I'm Back (Bluesy)

26
6
Deskripsi

Warning!

  • 100% Fiksi
  • Tidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claim
  • Pict from pinterest and cr to the real owner🩵
  • Sowwry for typo ya ayang
  • HARSH WORD!!
  • Ini final chapter dari I'M DONE

I'm Back

Mungkin ini sudah hampir 2 bulan Arion dan Kayline tidak bertegur sapa, lebih tepatnya sang wanitalah yang selalu enggan mambalas sapaan lelakinya. Kayline selalu menghindar, bahkan untuk menatap matanya saja ia seperti tidak sudi.

Selama 2 bulan ini juga Arion tidak berhenti. Lelaki itu selalu menyempatkan diri menghampiri Kayline setelah kelasnya, menunggu Kayline rapat organisasi, membelikan kue favoritnya, mengirimkan pesan setiap hari, dan seluruh afeksi yang bisa ia berikan akan Arion lakukan untuk Kalaine. Meskipun pada akhirnya tidak mendapat balasan dari wanita itu.

“Cewek lo mana dit?” Arion duduk di salah satu kursi kantin, tepat di depan Radit.

Yang ditanya menoleh tidak santai, “Ngapain lo nanyain cewek gue?”

“Yaelah, kalo ada si Nilam kan berati ada Kay juga gitu.”

“Masih kelas mereka, setengah jam lagi kelar.” Radit sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari laptop di depannya.

Arion mengangguk. Seperti biasa ia akan menunggu Kayline sampai wanita itu selesai kelas, ya meskipun penolakan mungkin akan ia dapatkan lagi. Itu tidak masalah, karena menurutnya apa yang dirasakan Kayline dulu jauh lebih menyakitkan daripada ini.

“Lo kelas apaan deh? Perasaan kosong kita hari ini?” Tanya Radit heran. Ia dan Arion memang berada di jurusan dan kelas yang sama, setaunya hari ini tidak ada kelas. Radit memang khusus datang ke kampus untuk menemani Nilam mengerjakan parafrase proposal.

“Enggak ada, gue dateng buat nemuin Kay aja.” Jawab Arion santai, bukan hal baru lagi memang jika lelaki itu rela pergi ke kampus setiap hari meskipun tidak ada jadwal kelas atau latihan. Namun hanya untuk menemui Kayline meskipun akhirnya akan ditolak lagi dan lagi.

Radit tertawa tipis, “Enggak capek? Padahal tinggal ikhlasin aja Kayline. Lo kan bisa pilih tuh cewek-cewek yang antri buat lo pake, masih banyak.”

“Kalo bisa juga gue maunya gitu.”

“Emang nggak bisa?”

Arion menggeleng, “Dia udah masuk terlalu dalem.” 

“Anjing! Geli gue.” Radis bergidik ngeri, tidak biasanya plaboy kampus ini berkata demikian.

Arion ikut tersenyum, menggelikan memang. Tapi itu nyata, Kayline sudah terlalu dalam masuk ke dalam hidupnya. Wanita itu tanpa sadar menyita seluruh perhatian Arion selama ini. 

Lelaki itu baru sadar jika kemanapun dan dengan siapapun selama ini dia pergi, Kayline tidak pernah hilang dari pikirannya. Arion selalu mengingat hal-hal kecil tentangnya. 

Kayline suka biru, suka sinchan, suka roti, suka daisy, bahkan saat pergi dengan pesawat atau mendaki bersama temannya yang Arion ingat adalah Kayline tidak suka ketinggian. Semua hal tentang wanita itu tanpa sadar menguasai dirinya

“Dia biasanya nggak suka kalo gue telat bales chatnya lebih dari 2 jam, sekarang dia nggak bales chat gue lebih dari 2 hari.” Ucap Arion miris. Keadaan yang sangat berbeda, jika dulu Kayline selalu membalas pesannya tidak lebih dari satu jam setelah dia kirimkan. Sekarang bahkan pesannya tidak dibaca sama sekali.

“Sibuk kali, tau sendiri mereka lagi ngejar sempro semester ini.” Meskipun kesal, sejujurnya Radit cukup kasihan dengan temannya satu ini. Biasanya dia yang mengabaikan, sekarang diabaikan.

“Masak sih?”

Radit menggeleng masih dengan tawa meremehkan, “Emang lo bukan prioritasnya lagi aja sih sekarang.”

“Anjing.” Umpat Arion miris. 

Sialan demi apapun ia sangat merindukan Kayline yang dulu.

~~

Kayline terus berjalan mengabaikan keberadaan Arion yang terus mengikutinya berjalan ke halte bus.

“Kay astaga Kay, kan aku udah bilang aku anter aja. Liat sekarang udah jam segini mana ada bus? terakhir kan jam 4. Mau hujan juga loh Kay. ” Arion terus membujuk Kayline untuk pulang bersamanya.

Lelaki itu sudah menunggu Kayline di kampus hampir 6 jam, mulai dari selesai kelas sampai belajar di perpustakaan kampus Arion sama sekali tidak meninggalkannya. Bahkan ketika Nilam sudah mengusirnya puluhan kali.

“Siapa bilang gue nunggu bus?” Kayline bertanya sambil menatap remeh Arion, “Lo pikir cuma lo yang bisa nganter gue pulang?”

Belum sempat Arion menjawab, suara klakson memotong pembicaraan keduanya. 

“Kay, ayo!” Seruan seorang lelaki dari dalam mobil putih yang berhenti di depan halte tempat mereka berdiri.

Kayline menoleh dengan senyuman lebar, wanita itu kemudian berjalan riang menghampirinya. “Aku pikir bakal telat lama.”

“Enggak lah, masak cewek cantik dibiarin nunggu lama. Masuk cepet keburu hujan.”

Kayline mengangguk semangat memasuki mobil, meninggalkan Arion yang menatapnya datar. Wanita itu bahkan sama sekali tidak menoleh untuk sekedar berpamitan.

Tinnnn…

“Duluan bro.” Ucap laki-laki yang baru saja berhasil membawa pergi Kayline dengan mobilnya.

Arion mengepalkan tangannya kencang sampai buku-buku jarinya memutih. Siapa yang berani membawa Kayline pergi tanpa seizinnya. Tidakkah ia tau jika Kayline adalah miliknya? Bahkan hampir satu kampus ini tau jika tidak ada yang boleh mendekati Kayline selama mereka masih bertengkar.

Selama 2 bulan ini Arion selalu memastikan tidak ada yang mendekati wanitanya itu sedikitpun. Kayline harus tetap berada dalam genggamannya meskipun wanita itu enggan sekalipun.

Tapi lelaki tadi? Sialan bagaimana bisa ia kecolongan?

Arion mengacak rambutnya frustasi, ia hampir kehabisan cara membuat Kayline kembali padanya.

Tapi tidak. Arion tidak akan menyerah begitu saja. Kayline harus kembali padanya bagaimanapun caranya, termasuk jika ia harus menyingkirkan laki-laki itu dengan tangannya sendiri. Ia tidak perludi. 

Sekali lagi, Kayline harus kembali padanya..

~~

Di dalam mobil Kayline tidak membuka pembicaraan apapun. Dalam hatinya ia resah karena meninggalkan Arion tanpa pamit tadi. Sejujurnya setelah 2 bulan melihat keseriusan Arion dalam mengejarnya dan ucapan-ucapan racun dari temen-teman Arion yang ikut andil membujuknya, ia hampir saja luluh. Namun mengingat bagaimana Arion selalu meremehkannya sebelum ini, Kayline berubah pikiran.

Ia harus melihat usaha Arion lebih jauh lagi. Setidaknya lelaki itu harus merasakan bagaimana berada di posisi Kayline dulu.

“Dia keknya marah banget tadi, ini kalo sampe gue wafat setelah ini gue gentayangin lo ya jablay.” Ucap laki-laki disebelah Kayline. 

Kayline mendengus malas, “Lebay amat bang, kagak sampe jadi pembunuh juga kali dia.” 

“Mana acara pake aku kamu lagi, gila ditatap aja berasa kesilet gue sayyyy.” Lelaki dengan mobil putih itu mengelus pelan dadanya, sejujurnya hanya dengan melihat tatapannya saja ia takut dengan Arion. Apalagi ia tidak terbiasa akting menjadi lelaki macho. Iya akting.

Namanya, Tara. Lelaki siluman wanita ini adalah asistan sang Ibu di tempat cathering. Terbiasa bercengrama dengan ibu-ibu dan mbak-mbak di dapur membuatnya terbawa gemulai. 

Sore tadi Kayline meminta Tara untuk menjemputnya sekalian membuat Arion cemburu. Jangan dikira Kayline tidak tau jika semua laki-laki di kampus dilarang Arion untuk mendekatinya. Kayline tau karena sebelum Arion kembali mengejarnya sempat ada beberapa lelaki yang terang-terangan mengatakan suka kepadanya, namun tiba-tiba menghilang karena Arion kembali padanya. 

Ia juga tau jika Arion sekarang membuat batasan yang cukup jelas dengan Adel, lelaki itu bahkan mengunfollow semua wanita di instagram dan twitternya kecuali Kayline. Beberapa teman Arion juga meminta maaf padanya karena kata-kata tidak pantas mereka dulu, jangan lupakan penjelasan yang mereka beri tanpa Kayline bertanya sedikitpun.

Arion benar-benar mengerahkan semua yang ia bisa untuk membuat Kayline kembali padanya.

Tapi meski begitu. Luka Kayline belum sepenuhnya sembuh, wanita ini belum sepenuhnya memaafkan Arion. Meskipun tidak dipungkiri jika rasa cintanya sudah terlanjur besar untuk lelaki itu.

“Lagian ye mbak, lu liat noh mukanya. Kurang serius apa abang ganteng itu, kalo situ nggak mau buat gue aja deh say macho-macho manja gitu.” Tara mencolek lengan Kayline pelan, “Kalo di ranjang hawtt kan pasti? Anunya berapa cm mbak?” 

“Anjing lo pikir gue ngukur pake garisan apa?”

“Berati pernah liat? Pernah pegang? Pernah masuk?” Tembak Tara tepat sasaran.

Kayline menjambak rambut bencong ibunya itu kencang, “Boti bajingan!” Ucapnya sebelum keluar dari mobil meninggalkan lelaki siluman yang berteriak kesakitan karena kulit kepalanya hampir lepas.

Tidak seperti biasanya, hari ini waktu menunjukkan pukul 6 sore namun ibunya masih sibuk di dapur yang terlihat berantakan. Biasanya para pegawai cathering ibunya akan pulang pukul 5 sore dalam keadaan bersih dan rapi.

“Loh Mama kok belum istirahat?” Tanya Kayline menghampiri ibunya di meja makan.

Sang ibu menoleh sambil tersenyum hangat, “Udah pulang kamu mbak. Bentar dulu ya makannya, ini loh tadi mendadak ada yang pesen buat besok. Cuma 20 jenis sih, mau ditolak tapi dianya mohon-mohon banget. Jadi Mama terima aja. Ini lagi prepare bahannya. Tadi jam kerja pegawai udah terlanjur habis."

Kayline mengangguk paham mendengar penjelasan sang ibu, wanita itu dengan segera mengikat rambut panjangnya dan ikut membantu sang Ibu menyiapkan bahan untuk besok.

“Besok aku aja yang kirim, pak soleh masih pulkam kan?” Tanya Kayline lagi. Pak soleh adalah supir yang biasanya dipakai sang ibu untuk mengantar pesanan cathering.

“Iya kebetulan, soalnya besok si Tara juga harus anter ke tempat lain. Minta tolong ya mbak, nanti kamu anter ini aja yang gak begitu banyak. Biar nggak susah bawanya.”

Kayline mengangguk disertai senyuman manis. Dengan senang hati tentunya ia akan senantiasa membantu sang Ibu.

“Mbak, dipanggil mas Kenan.” Ucap Tara yang baru saja datang ke dapur.

“Ngapain?”

Tara menggeleng sambil masih mengusap rambut ikalnya pelan, sakit sekali jambakan Kayline. “Nggak tau, dia nunggu di kamar mbak.”

“Bentar, bantuin Mama dulu." Kayline kembali mengupas wortel di tangannya.

“Udah kesana dulu, ini kan juga ada Tara yang bantuin Mama. Lagian kamu nggak capek apa habis kuliah? Sana naik.” Ucap sang Ibu halus.

Kayline mengangguk. Ia meraih tas dan jaketnya yang tadi dilempar ke sofa kemudian naik ke lantai 2, “Nanti habis mandi aku bantuin lagi Maaa.” Ucapnya sebelum masuk ke dalam kamar.

Disana ia menemukan sang Adik yang sibuk bermain game sambil rebahan diatas ranjang miliknya.

“Kenapa nyariin gue?” Tanya Kayline.

Kenan, lelaki 18 tahun yang baru saja masuk kuliah itu menoleh menatap sang kakak. “Lo belum baikan ya mbak sama mas Rion? Dia neror gue mulu nih.” Kenan menyodorkan ponselnya yang menampilkan roomchat Arion.

“Tinggal blok aja atau nggak usah dibales, selesai kan?”

Kenan menggeleng, “Nggak bisa! Dia suka top up in gue game. Baikan lah mbak dia kan udah minta maaf.”

“Dih ngatur lo bocil?”

“Loh ini saran. Lagian selain mas Rion mana ada yang mau sama lo mbak, ntar jadi perawan tua loh.” 

Kayline mencubit keras perut sang adik, “Kalo ngomong dijaga ganteng. Udahlah jangan bahas dia lagi. Keluar sana bantuin Mama.”

“Ah cap-”

“KELUAR KENANNNNN ATAU GUE JAMBAK?!”

Oke setelahnya dengan segera Kenan terbirit berlari keluar kamar sebelum menjadi korban seperti Tara. Barusan bencong sang ibu itu datang pada dirinya meminta untuk mengecek apakah kulit kepalanya terluka akibat jambakan Kayine. Kenan tidak akan sudi menjadi korban berikutnya,

~~

Pagi berikutnya mereka semua berkumpul di meja makan, Kayline sudah mandi dan rapi siap untuk membantu ibunya terjun ke dapur dan mengantar beberapa pesanan. Sedangkan Kenan? Tentu akan membantu juga hanya saja lelaki ini malas untuk mandi pagi. Lagi pula ia tidak berkeringat, dan akan mandi nanti siang.

“Kenan nanti anter pesenan ya sama mbakmu.” Ucap sang ibu sambil menyendokkan beberapa jenis lauk ke piring Kenan.

“Aku bisa sendiri Ma.” Tolak Kayline halus.

“Iya tapi takutnya nyasar alamatnya agak susah, nyetir sambil liat hp kan bahaya. Sama Kenan aja.”

Kenan berdecak sebal, “Sok banget nggak mau dibantuin.”

“Diem atau gue kucir tuh bibir.” 

“Loh loh malah berantem. Makan nanti keburu siang itu harus buru-buru dianter." Lerai sang ibu mengakhiri perdebatan pagi ini. 

Setelah sesi makan pagi mereka, Kayline dan Kenan bersiap untuk mengantar pesanan 20 paket ke rumah pelanggan sang Ibu.

Kayline mengerutkan dahinya bingung melihat alamat di tangannya, seperti tidak asing. Apa ia pernah datang ke alamat ini?

“Alamat siapa sih ini, kayak nggak asing.” Gumam Kayline sambil memakai sabuk pengamannya.a

“Perumahan elit itu, nggak bakalan mbak lo kenal orang sana.” Sahut Kenan meremehkan.

“Yaudah sih orang cuma ngerasa aja." Dengus Kayline kesal. Lagi pula kenapa orang perumahan elit memesan makanan di tempat cathering perintis seperti milik ibunya, aneh.

Tidak ada percakapan panjang diantara mereka selama perjalanan. Kenan bahkan menolak sang kakak membacakannya google maps karena takut akan salah jalan. Wanita tidak bisa diandalkan dalam urusan ini.

“Gila orang rumahnya gede-gede gini kerjanya apaan ye.” Ucap Kenan ketika mereka meneliti satu persatu nomor rumah di perumahan elit yang mereka lewati.

Sebenarnya keluarga Kayline dan Kenan juga tergolong kaya. Usaha cathering sang ibu cukup maju, rumah merka dua lantai dengan halaman luas. Namun tetap saja yang ini jauh lebih kaya raya.

“Ngepet kali.” Balas Kayline asal.

“Ikutan ngepet yuk mbak, lo babinya gue yang jaga lilinnya.”

“Muka lo noh mirip babi. Depan situ pelan-pelan ini udah nomor 10." 

Rumah yang akan mereka tuju adalah rumah nomor 12. Tidak lama kemudian terlihat sebuah rumah besar dengan gerbang hitam tinggi menjulang bertuliskan angka 12 di bagian ujung pagarnya. Sepertinya itu rumah yang mereka cari.

“Ini gimana salamnya gila.” Kenan menatap bingung rumah di depannya, “Kita permisi sampe suara abis juga kagak bakal kedengeran. Klakson aja apa ya?”

“Hush nggak sopan.” Kayline melepaskan sabuk pengamannya kemudian turun dari mobil, ia berjalan menuju lubang kecil di gerbang itu sambil memencet bel beberapa kali.

“Aneh banget pesen cathering buat apa coba kalo enggak ada acara apa-apa dirumahnya.” Monolog Kayline heran.

Tidak lama kemudian ada pegawai dengan seragam khas security menghampiri gerbang tempatnya berdiri, “Cari siapa mbak?”

“Ini pak mau antar cathering, bener alamatnya disini kan pak?” Kayline menyodorkan secarik kertas tulisan ibunya.

Security itu mengangguk kemudian membuka lebar gerbang hitam itu, “Silahkan mbak bisa langsung masuk, nanti di dalam ada yang bantuin.”

“Terimakasih pak.” Kayline tersenyum manis, kemudian kembali masuk ke dalam mobil.

Kenan tidak berhenti mengucap wahh melihat bagaimana megahnya rumah ini ditambah jajaran mobil keren yang menghiasi garansinya. 

“Ini berhenti disini?” Tanya Kenan ketika mobil mereka berhenti tepat di depan pintu utama. Matanya tak sengaja menatap salah satu motor yang terparkir rapi di garansi rumah itu. Kenan mulai menyadari sesuatu.

“Bentar gue nanya dulu, lo tunggu sini.” Balas Kayline kembali turun dari mobil. Astaga orang kaya kebanyakan aturan.

“Permisi.” Sapanya sopan pada wanita paruh baya yang duduk di kursi taman, “Maaf menganggu, saya mengantar cathering pesanan dari rumah ini. Kira-kira diturunkan dimana ya?”

 “Cathering?” Wanita itu malah balik bertanya membuat Kayline semakin bingung. Apa ia salah rumah? Apa ibunya salah menulis alamat?

“Iya. Aluna Cathering.” 

Wanita itu mengerutkan keningnya seperti mencoba mengingat sesuatu, sampai kemudian ada suara menginterupsi pembicaraan mereka. “Udah sampai? Kok kamu anter sendiri sayang?”

Kayline menoleh kaget, mulutnya reflek terbuka dan matanya melotot lebar. ARION? BAGAIMANA ARION? INI RUMAH ARION? SIALAN!

Apa tadi katanya? SAYANG?

CARA GILA APALAGI YANG AKAN DILAKUKAN LAKI-LAKI ITU?!

Kayline tidak habis pikir.

“Aku yang pesen mah, anak-anak kan mau dateng kasian bibi baru sembuh kalo suruh masak. Sekalian ngelarisin usaha calon mantu Mama ini.” Ucap Arion tersenyum lebar sambil merangkul bahu Kayline erat.

“Calon mantu?” Tanya wanita paruh baya tadi yang tidak lain adalah ibunda Arion Reksamana.

Jantung Kayline berdetak cepat hampir copot. Apakah ia akan dihina dan dicaci maki setelah ini? Sama seperti novel yang pernah ia baca? Atau ia akan diusir secara kasar?

“Iya, ini cewek yang selalu aku ceritain ke Mama.” Arion berucap dengan bangga tanpa ragu.

Kayline menunduk dalam. Sialan ia bahkan tidak pernah terbayang hal ini sedikitpun.

“Astaga cantiknya, kenapa kamu biarin dia nyari rumah kita sendiri. Harusnya dijemput Arion.” Wanita itu melemparkan majalah yang tadi ia baca kemudian menghampiri Kayline, “Kenalin Mamanya Arion, Reta. Panggil Mama Reta okay.”

“Aduh cantiknya, sama siapa kamu? Bibi! Pak samsul tolong bantuin calon mantu saya keluarin makanan dari mobil. Eh kamu udah makan sayang? Yuk masuk yuk.” Ibunda Arion berucap heboh sambil menarik Kayline masuk ke dalam rumah meninggalkan Arion yang masih berdiri disana.

Entah setelah ini Kayline akan memaafkannya atau justru semakin marah. Setidaknya perempuan itu harus tau jika Arion bisa senekat ini. Lelaki ini mungkin akan menggunakan cara hamili duluan jika Kayline masih terus-terusan menolaknya.

“Mas Rion!” Panggil Kenan membuyarkan lamunan singkatnya.

“Weh Kenan, lo pulang dulu sana. Nanti Kay gue yang anter."

“Mas gila nekat sih lo. Belum aja dijambak mbak Kay lo mas.” Ucap Kenan tak percaya. 

Tetapi lelaki ini senang juga dalam hati, calon kakak iparnya orang kaya tujuh turunan. Kalau begini ia tidak perlu khawatir akan masa depan, setaunya mas Arion adalah anak tunggal. Jadi sebagai adik satu-satunya ia pasti kena ciprat harta hahahaha.

“Gue udah buntu gila, kalo nggak sama dia mending gue mati deh.” Balas Arion dramatis. Namun itu nyata, Arion tanpa Kayline hanya butiran debu.

“Udah pulang duluan sana, sama doain supaya kakak lo cepet luluh. Nanti gue tf buat jajan.”

Kenan mengacungkan dua jempolnya semangat, “Siplah gue duluan, pulangin dengan selamat loh mas. Gini-gini gue sabuk hitam ya kalo sampe mbak Kay kenapa-kenapa.”

“Iya aman, dah sana. Udah gue tf juga nih.” Ucap Arion sambil berjalan pelan ke dalam rumah. Ia sudah bertekad akan menculik Kayline hari ini, wanita itu harus segera kembali padanya apapun yang terjadi. Hari ini mereka harus kembali bersama. Ia kan mendapatkan maaf itu segera.

~~

Kayline hanya tersenyum canggung saat Mama Reta mengajaknya berkeliling rumah sekaligus memperkenalkanya pada Tuan Reksamana alias Ayah Arion.

Setelah ini ia harus memberi pelajaran pada Arion agar tidak berbuat seenaknya. Lelaki itu benar-benar membuat Kayline geram setengah mati.

Sekarang ia sendiri pun bingung bagaimana caranya memberi tahu wanita paruh baya yang terlihat sangat antusias bercerita segala hal padanya itu jika ia dan Arion tidak ada hubungan apapun. Mereka bahkan sudah tidak bertegur sapa selama 2 bulan lebih, lebih tepatnya Kayline yang tidak menegurnya.

“Mama seneng deh Arion punya pacar, selama ini Mama nggak ada temen ke salon atau shopping. Arion juga gak pernah bawa cewek pulang, kamu yang pertama.” Ungkap Reta membuat Kayline mengerutkan dahinya heran, bukankah Adel sering datang kemari?

“Bukannya Adel sering kesini ya Tante?” Karena kepalang penasaran akhirnya Kayline memutuskan untuk bertanya.

Wanita itu menggeleng, “Kalau Adel itu kan emang sering kesini sendiri, enggak pacaran juga sama Rion. Jadi dia nggak masuk hitungan.”

Kayline mengangguk paham. Berati benar ucapan teman-teman Arion, meskipun akrab dengan keluarga lelaki itu. Status Adel tidak berubah, tidak ada yang spesial dari perempuan itu. Mungkin yang membuat Adel terlihat spesial adalah keakrabannya dengan teman-teman band dan futsal Arion, sehingga mereka terlihat sangat dekat.

Ya meskipun begitu tidak dipungkiri jika Arion tidak jarang selalu mengutamakan Adel, dibanding dirinya.

“Eh kok panggilnya tante? Mama dong.” 

“Ini usaha cathering Mama kamu? Wahhh beliau suka masak ya? Kapan-kapan mau deh kesana biar akrab sama calon besan hihihi.”

Kayline semakin meringis mendengarnya. Sialan, memangnya siapa yang mau menikah dengan Arion. Tara?

“Ini namanya apa?” Ibunda Arion itu menunjuk salah satu menu yang tertata rapi di dalam kotak.

“Krecek tante, kalau makan gudeng jogja itu sebagai pelengkap. Kebetulan Rion kemarin pesen yang paket gudeng ayam.” Jelas Kayline lembut.

“Mama.”

Lagi-lagi Kayline hanya mengangguk sambil tersenyum manis. 

“Mah, aku mau ngomong bentar sama Kay.” Suara Arion tiba-tiba terdengar dibarengi dengan masuknya lelaki itu dari pintu dapur.

Baru kali ini setelah 2 bulan, Kayline bersyukur Arion menghampirinya.

“Mama belum selesai ngobrol sama pacarmu, kamu kan udah ketemu dia setiap hari.” 

“Loh? suka-suka aku dong, dia kan pacarku. Yuk Kay.” Arion menarik tangan Kayline untuk dibawa menjauh. 

Yang ditarik hanya menurut karena sejujurnya ia juga sudah muak ingin bicara dengan Arion. Kayline tersenyum manis sambil mengangguk pada Mama Reta saat Arion menariknya dengan cepat menuju lantai atas.

“Lo apa-apaan sih? Maksud lo bilang gue pacar lo apaan?” Semprot Kayline setelah mereka berhasil masuk ke dalam kamar Arion.

“Kan emang pacar? Calon deh.” Balas Arion santai sambil memposisikan dirinya duduk di sofa kamar. Lelaki itu menatap Kayline tak kalah tajam, “Aku bisa lebih gila dari ini kalo kamu mau tau. 2 bulan, kesabaranku udah hampir habis Kay. Aku kejar kamu kemana-mana tapi kemaren dengan santainya kamu pergi sama cowok lain?”

Kayline berdecih pelan, “Heh! Ngaca! Lo pikir lo gak suka pergi sama cewek lain pas lagi sama gue? Habis ngewe sama gue aja lo bisa dengan gampang langsung gandeng cewek lain tuh. Kenapa sekarang lo playing victim seolah jadi yang paling tersakiti disini?”

“Inget Arion. Ini baru dua bulan, gue ada di posisi lo setahun lebih. Apa pernah gue ngeluh sakit hati? Apa pernah gue nolak lo pas sange terus dateng ke gue minta dipuasin? Apa pernah gue ninggalin lo tiba-tiba demi cowok lain sebelum ini?” Lanjut Kayline semakin murka.

“Kay..” Panggil Arion lirih.

“Baru dua bulan lo udah ngelakuin hal gila diluar jangkauan kayak gini? Lo pikir gue seneng lo kenalin sebagai pacar? Lo pikir gue kagum sama harta berlimpah keluarga tujuh turunan lo ini? Lo pikir gue bakal luluh terus balik lagi bersimpuh di depan lo? Jadi kayak lacur yang lo datengin pas sange doang? Iya?"

Arion menggeleng cepat, lelaki itu sontak berdiri mendengar amukan Kayline. “Kay bukan gitu aku-”

“Gue segampang itu ya di mata lo Arion? Setelah ini apa? Lo hamilin gue biar kita nikah? Biar gue bisa jadi lacur lo seumur hidup?”

“KAYLINE BISA STOP RENDAHIN DIRI KAMU SENDIRI NGGAK SIH?!" Bentak Arion kencang, telinganya benar-benar panas mendengar Kayline terus merendahkan dirinya sendiri. Beruntungnya ia sempat menutup dan mengunci pintu, jadi suara pertengkaran mereka tidak terdengar sampai luar ruangan meskipun keduanya terus berteriak.

“LO YANG RENDAHIN GUE DULUAN ARION! LO YANG SELALU ANGGEP GUE BUKAN SIAPA-SIAPA!” Kayline balas berteriak. Air matanya menetes membasahi pipi, nafasnya memburu, jantungnya berdetak cepat.

Arion bersimpuh di depan Kayline, lelaki itu meraih kaki panjang sang wanita untuk dipeluk erat. Air mata Arion ikut menetes, “Maaf Kayline maaf, maafin aku. Aku harus apa biar kamu maafin aku maaf sayang maaf.”

Kayline mendorong bahu Arion menjauh, sekuat tenaga melepaskan pelukan Arion dikakinya. Tangisannya semakin deras, “Lepasin Arion.” ucapnya dengan nafas tercekat.

Arion menggeleng, lelaki itu memeluk kaki Kayline semakin erat sambil terus membisikkan kata maaf tanpa henti. Ia tidak pernah melakukan ini pada siapapun, mungkin juga akan diejek semua teman-teman tongkrongannya ketika mereka tau kalau Arion menangis sampai bersimpuh pada Kayline. Tapi Arion tidak perduli, tujuannya masih sama. Kayline harus kembali padanya.

“Arion.."

“Kayline demi tuhan aku nyesel, aku nyesel karna denial selama ini. Aku nyesel karna gengsi buat bilang aku cinta kamu. aku nyesel nggak resmiin hubungan kita, aku nyesel ninggalin kamu buat cewek lain, aku nyesel gak bisa belain kamu dari omongan jahat diluar sana…. Aku nyesel sama semuanya, aku mohon maafin aku. Aku harus apa biar kamu maafin ayo ngomong Kay jangan diemin aku.” Arion mengatur nafasnya susah payah, ia baru tau jika menangis ternyata semelelahkan ini. Kayline wanita pertama yang mampu membuatnya menangis sehebat ini.

Kayline menarik nafas panjang, “Jangan hubungin gue dulu setahun kedepan. Rasain gimana rasanya ada di posisi ini selama setahun.”

Arion menggeleng semakin kuat, pelukanya mengerat. “Selain itu, bukan yang itu. Kayline aku mohon apapun asal jangan minta aku jauhin kamu. Aku mohon..”

“RION LEPASIN!” Bentak Kayline di sela tangisannya, “Lepasin Arion jangan rendahin diri cuma buat cewek kayak gue, lepas Arion.”

Gelengan itu muncul lagi, Arion sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Bahkan jika ia harus bertahan di posisi ini selamanya pun akan ia lakukan, kalau tidak lapar.

Kayline menghapus kasar air matanya, wanita itu berdiri tegak membiarkan Arion terus memeluk lututnya.

“Oke. Gue maafin. Sekarang lepas dengerin syarat gue dulu.”

Arion masih menggeleng, “Aku denger sambil begini aja.”

Kayline menghembuskan nafas lelah, “Kita bisa balik kayak dulu, tapi gue nggak mau pacaran. Let's be friend Arion.”

Ucapan Kayline tentunya memunculkan berbagai seruan tidak terima dari dalam diri Arion, tidak. Mana mungkin mereka berteman ketika perasaan keduanya sudah jatuh sedalam ini?

“Kay we love each other kan? Kenapa harus temenan?” Balas Arion tak terima.

“Start this again. Dari awal, ketemu temenan sampai punya hubungan sejauh itu. Ayo mulai semuanya dari awal.” Kayline mengangguk yakin. Setidaknya seiring berjalannya waktu, ia berharap hatinya segera kembali pulih. Kembali menerima Arion tanpa cela sedikitpun.

“Kay?” 

Merasakan pelukan Arion dari kakinya mengendur, dengan segera Kayline berjalan mundur. “Yes or not, kita bisa pura-pura nggak kenal kalau kamu nggak mau. Tapi kalau kamu mau berteman, okay aku bisa.”

Arion menghembuskan nafasnya lelah, “Kita bisa tetep kayak dulu kan meskipun temenan?”

“Act like friends. No kissing, no cuddle, no sex.” Kayline mengendikan bahunya acuh, “Kayak gitu kan?”

“Kay please..”

“Lo bisa cari cewek lain kalo mau kiss, sex or something like that. Karena kita temenan gue nggak akan ngatur-ngatur lo apalagi cemburu.”

“Kay nggak bisa. We love each other, mana mungkin kita baik-baik aja kalo salah satu dari kita deket sama yang lain?” Ucap Arion tak habis pikir.

“Bisa, aku bisa kan? Setahun kemaren?”

“Kay that's a mistake. Kenapa kita harus ngulang kesalahan yang sama?”

Kayline menggeleng tidak setuju, “Bukan ngulang tapi memperbaiki, ayo mulai dari awal dengan lebih baik.”

Arion mengusap wajahnya kasar, apa iya dia hamili saja Kayline sekarang?

“Okay aku setuju, tapi di depan mama kita tetep pacaran.” Ucap Arion akhirnya, masalah status pertemanan sialan itu akan ia pikirkan lagi. Masa bodo dengan status ia akan menempeli Kayline kemanapun meskipun cuma teman. Perduli setan.

“Mana bisa gitu Arion-”

“Please.” Arion menyatukan kedua tangannya di depan dada, “Mama udah tua, kalo sampe kena struk gara-gara kecewa gak jadi punya calon mantu gimana?” 

Maaf ya ma ini demi mendapatkan calon mantu idaman Mama, batin Arion berteriak

Kayline menatapnya horor, meskipun ia bukan jurusan kedokteran. Tapi masak iya bisa semudah itu terkena struk?

“Please Kay, aku turutin apapun mau kamu termasuk temenan. Tapi please buat Mama jangan ditolak ya?”

Sekali lagi Kayline menghembuskan nafas lelahnya, akhirnya perempuan itu mengangguk mengiyakan. Lagi pula Mama Reta sepertinya orang yang menyenangkan. Tidak ada salahnya dekat dengan beliau.

“Yessss..” Tanpa Sadar Arion melompat senang, dibalas tatapan menjijikan dari Kayline. Lebay sekali.

“Oke clear kan? gue mau pulang udah ditungguin Kenan.” Kayline berbalik untuk pulang, namun sebuah tangan menahan langkahnya.

“Kenan udah aku suruh balik duluan hehe, kamu sama aku.” Ucap Arion diiringi cengiran tanpa dosanya.

Sialan bocil bajingan! batin Kayline kesal

“Yaudah ayo pulang.” 

Lagi dan lagi Arion menahan pergerakan tangannya, “Sebagai penutup sebelum kita temenan. Can i kiss you please? Sebentar aja?”

“ARION! WHAT THE FUC-”

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Arion sudah lebih dulu menyerang bibirnya. Kayline mencoba mendorong lelaki itu menjauh, namun percuma. Ia seperti mendorong bison obesitas.

Arion melingkarkan satu tangannya pada pinggang ramping Kayline sedangkan yang satu lagi menangkup sebelah pipi merahnya, ia menyesap lembut bibir merah Kayline yang sudah sangat ia rindukan.

Arion memiringkan kepalanya menyesap lebih dalam bibir terbuka Kayline, meskipun perempuan itu tak kunjung membalasnya.

“Bales Kay, we will miss this.” Bisiknya lembut, selembut sutra hingga mampu menghipnotis Kayline untuk balas menyesap bibir lelaki di depannya. 

Tangan Kayline mengalung sempurna pada bahu lebar Arion, bibirnya mencari kepuasan yang sejak lama juga ia rindukan. Munafik jika ia mengatakan tidak merindukan ini.

Besok ajalah anjing temenannya malem ini gue puas-puasin dulu, batin Kayline berseru saat Arion membawanya berbaring keatas ranjang.

“Gimana kalo kita temenan besok aja?” Tanya Arion seperti membaca pikirannya.

Tanpa pikir panjang Kayline mengangguk kembali menyambut bibir Arion yang sudah menindihnya diatas ranjang. Jarinya tenggelam di sela-sela rambut lebat Arion. 

Kayline mendongak memberi askes ketika Arion beralih menyesap leher putihnya, wanita itu menahan sebentar pergerakan Arion ketika menyadari sesuatu.

“Matiin dulu lampunya.” Kayline memang tidak menyukai berhubungan dalam suasana terang, wanita itu biasanya selalu mematikan lampu atau sekedar menyalakan lampu tidur.

Setelahnya mereka melakukan semua hal yang mereka rindukan, melupakan teman-teman Arion yang akan datang. Mengabaikan Ibu Reta yang terus-terusan mondar-mandir dibawah tangga menunggu keduanya turun. Begitu juga Ibunda Kayline yang menunggu dirumah dengan seribu pertanyaan kenapa putranya malah pulang sendiri.

Tapi lihatlah yang dipikirkan justru berbagi peluh bersama diatas ranjang sebelum pergantian status mereka menjadi teman. Memangnya mereka punya status lain sebelum ini? Entahlah suka-suka mereka.

“Ah! Ah!”

“Pelannnn Rionnnnnhh-”

“Nghhh-aa!”

“Kay kamu balik perawan lagi ya? Susah anjing masuknya agak dibuka lagi dong.”

“Lebarin dikit-ah.”

Jadi dimana letak status pertemanan itu?

END-

Mampus friendzone HAHAHAHAHHAHAHAHA…

Tidak semudah itu Arionnn… tunggu lebih lama lagi ya bwang, berapa lama? ya terserah Kayline lah.

PAPAYYY

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
#Bluesy
Selanjutnya JevaGa: Punishment?(bluesy)
13
10
100% FiksiTidak ada kaitan apapun dengan kehidupan face claimPict from pinterest and cr to the real owner🩵Content dewasa (18+) “tolong untuk yang bawah umur ini bukan tempatmu, buat yang udah gede inget dosa”Sowwry for typo ya ayangVersi tidak gratis ya ayang soalnya ekslusifJangan dipaksa beli, apalagi sampai kalian merelakan uang jatah jajan seblak atau teh tongji hanya untuk cerita ini. Tapi kalo maksa gapapa terimakasih ayang✌Edisi buat yang pengen tau kalo Jevano cemburu tuh gimana wkwkwkwkwkHAWTHAWTHAWT (minor DNI!)“Siapa yang nyuruh kamu jelasin sambil berdiri?” Jevan memotong ucapan Gauri, “Sini.” Lelaki itu mengisyaratkan Gauri untuk bersimpuh di depannya. Diantara kedua kakinya.Gauri menurut, ia berlutut di depan Jevan sambil mendongak menatap lelaki itu. Aura dominasi Jevan sangat tidak terbantahkan disaat seperti ini, lelaki itu seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya kapan saja.“Mau dihukum apa?” Tanya Jevan, terus menatap wanita yang bersimpuh pasrah dibawahnya.“Jev udahhh sayang ahhh udah-” Gauri ingin menangis, sangat nikmat. Gesekan kasar kain celana itu pada miliknya membuat sensasi berbeda yang baru ia rasakan. Tapi Gauri ingin lebih dari ini, ia ingin Jevan memasukinya sekarang.“Jev ahhhhhh! Udah!” “Kenapa nangis?” Jevan tertawa remeh, “Katanya mau sama aku? Ini sama aku kan?”“Jangan nangis aku bilang!”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan