[Prolog] Forget & Remember Our Unfinished Stories

9
2
Deskripsi

“Kau menyadari telah melupakan masa lalumu. Lalu kau ingin ingatanmu kembali? Untuk apa?”

“Aku rasa semua tentang diriku ada di sana. Mimpi, sesuatu yang berharga, bahkan bisa saja aku mendapat jawaban, mengapa hidupku selalu terasa mulus tanpa ada masalah.”

Orang yang di hadapannya tertawa dengan pahit, “bukankah bagus kalau hidupmu tidak ada masalah?”

Karena tidak mendapat jawaban, dia menghela nafas dan sejenak terdiam seperti memikirkan sesuatu. “Baiklah. Aku akan membantumu”


               ...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Webnovel
Selanjutnya [BL] Chapter 1, Keinginan
9
11
Catatan penulisanItalic      : Ucapan dalam hati, ucapan dari masa lalu, bahasa inggris“(xx)”    : pesan melalui ponsel                 Sejak kaki kecil seorang bayi berpijak, dia sudah membuat garis lurus yang akan menjadi jalannya.  Namun, ketika dia sudah memiliki akal, imajinasi, daya tangkap, dan tumbuh berkembang secara fisik, seperti ketika dia ditanya mau menjadi apa saat besar nanti, jalan yang tadinya hanya jalan lurus mulai memiliki 2 cabang dan dia dapat memilih berjalan di cabang yang mana. Lalu, ketika dia di hadapkan dengan pelajaran, permainan, hobi, style pakaian, genre musik, maupun pandangan akan duniawi, seiring dengan bertambahnya usia jalan itu akan menambah cabang lagi sampai jumlahnya melebihi dari hitungan jari. Jalan penuh cabang inilah yang kelak akan menuntun manusia sekaligus dapat menentukan bagaimana dia ingin menjalani hidup sampai akhir hayatnya.                Tetapi bagaimana jika seseorang yang tadinya punya banyak jalan bercabang, tiba-tiba menjadi jalan lurus tanpa henti? Sejauh manakah ia dapat berjalan? Apakah dia merasa senang karena tidak perlu bersusah payah memikirkan arah selanjutnya kemana dia melangkah?                 Sore hari di pesisir sungai, seorang pemuda berjalan kaki menikmati waktunya sambil merokok dan pandangannya tertuju jauh pada arah depan, melihat anak-anak terjun ke sungai bersama teman-temannya. Dia tidak memiliki pikiran apapun, ini adalah satu-satunya cara pemuda itu menghabiskan waktu penghujung hari, sebelum matahari terbenam. Setelah berjalan sejauh setengah kilometer, pikiran kosongnya terusik ketika mendengar seorang kakek tua yang sedang duduk di jalanan mengajaknya bicara,                Nak, nampaknya sepatumu sedikit tua. Solnya mulai terangkat. Jika dibiarkan, nanti akan melebar dan solnya akan rusak. Kalau kau mau, aku dapat memperbaikinya.                Pemuda itu segera mengeluarkan asap rokoknya yang masih tersimpan dalam rongga mulutnya sambil menatap sepatunya, lalu mematikan serta menyimpan sisa batang rokoknya kembali ke dalam saku karna kakek itu telah mengajaknya bicara dan di sekitarnya juga tidak ada tempat pembuangan sampah. Berapa? Tanya pemuda.                Sepatu produk dalam negeri keluaran 4 tahun yang lalu, sempat besar karena salah satu aktor dunia yang cukup terkenal memakainya saat menghadiri pameran busana, dan sepatumu ini dari brand Mersella tetapi desainnya tidak umum. Aku akan beri harga murah. 45.000                 Pemuda itu menutup mulutnya yang sempat ternganga, ia pun langsung berjongkok agar dapat menyamakan posisi dengan kakek itu, sambil meyakinkan dirinya bahwa orang yang di hadapannya sekarang hanyalah tukang sepatu yang tua.                 Sebenarnya ini hadiah, tapi apa yang bapak katakan itu sangat benar dan akurat. Kenapa anda bisa tahu? Pemuda itu melepas sepatunya.                 Kakek terdiam sejenak setelah menerima sepatu dari pemuda itu. Sorot matanya sempat berbeda, bahkan saat diam bapak tua itu murung, tetapi dengan cepatnya langsung tersenyum. Membuat pemuda itu bertanya-tanya, apakah dia telah mengatakan sesuatu yang tidak layak atau apakah ucapannya menyinggung kakek tua itu?                Kau bicaranya sopan sekali. Tapi, maaf aku tidak akan memberimu potongan harga kakek itu tertawa. Tawanya renyah dan enak didengar.                Sulit dicerna, pemuda itu hanya memaksa menarik sudut mulutnya untuk tersenyum, tidak menyahut namun ada sedikit rasa lega. Mungkin kakek ini hanya memberikan kesan yang ramah pada pelanggannya, agar pelanggannya tidak terlalu serius. Namun, beberapa menit kemudian pemuda itu semakin ternganga ketika kakek tua bercerita asal usul sepatu dan perancang sepatu favoritnya sampai-sampai sepatu pemuda itu telah selesai diperbaiki. Pemuda itu hanya mengganggukan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun saat tukang sepatu bicara. Sebenarnya pemuda itu tidak merasakan kekesalan mendengar ocehan, bahkan bisa dibilang ia sangat mendengarkan dan menikmati komunikasi satu arah. Karena melihat ketertarikan dari reaksi pendengar, setelah menerima bayaran, si kakek mengajaknya ke rumah makan yang ada di seberang jalan. Tentu saja ditolak dengan sopan oleh pemuda itu.                Jika kau penasaran kenapa kakek tua ini mengerti tentang sepatu aku bisa menjelaskan. Disana, kau akan temukan jawabannya, bapak itu menunjuk bangunan di seberang kiri. Rumah makan biasa yang terlihat banyak pelanggan. Pemuda itu merasakan adanya sedikit tekanan dari ajakannya. Ia berpikir apakah kakek ini perlu teman makan sore agar tidak merasa kesepian atau apakah sebenarnya kakek itu hanya kasihan padanya entah dari sudut pandang kakek, wajahnya terlihat seperti orang yang kelaparan dan harus diberi makan segera mungkin.                Jalan lurus pemuda ini menjadi 2 cabang. Jika ia berbelok ke kanan, dia akan kembali menikmati waktu sorenya, berjalan pelan di pesisir sungai sambil menikmati rokoknya tanpa ada pikiran apapun. Jika ia kembali, membalikkan badannya ke jalan lurus yang selalu dilewatinya, ia akan tiba di rumah sebelum jam makan malam. Pemuda itu sebenarnya sadar bahwa kakek tua ini menarik perhatiannya dan jika dilanjutkan ia akan mengetahui sesuatu hal yang baru, sesuai dengan janji si kakek tadi yang mengatakan ‘kau akan temukan jawabannya’. Mengetahui hal baru secara tidak terduga dapat melahirkan keinginan dan bisa saja tumbuh menjadi harapan. Sama seperti kita mengetahui betapa menyenangkannya memiliki uang yang banyak dan itu membuat kita bermimpi, mendapatkannya sebanyak yang kita inginkan dengan berbagai cara. Tetapi yang membuat pemuda ini ragu adalah ketika dia mengingat sebuah nasihat dari ibunya, 'jika kau tidak ingin mengalami kekecewaan, kau tidak perlu berekspektasi'. Ekspektasi tidak jauh berbeda dengan keinginan.                Lalu, apa yang membuat pemuda itu melangkahkan kakinya mengikuti kakek tua yang baru saja ditemuinya? Hanya satu, kakek tua itu sebelumnya tersenyum seolah berkata 'aku paham apa yang kau pikirkan'                 Sebelum masuk rumah makan, kakek tua itu melewati kasir dan memperlihatkan kartu identitas khusus. Pemuda itu hendak mengeluarkan uang karena sistem rumah makan ini mengharuskan pelanggan membayar dulu sebelum mengambil makanan. Tetapi, kakek tua itu segera mengatakan 2 orang ketika penjaga kasir memindai kode batang kartu tadi, dan kakek menyuruh pemuda itu langsung memilih makanan lalu duduk saja.                Mereka duduk berseberangan, pemuda itu langsung menyerahkan uang dengan niat paling tidak membayar untuk makanannya sendiri dan tentu saja ditolak oleh si kakek. Ada keheningan ketika mereka melahap makanan. Karena makanannya cukup enak, pemuda itu diam saja, memberi ruang untuk kakek dengan cara tidak mengganggu agar kakek itu dapat menikmati makanannya lebih khidmat.                 Hari ini menjadi 5 kalinya aku melihatmu. Padahal disana, setiap hari aku tidak membuka lapak bahkan tidak punya jadwal khusus ucap kakek tua itu, membuka percakapan setelah selesai makan. Bukankah setiap penghujung hari adalah momen menyenangkan bagi seseorang, setelah bekerja keras selama seharian? Tetapi, pada kasusmu aku selalu melihatmu berjalan dengan tatapan kosong, pemuda yang tidak kuketahui siapa namanya.                 Anda bisa memanggilku Revin                 Mendapat balasan singkat itupun cuma memberitahu namanya, kakek tua itu sudah dapat mengkonfirmasi tebakannya. Tetap saja, tidak baik rasanya menanyakan masalah seseorang, terlebih lagi untuk seseorang yang baru saja ditemuinya. Kakek tua itu memperlihatkan kartu yang dia pakai untuk membayar makanan di bagian kasir tadi, dan menyebutkan namanya yang sama tertera di kartu tersebut. Namun reaksi pemuda ini tidak sesuai dengan dugaannya. Tadinya, saat ingin memperlihatkan kartu, si kakek berharap mata pemuda yang berada di seberangnya ini lebih bercahaya dan berbinar karena takjub, dan dia dapat menyombongkannya sedikit. Tetapi wajah pemuda itu tetap saja datar.                Aku adalah anggota perusahaan mitra Aquilinae. Pemilik rumah makan ini juga salah satu anggotanya. Bukankah Aquilinae sangat akrab ditelinga untuk orang-orang yang seumuran denganmu?                 Revin menggelengkan kepalanya. Ia belum tahu sama sekali. Bahkan ia melihat dengan seksama tampilan kartu identitas tersebut. Kakek itu,Johan sempat tidak dapat berkata apa-apa. Bagaimana bisa perusahaan mitra yang paling disukai dan diidamkan masyarakat sekitar sini menjadi sesuatu yang begitu asing untuk orang yang saat ini duduk di hadapannya. Johan menjelaskan secara singkat dan umum perusahaan tersebut melalui sudut pandangnya.                Disana ada 2 jalur, secara mandiri seperti aku, pemilik rumah makan ini atau menjadi pekerja di bagian pabrik. Kalau di bagian pabrik memang ada uang tambahan. Tetapi upayanya lebih besar, dan itu cukup melelahkan bagi kami yang umurnya lanjut usia.                Memangnya pabrik itu bergerak dalam industri apa? Tanya Revin.Makanan minuman kemasan. Melihat perkembangannya, kudengar Aquilia akan membuka industri tekstil bahkan pakaian, dan pabriknya akan dikelola oleh perusahaan anak, yaitu Aquilinae. Perusahaan mitra kami.                 Revin memproses informasi. Sesuai penjelasan awal kakek Johan, nama Aquila memang akrab di telinga orang-orang, bahkan Revin sendiri pun tahu perusahaan apa itu. Aquila Pinion Group adalah perusahaan konglomerasi yang menjadi salah satu penompang ekonomi negara karena keberhasilannya yang sangat tidak terduga. Sejak berdiri dari tahun 1980, hanya dengan membuka usaha perdagangan bumbu masak, saat ini Aquila telah memiliki perusahaan dengan jenis industri pertambangan, telekomunikasi, keuangan dan pertanian. Salah satu anak perusahaannya adalah perusahaan mitra Aquilinae yang cukup baru di telinga Revin. Pemuda itu memang kurang bergaul beberapa bulan belakangan ini.                Aquilinae adalah perusahaan pelayanan konsultan yang berkembang menjadi mitra dan saat ini sudah membuka pabrik usaha makanan dan minuman lokal secara kemasan. Aquilinae sudah berjalan 5 tahun. Uniknya Aquilinae ini membuka lapangan kerja dibagi menjadi 2. Manajerial dan bukan manajerial. Yang bukan manajerial adalah masyarakat lansia yang memiliki tekad bekerja untuk mendapat kehidupan yang layak. Masyarakat lansia diberi pilihan, ingin membuka-menjalankan usaha secara mandiri atau menjadi pekerja pabrik. Inilah menjadi pertanyaan yang cukup mengganggu Revin. Mengapa perusahaan Aquilinae tidak seperti perusahaan biasanya yang mencari karyawan muda untuk semua operasionalnya? Meskipun bagian manajerial, umur pekerjanya sama seperti perusahaan pada umumnya, tetap saja menurut Revin itu cukup beresiko jika bagian pabrik lebih banyak dikerjakan oleh para lansia. Apakah Aquila Pinion Group memiliki uang yang begitu banyak sampai tidak takut mengalami kerugian? Namun, pertanyaannya ia pendam sendiri karena ia mulai merasakan ketertarikan dalam dirinya, dan Revin takut untuk masuk terlalu dalam meskipun perhatiannya saat ini dipenuhi dengan perusahaan Aquilinae.                Setelah menjelaskan profil perusahaan Aquilinae secara singkat, kini Johan menceritakan dirinya. Sebelum tergabung menjadi anggota, terkadang 1 hari dia tidak mendapat penghasilan sedikitpun. Walaupun hanya untuk menghidupi dirinya sendiri, ia merasa sangat kesusahan. Rumahnya sangat kecil, dan tidak strategis. Jika musim hujan datang lantainya selalu banjir. Lantai kayu tua itu juga mulai rapuh termakan usia. Johan adalah salah satu anggota paling lama yang bergabung di Aquilinae. Ada jeda ketika dia mengatakan anggota paling lama, seolah dia mengingat momen yang menyenangkan dinilai dari raut wajahnya,                Sama seperti saat aku bertemu dengan Revin, aku menawarkan diri untuk memperbaiki sepatunya. Sol sepatunya juga mulai terlepas. Bedanya, dulu aku tidak seceria sekarang ini dan dia adalah orang yang murah senyum, tidak kaku seperti Revin. Karena dia terlalu banyak bertanya, akupun menceritakan  kisah hidupku. Aku tahu, mengeluh dengan orang asing itu paling tidak bijaksana dan tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi, dia masih saja mau mendengarkan ocehanku dan itu membuatku merasa sedikit lega.                Sosok yang diceritakan ini akhirnya menjadi alasan Revin membuka mulutnya dan menjadi pertanyaan pertama yang dilontarkan Revin pada orang di hadapannya, apakah dia yang mengajak kakek Johan bergabung ke perusahaan? Johan mengiyakan dan mengatakan sempat tidak mempercayai bahkan mengira pemuda itu hanyalah pembohong yang cuma bisa menjanjikan kehidupan nyaman. Tetapi, setelah bergabung ternyata orang itu sangat hebat meskipun fisiknya kecil, tidak kekar. Johan menambahkan selama bergabung menjadi anggota, dalam sebulan dia tidak menerima gaji, tetapi paket sembako. Keuntungannya dari jasa tukang sepatu akan dikumpulkan, dia hanya perlu memberi 5% dari keuntungannya ke perusahaan berdasarkan perjanjian yang mereka buat dan setiap anggota memiliki perjanjian yang berbeda-beda. Ia dapat meminjam dana, tanpa harus memikirkan bunga besar dan dana itu menolongnya merenovasi tempat tinggalnya agar lebih memadai untuk ditinggali, bahkan dana itu bisa mendukungnya mendalami pengetahuan dari beberapa pelatihan yang mana menjawab pertanyaan Revin saat sepatu pemuda itu diperbaiki, mengapa kakek Johan tahu nama brand sepatu yang dipakainya? Lalu Johan memberitahu bahwa sesama anggota lansia Aquilinae juga dapat membeli barang usaha anggota lain dengan cicilan dan mereka mendapat potongan harga dengan cara melakukan pembayaran dari kartu anggota.                 Semakin banyak informasi mengenai Aquilinae membuat Revin semakin penasaran. Setelah mengetahui pekerja pabrik mayoritasnya para lansia, ditambah dengan informasi bagian lansia yang bekerja sendiri, menjadi pertanyaan Revin selanjutnya. Sumber keuntungan perusahaan itu didapat dari mana? Apakah semua lansia setempat yang tidak mampu sudah bergabung ke perusahaan Aquilinae? Jika ini investasi dan lansia adalah barang/produk mereka, bagaimana kelangsungan hidup perusahaan jika ada skenario buruk terjadi yang menyebabkan para lansia jatuh sakit? Dari semua pertanyaan itu, Revin lebih bersemangat menanyakan, siapakah orang yang mendirikan perusahaan Aquilinae ini?                 Nak, aku tidak bisa menjawab semua pertanyaanmu. Yang bisa kujawab adalah pertanyaanmu yang terakhir. Masyarakat, bahkan para lansia yang bukan anggota lama cuma mengenal pendiri perusahaan ini adalah keluarga Edgar langsung, pemilik Aquila Grup. Tetapi, sebenarnya ide bisnis Aquilinae bukan berasal dari keluarga Edgar, tetapi dari orang lain. Dia…                Johan tidak dapat melanjutkan pembicaraan karena pemilik rumah makan mendatanginya. Johan memperkenalkan mereka secara bergantian. Pemilik rumah makan adalah seorang nenek berumur 65 tahun keatas, kurang lebih sama umurnya dengan kakek Johan. Ketika Johan dan pemilik rumah makan saling bertanya kabar, Revin menerima pesan dari ibunya, yang menanyakan kapan dirinya pulang. Pemilik rumah makan berniat ke dapur kembali, membikinkan minuman hangat untuk mereka, tetapi Revin meminta maaf dan izin pamit tidak dapat lama-lama karena harus pulang. Meskipun ia masih belum puas dengan jawaban kakek Johan, dia tidak ingin mengganggu percakapan mereka, mengingat dirinya hanyalah orang asing yang baru saja ditemui kakek Johan. Saat pemilik rumah makan kembali ke dapur, Revin mempunyai kesempatan untuk berterimakasih dengan Johan karena telah membayarkan makanannya serta mau menceritakan perusahaan Aquilinae, dan Revin sangat menghargai kebaikan kakek Johan.                Jangan sungkan. Aku sebenarnya memanfaatkanmu. Karena melalui dirimu, aku dapat mengenang dan mengingat kembali pemuda itu meskipun aku sedikit lupa wajahnya. Ah, aku sangat ingin menemuinya lagi, entah dia masih ingat aku atau tidak. Walaupun kalian berbeda, aku merasa kalian punya 2 hal lagi yang sama selain sepatu yang harus diperbaiki Johan tersenyum alih-alih mengatakan 2 hal sama secara spesifik.                 Ponsel Revin bergetar kembali, tanda masuk pesan baru. Revin sempat menoleh ke layar ponselnya sebelum pamit pergi. Johan menahannya sebentar dengan memanggil namanya,                Entah kenapa, aku merasa seperti harus memberitahumu meskipun aku tidak tahu apakah kau tertarik atau akan melupakannya besok hari. Oh iya, pemuda itulah yang mendirikan perusahaan Aquilinae, dan dia memiliki nama yang unik. Namanya…                 Sambil memberitahu, pikiran Johan kembali ke masa lampau, saat dirinya selesai memperbaiki sepatu dan menerima bayaran dari sosok pemuda yang diceritakan,                ‘Namamu siapa nak?’                Meskipun matanya sedikit tertutup oleh poni dan saat itu petang hari, yang hanya bisa diingat kakek Johan adalah senyuman pemuda itu, dan dengan riang pemuda itu menjawab, 'bapak bisa memanggilku Finx'                Revin tercengang setelah kakek Johan memberitahu siapa nama pemuda itu. Dia hampir menjatuhkan ponselnya, jika saja dia tidak memegangnya dengan benar. Dengan keadaan layar ponselnya yang menyala, kita dapat membaca pesan ibu yang baru saja diterimanya.(Finx, jika kau masih di luar, bisakah kau sekalian ke pasar dan belikan seledri?) Catatan penulis untuk pembaca :“Hidup ini bisa menyenangkan sekaligus menyesakkan bagi beberapa individu, maka izinkan aku untuk membuat karya yang dapat menghibur dan menemani waktu kalian. Bromance bisa membuat hari seseorang kembali bermakna bahkan yang tadinya terasa biasa saja menjadi sangat berwarna berdasarkan pengalamanku. Di luar sana mungkin banyak orang mengalami hal yang sama, didukung alasan itu aku semakin ingin membuat cerita bromance yang hangat.Bagi kalian yang masih merasa terganggu dengan genre ini, aku tidak dapat menyalahkan. Kalian masih memiliki hak untuk tidak membaca cerita ini. Tapi, tolong jangan laporkan karena aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menahan diri agar tidak membuat cerita yang terlalu vulgar.Bagi kalian yang sudah terbiasa dengan genre ini, selamat datang teman-teman dan kuharap cerita ini membuat kalian senang. Semoga kita dapat berhubungan dengan akrab walaupun kita belum pernah bertemu secara langsung.” Pelukan jauh dan penuh cinta,Leanva
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan