
Raka dan Livia telah menikah selama tujuh tahun. Pernikahan yang dulu bergairah kini terasa seperti rutinitas harian tanpa bumbu. Sarapan pagi mereka biasanya hanya diisi dengan suara sendok yang bergesekan dengan mangkuk dan cangkir kopi yang dingin. Obrolan mereka pun seadanya, terkesan formal dan singkat, seperti dua teman serumah yang berbagi ruang, bukan dua insan yang pernah saling mencinta. Malam-malam mereka pun berlalu dalam keheningan, sering kali tidur dengan tubuh yang saling membelakangi,...
2,481 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Cinta yang Tak Perlu Memilih (10 Bab )
0
0
Bayu menatap layar ponselnya. Di ujung sana, suara Ibunya terdengar parau namun hangat. Ia menanyakan kabar, menanyakan apakah Bayu sudah makan, dan mengingatkan agar jangan lupa membawa jaket karena malam diperkirakan hujan.Iya, Bu... nanti aku mampir, ya. Mau bawain kue kesukaan Ibu, jawab Bayu sambil tersenyum.Di dapur, Sarah sedang memotong wortel. Ia mendengar setiap kata dalam percakapan itu. Bukan sekali ini saja. Hampir setiap hari, waktu Bayu tak habis untuk kantor, akan tersita untuk ibunya.Kamu belum sempat tanya kabarku, Bay, kata Sarah pelan, nyaris seperti bisikan yang dilempar angin.Bayu menutup telepon dan beranjak mendekati istrinya. Apa? Tadi bilang apa, Sayang?Sarah meletakkan pisau. Enggak. Gak penting. Cuma ibu kamu kayaknya lebih dulu kamu pikirin daripada aku.Bayu menghela napas. Sarah... kamu tahu Ibu hidup sendiri sekarang. Setelah Bapak meninggal, dia nggak punya siapa-siapa kecuali aku.Sarah menatapnya dengan mata yang mulai memerah. Terus aku siapa buat kamu? Kalau kamu disuruh milih, pilih aku atau ibumu?Bayu terdiam.ikuti cerita ini…
Komentar dinonaktifkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan
