengabaikan ekspresi Qi yang terlampau gembira.

Kenapa Junior menanyakan bandara mana?

Karena dia pernah bersama Javier dan Jovan diajak ke Belanda, tapi bukan berangkat dari bandara di Jakarta langsung ke Belanda, kedua Kakak sepupunya itu malah ke Bandung dan berangkat dari bandara di sana.

Wajar dong Junior waspada, karena dilihat dari bentuknya, Qi sama gilanya dengan duo J dan duo Al.

Junior menyalakan mobil Qi dan menjalankannya santai karena Junior memang selalu taat peraturan, nggak mau dibilang keren hanya dengan kebut-kebutan.

Sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya Queen bercerita dengan semangat dan sedikit modus dengan bersandar cantik di bahu Junior.

Sedikit kesempatan dalam kesempitan nggak masalah dong.

Yang penting hari ini Queen merasa bahagia. 

***

TBC

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Just Slave Bab 3
4
0
Cita-cita Queen. Pacaran dengan Junior. Menikah dengan Junior. Memiliki anak dengan Junior.Semua dilakukan demi Junior. Semua dia korbankan demi Junior. Bahkan, jika dia harus menjadi SLAVE.Namun, bagaimana jika tubuh saja tidak cukup?Junior Stevano Cohza. Di dalam pikirannya hanya ada satu wanita.  Angelina.Namun, di dalam hatinya. Siapa yang tahu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan