Deyya & Shaka - Satu

1
0
Deskripsi

Cerita ini berkisah tentang kedua mahasiswa rantau yang tiba-tiba dipertemukan oleh semesta dan waktu. Keduanya sama-sama suka sastra, banyak hal yang tak terduga akan terjadi di kisah mereka berdua. Akankah mereka akan selalu bersama? Bagaimana kisah asmara keduanya? 

Terimakasih atas kejutan yang kau berikan Jogja berkatmu aku bisa mengenalnya lebih jauh. -Deyya.

 

Rintikan hujan mulai terlihat di kaca jendela ruangan kuliahku. Perempuan yang mengenakan kemeja biru polos, celana highwaist hitam dan rambut diikat rapi sedang memperhatikan arah luar dengan wajahnya yang sendu dan pikirannya yang mulai muncul kata-kata indah. Iya itu aku, Marsha Deiyanna Poetri mahasiswa rantau asal Bandung yang kerap dipanggil dengan sebutan Deyya oleh temanku.

"Dey masih pagi loh ini udah bengong aja, noh diliatin budos" tegur Amelya satu-satunya sahabat dekatku di kampus.
"Ehehe, habis pagi-pagi udah turun hujan aja sih kan aku jadi mellow," ucapku dengan nada bisik-bisik.
"Helehh... dasar kaum sendu kelabu."

Deyyana Poetri punya hobi menulis cerita, namun masih malu untuk mempublishnya. Mungkin kalau dibukukan sudah terkumpul 5 judul buku cerita. Belum lagi coretan-coretan random yang juga sering kutulis di buku catatan. Sangat aneh bukan.

Jam perkuliahan kedua sudah selesai, sambil menunggu jam perkuliahan selanjutnya seperti biasa aku menuju ke tempat favoritku dulu. Kali ini aku sendirian tidak bersama Amelya, karena dia ingin sekali keluar ke cofeeshop dekat kampus untuk menemui pacarnya. Jarak waktu mata kuliah selanjutnya juga masih lama.

Danau adalah tempat favorit sekaligus teman dalam menuangkan ide pikiranku. Tempat yang indah, sejuk, dan sendu sangat cocok dengan isi hatiku. Danau ini ada di dalam kampus jadi sangat dekat untuk sekedar menjadi tempat beristirahat. Apalagi suasana setelah hujan sangatlah enak dan membuat hatiku sangat tenang.

"Loh dia siapa, itu tempat yang biasanya ku duduki" batinku dari kejauhan.

Ada seorang laki-laki memakai hoodie hitam dan topi sedang duduk disana. Tak biasanya ada orang selain aku nongkrong di danau ini, dengan terpaksa aku harus duduk di bangku lain.

"Kesel banget deh baru kali ini ada orang lain yang duduk di tempat langgananku. Padahal kan biasanya sepi banget gaada pengunjung lain," kataku sambil mengeluarkan kertas dan penanya.
"Dilihat-lihat cakep juga tu kating, eh gatau nding kating apa bukan, haha."
"Andai aja aku jago gambar, udh kugambar tu kating. Kayak tokoh AU woii, cakep pisan."
"Tapi kesel sih kenapa dia harus duduk disitu, kenapa nggak di bangku lain coba," dia terus saja menyeloteh dalam hatinya.
"Hah.. demiapa tadi dia sempet liat gue dong, tpi kenapa pas tak liatin balik malah berpaling sih. Kan pengen eye contact, azekkk."

search by pinterest 

POV 🧒🏻

Di sisi lain ada seorang mahasiswa laki-laki semester 4 bernama Sakha Adji Rakabuming atau yang kerap disapa dengan Sakha tampak gelisah dan gugup karena ingin sekali berkenalan dengan wanita yang sering duduk di bangku yang sekarang ia tempati. Ia sebenarnya sudah lama mengamati perempuan itu dari kejauhan. Dari dulu ia termasuk pengunjung setia danau ini sebelum wanita itu jadi mahasiswa disini.

Sangat jarang mahasiswa nongkrong disini, baru kali ini ia bertemu dengan perempuan yang setiap hari pasti selalu datang kesini dengan kegiatan rutin yang selalu ia lakukan. Perempuan dengan paras cantik, tenang, dan kelihatan asyik dengan dunianya sendiri. Sakha sangat ingin mengenal lebih jauh perempuan yang sudah lama ia kagumi itu. Sebenarnya ia termasuk cowo dingin, tapi entah mengapa saat bertemu dengan Deyya ia justru ingin mengenalnya. 
"Ayo khaa, lo harus berani samperin dia. Cuman kenalan say hii doang apa susahnya sih," gerutu otak kiri Sakha.
"Susah woii... deg-degan banget dah kek mo copot aja ni hati, wkwk" jawab otak kanan Sakha.

Ia sekali lagi mengurungkan niatnya untuk berkenalan dengan perempuan itu atau Deyya. Mungkin hari esok atau esoknya lagi akan ia coba dengan keberaniannya. Agar tidak kesal dan merasa kecewa dengan dirinya. Ia mengeluarkan kamera epson kuno miliknya dan pura-pura memotret danau. Sesekali ia memotret Deyya yang sedang berkutik dengan kertas dan penanya. 
"Lama-lama penuh juga nih memoriku gegara tu cewek. Sakha Sakha lu cupu banget sih," gerutu Sakha sambil senyum-senyum sendiri melihat hasil jepretannya.


--------
Aku sangat senang sekali menulis cerita, entah itu ide darimana. Tiba-tiba saja muncul cerita di otakku, yang membuatku semakin jadi ingin terus menulisnya. Emang bener ya kata bunda, kalo aku itu melekat dengan sastra. Nggak salah pilih jurusan deh ini, haha.


Kupandangi seluruh sudut yang ada di danau ini, angsa-angsa yang bulunya putih bersih membuat mataku terasa segar. Aku menyukai suasana seperti ini. Entah apa bisa kulakukan lagi setelah aku lulus kuliah nanti. Pandanganku tertuju pada laki-laki tadi.


"Hahhh, demiapa woii tadi dia ngefoto aku kan? fiks sih gasalah liat. Huhuu," batinnya dengan perasaan ketar-ketir seketika hatinya ingin meledak.
"Gaada orang lain disini lho, udah fiks sih emang ngefoto aku tuh kating. Demen kali yak, haha."
"Woiii, apaantuh senyum-seyum sendirii. Dasar kating gajelas bikin anak orang baper aja. Apa dia mau menebar bibit2 buayanya ya? Apalagi kan ini danau, jangan-jangan mau berubah jadi buaya, haha" batinku sambil tertawa sendiri seperti orang gila.

Karena waktu istirahat sudah hampir selesai  aku buru-buru menyelesaikan tulisanku. Aku sebenarnya juga ingin segera pergi dari sini sebelum pikiran-pikiran aneh mulai bersautan di otakku. Jangan sampai deh kepikiran sama tu orang, tapi penasaran juga dia motret siapa sih? Yakalik beneran motret aku, buat apa coba.

 


 

Suasana pagi ini terlihat cerah dan rasanya sangat bersahabat dengan alam semesta. Selain suka menulis aku juga suka semesta, segalanya tentang semesta ingin sekali ku pelajari. 
Hari ini aku ke kampus naik becak, gatau kenapa tiba-tiba ingin diantar oleh abang becak.

"Pagi Deiyyaaaa," sapa Amel.
"Oh hei Mel, pagi juga."
"Tiada hari tanpa bengong ya guys ya."
"Haha, Mel aku masih kepikiran deh."
"Masih yang kemarin?"
"Bikin penasaran ngga sih? Ntar ketemu lagi ngga ya?"
"Halah kemarin katanya tu cowo bibit buaya, sekarang apa malah berharap pengen ketemu lagi. Dasarr jomblo ngenes, mau taruhan po?"
"Hih apa-apaan, ngaco deh buat apa taruhan buat kayak gitu."
"Haha. Kalo menurutku sih ya Dey kalian bakal ketemu deh nanti. Apa jangan-jangan dia adalah jawaban dari Allah kayak tokoh fiksi yang sering lo tulis itu. Biar lo nggak halu terus. Haha."
"Hehh ngejek ya lo, mentang-mentang udah punya ayang. Awas aja lo bentar lagi putus tau rasa."
"Jangan gitu dong, doanya jelek banget neng, wkwk."

Aku dan Amel tertawa kecil karena obrolan itu, ada-ada saja memang. Jujur ya entah mengapa aku terus saja kepikiran dengan laki-laki yang di danau kemarin. Padahal dia saja tidak berinteraksi denganku, kenapa aku malah jadi kepikiran terus kayak gini sih, kan aneh ya. Kira-kira ketemu ngga ya hari ini? Apakah mas kating itu datang ke danau lagi? Pengen deh liat sekali lagi. Haha.

Seperti biasa, selesai kuliah aku langsung menuju ke danau. Aku mencari mas kating itu namun sepertinya dia tidak datang kesini lagi. Hah sudahlah buat apa dia kesini. Mungkin kemarin cuman bosan saja di kelas. Katanya udah janji buat istirahat dulu dari cowo Dey? Apa ini kok malah nyariin sih. Mending lanjut nulis cerita aja.

"Bagus ceritanya," sapa seorang laki-laki dari belakang yang tiba-tiba menyodorkan beberapa kertas ke arahku.
"Hahh? Loh kok mas kating bisa dapet kertas itu?"
"Iya kemarin jatuh, mau tak kembaliin tapi kamu jalannya cepet banget. Jadi ngga kekejar."
"Kok aku ngga sadar ya kalo jatuh. Makasii."
"Sama-sama, udah lama nulis kaya gitu? Bagus lho padahal cuman baca bagian itu aja."
"Iseng sih nulis ginian, gatau juga buat apa tapi suka aja. Kakaknya beneran kating disini?"
"Eh iya lupa belum kenalan, maaf. Saya Shaka."
"Semester berapa kak kalo boleh tau?"
"Saya kuliah jurusan Sastra Indonesia semester 4."
"Ehh beneran kating dong, haha. Aku juga jurusan itu tapi masi semester 2."
"Ohh. Bentar-bentar. Maaf ini saya foto kamu tapi ga ijin dulu," ucap Shaka sambil menyodorkan beberapa foto polaroid jepretannya yang sudah ia cetak.
"Bagus kan?"
"Hah beneran kan jadi kemarin dia motret aku dong, haha langsung dijawab sama Allah kekepoanku ini," ucapku dalam hati.
"Ini beneran aku kak? Kapan kakaknya foto aku? Aku taunya yang ini doang yang lainnya ngga sadar kayanya udah lama deh ini."
"Iyaa. Coba dibalik itu ada tanggalnya kok dibagian belakang."
"Hah demiapa woi, segitunya dikasi tanggal juga. Mimpi apa gue semalem. Huhuu pengen teriak," ucap Deyya dalam hati.
"Ih takut lho, ada yang paparaziin aku ternyata. Btw aku juga gaperna liat kakak disini."
"Iyalah kamu gaperna liat. Tu biasanya saya duduk disitu, setiap kesini selalu liat kamu baru nulis fokus banget. Makanya galiat."
"Ya maaf kak. Baru aja liat kemarin."

Obrolan-obrolan kecil yang terdengar aneh terus saja kami bicarakan waktu itu, sampai-sampai aku ingin terus melanjutkannya. Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama. Karena Kak Shaka harus kembali ke kelas untuk melanjutkan perkuliahannya.

Sebelum pergi dia sempat memberikanku sebuah kotak kecil berwarna biru muda, entah apa itu isinya. Dia juga berpesan bukanya besok saja kalau ketemu dia lagi. Sebenarnya aku penasaran apa isi didalamnya. Tapi yasudahlah menurut saja.

Kalo dipikir-pikir aneh sekali kan, orang yang kucari benar-benar datang hari ini dan tiba-tiba memberikan kertas ceritaku lalu foto polaroid dan sekarang kotak kecil? Untuk apa ia memberikanku kotak kecil kalau disuruh buka tapi pas sama dia. Ini apa artinya? aku masih belum paham. Andai Amel ada disini pasti anak itu juga ikut kebingungan atau malah lari teriak-teriak gajelas keliling danau ini. Hahaa. Besok deh aku ceritain.
 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Deyya & Shaka - Dua
1
0
Akankah hari ini Deyya bertemu dengan Shaka lagi? Baca kelanjutannya di bawah ya. Terimakasih.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan