
Untuk penggemarku di wattpad yang masih aku gnatung, makasihhh yaa udah sabar menunggu cerita Introvert 2.... Mari mulai menulis lagiii yuhuuuu
"Chetta... Sikat gigi, cuci kaki, trus langsung bobo" perintah Alle saat melihat anaknya yang sedang berkutat dengan mainannya.
Chetta langsung bergerak, segera menuruti perkataan bundanya.
Dengan tubuhnya yang mungil, Chetta bergerak untuk menyikat giginya, cuci kaki, dan meminta bundanya untuk memakai kan piyama tidurnya.
Ritual sebelum tidur, Chetta selalu meminta untuk video call dengan ayahnya sampai ia benar-benar tertidur. Sedangkan Alle akan berada di samping Chetta sambil membaca bukunya di atas kasur.
"Ayah, besok Chett mau nya di jemput ayah" pintanya sambil merengek.
Genta yang berada di sebrang sana langsung mengangguk "iya besok ayah yang jemput" katanya.
Awalnya posisi ponsel terangkat, namun lama kelamaan posisi berubah menjadi miring karena Chetta yang mulai mengantuk karena Genta yang menceritakan suatu kisah cerita kuno.
Matanya terpejam sempurna, Alle menarik pelan ponsel yang ada di genggaman Chetta dan menyelimuti tubuh mungil anaknya. Serta mengecup pelipis Chetta lembut dan mengusap rambut di kepala mungilnya.
Kini kamera menghadapnya, matanya langsung bertemu dengan mata Genta yang masih Setia di sana.
"Udah tidur ya?" tanya Genta pada Alle.
"Udah" Alle menjawab sambil melirik Chetta di sebelahnya.
"Kamu udah janji sama Chetta besok buat jemput dia, jangan sampai lupa!" peringat Alle.
"Iyalah sayang" balas Genta.
"Yaudah kamu tidur, aku juga mau tidur" ujar Alle cepat.
"Yaudah, good night bunda Chetta" ucap Genta dengan nada menggoda.
Yang benar saja Alle langsung mendadak salah tingkah.
"Iya" bukannya membalas good night too atau apa, ia langsung mematikan nya cepat.
Alle memilih untuk memejamkan matanya, lagi-lagi ia mencium Chetta yang sudah terjun ke dalam dunia mimpi nya.
Di pukul 04.00 pagi Alle mendengar suara tangis perempuan. Alle bangun mendekati asal suara, sedikit takut. Namun memberanikan diri untuk memastikan sesuatu, saat mendekati pintu kamar kakaknya suara itu semakin jelas. Alle membukanya perlahan, melihat Noura yang menangis terisak di tengah tidurnya.
Mendekat ke sisi kasur kakaknya dan membangunkan dengan sedikit mengguncangkan tubuhnya serta menepuk pipi Noura agar cepat bangun. Ia yakin kakaknya sedang di landa mimpi yang sangat buruk, bahkan nangisnya sampai terdengar nyata.
"Kak, bangun!" Alle menepuk pipi Noura lebih keras.
"Kak" di tepuknya lagi, Noura langsung tersadar dan memeluk Alle erat lalu menangis lagi.
Alle mengusap punggung kakaknya lembut.
Noura terisak semakin keras, sampai tubuhnya bergetar.
"Aku gamau itu kejadian dek" katanya di sela tangisnya.
"Sstt.. Gak akan terjadi" Alle menenangkan Noura pelan meski ia tak tahu apa yang di mimpikan kakaknya.
"Jangan tinggalin aku" Noura semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku di sini" balasnya.
Alle membiarkan Noura yang hanyut dalam tangisnya, tangannya hanya mengusap punggung badan kakaknya saja.
Ketika Noura sudah sedikit reda dari tangisnya, melepaskan pelukannya lalu menatap Alle lekat.
"Ayah, bunda, kamu, Reygan, Chetta meninggal. Aku sendirian, di sana aku gak punya siapa-siapa lagi. Sengsara, sebatang kara, dan gaada gairah hidup." ceritanya dan terisak lagi.
"Sst.. Itu cuma bunga tidur" balas Alle cepat.
Alle berusaha untuk menenangkan lagi dan lagi.
"Aku mau ke dapur sebentar, mau ambilin kamu minum" kata Alle hendak berdiri, namun Noura langsung menahannya dan memintanya agar tetap di sini menemaninya.
"Cuma ambil minum kak" Alle memberi pengertian.
"Ikut" rengeknya manja.
Pada akhirnya Noura mengekori kemanapun Alle melangkah.
**
Pukul 07.00 pagi Alle menelepon Reygan.
"Hallo"
"Hallo Alle? Tumben nelepon gue, terakhir kali tuh kita telfonan itu gue SMA kelas 3 ya kan?" Alle memutar bola matanya malas, Reygan malah membahas yang tak penting.
"Jemput kak Noura sekarang" Kata Alle to the point.
Alle seakan melupakan bahwa ia pernah menyukai pria ini.
"Wettss santai bossque, gak ada basa-basi nya nih."
"Tumben lo yang minta, emang Noura kenapa?" tanya Reygan kini lebih serius.
"Kak Noura lagi manja, abis mimpi buruk. Gamau di tinggal, sedangkan gue mau antar Chetta trus langsung ke kampus" Jelas Alle.
"Lah tumbenan tuh bocah" gumam Reygan pelan yang masih bisa Alle dengar.
"Yaudah gue mandi sebentar, trus langsung otw" Reygan langsung bergegas mandi dan mematikan panggilan nya.
Alle menyiapkan bekal untuk Chetta dan memasukkannya ke dalam tas yang bergambar bus kecil berwarna biru.
"Bun, ante kenapasih? Daritadi Chett di peluk terus, nanti kalau seragam Chett lecek gimana?" dengusnya sebal, karena Noura yang sedaritadi tak melepaskan Chetta barang sedikit pun.
"Bawel" omel Noura yang sedang menempelkan pipinya di kepala Chetta.
Chetta hanya mendengus sebal dan menghela napasnya kasar.
Hari ini Noura jadi terlihat manja karena mimpi buruk itu, ia hanya ingin berdekatan dengan orang-orang yang meninggalkan nya saat di dalam mimpi buruk itu.
Chetta tak di biarkan pergi sedikit pun, bahkan tubuhnya sampai merasa kepanasan.
"Bundaaaaa" rengeknya pada Alle yang masih berkutat dengan keperluan nya.
"Apa?" sahut Alle.
"Geraahhhh" rengeknya di dlam kukungan Noura.
"Sabar sayang" Alle mengusap pipi chubby anaknya sayang.
Setelah 10 menit menunggu akhirnya Reygan muncul dari balik pintu.
"Kak, aku sama Chetta mau berangkat. Kamu sama kak Rey ya?" Noura tampak berpikir lalu mengangguk dan mengeratkan pelukannya di lengan Reygan.
"Huh! Akhirnya" Chetta mengelus dadanya dan mengusap peluh keringat di kepalanya.
"Bunda, gendong!" pintanya manja.
"Katanya gerah?" kata Alle.
"Gendong!" pintanya manja.
"Ehh bocah kasian itu bunda lo, udah bawa tas nya sama tas tayo lo" cibir Reygan pada Chetta.
"Ck, apasih om ikut-ikut aja!" omelnya.
Alle mendesah pelan, lalu merentangkan tangannya. Membuat Chetta memekik kesenangan dan berhambur ke gendongan Alle.
"Kak aku jalan ya" pamitnya pada Noura dan Reygan.
Tubuh Chetta sekarang rasanya lebih berat di banding bulan lalu, membuat Alle sedikit terengah saat menggendong nya.
"Bunda capek ya? Turunin aku deh bun" katanya mendengar desah lelah bundanya.
Alle menurunkan Chetta di kursi belakang vespa matic cokelatnya "kan emang udah sampai" Alle memutar bola matanya sebal.
Chetta hanya terkekeh pelan.
Ketika chetta sudah siap, Alle menjalankan laju motornya menembus jalan Raya.
Sesampainya di sana Alle melakukan kebiasaan nya yaitu mencium permukaan wajah Chetta, begitupun sebaliknya.
"Kalau ayah belum datang, jangan kemana-mana! Ngerti?"
"Siap bunda" hormatnya cepat.
"Bunda, kemarin Chetta nakalin aku" adu seorang gadis kecil bermata bulat menghampiri nya.
"Kamu di apain sayang sama Chetta?" tanya Alle lembut pada gadis kecil itu.
"Enggak bunda, Chett gak nakal! Kamu itu apa-apaan sih ini kan bunda aku, bukan bunda kamu!" sergah Chetta menatap tajam gadis itu.
Gadis itu tertunduk, raut sedih terpancar jelas di matanya.
Hikss.. Hikss
"Aku juga mau punya bunda" katanya sendu.
"Nama kamu siapa?" tanya Alle.
"Zura" cicitnya pelan.
"Bunda Chetta, bunda Zura juga" kata Alle mengusap kepala gadis kecil itu.
"Beneran bunda?" tanya nya antusias.
Alle mengangguk cepat lalu tersenyum.
Chetta memandang gadis itu tak suka, bahkan ia langsung meninggalkan bundanya dan Zura yang sedang asyik dengan dunia mereka.
Alle melihat Chetta yang kabur begitu saja hanya menggeleng pelan.
"Bunda pamit ya?" pamit Alle yang langsung di angguki Zura.
Zura langsung melambaikan tangannya dengan wajah sukacita.
•Introvert 2•
Hari ini adalah hari terakhir masa ospek, dengar-dengar dari kabar yang beredar. Para kakak bem akan memperlakukan peserta ospek menjadi serba salah. Para seniornya itu akan gencar mencari-cari kesalahannya.
"Hari ini tugasnya berkelompok kan ya?" kata Tira, gadis yang kemaren baris di sebelah Alle.
Alle hanya mengangguk menanggapi.
Ia tak mau berbicara di saat wanita ber almamater berbicara, karena ia benar-benar tak ingin dalam masalah.
Mereka secara berkelompok yang berisi 20 orang untuk membacakan visi misi kampus ini.
Yang pertama maju adalah jurusan Hukum. Saat mereka menyuarakan visi misi bersamaan, ada 9 orang terhitung di tarik untuk membaca ulang visi misi. Begitupula dengan jurusan lain, yang lebih banyak kena target.
Saat giliran jurusan Alle, belum apa-apa saja sudah ada yang kena semprot.
"Mau ngampus atau goda cowok neng?" tanya Rista menatap gadis yang mengenakan rok hampir setengah pahanya. Karena seharusnya rok itu berada di bawah lutut.
Bukannya melihat gadis itu, mata Alle malah melirik Genta yang berada di jajaran para senior nya.
Mata Genta menatap gadis itu dari atas sampai bawah, lalu membuang muka.
Dalam hati Alle berdecak sebal, ingin sekali mencokel kedua mata pria itu.
Selama menyebutkan visi misi secara serempak, Bagus ia tak terkena masalah sama sekali.
Waktu istirahat di gunakan Genta untuk menjemput anak nya.
Saat mobilnya berada di depan gerbang sekolah Chetta, tepat sekali karena anak-anak, baru saja bubaran kelas.
Genta menyenderkan tubuhnya di depan mobilnya.
"Ayaaaaah" teriak Chetta sambil berlari ke arah Genta.
"Ck, jangan lari" peringat Genta dari jauh.
Membuat Chetta langsung mengerucutkan bibirnya sebal.
Mereka masuk ke dalam mobil, di dalam sana Chetta memasang wajah cemberut nya.
"Kenapa?" tanya Genta melirik waah masam anaknya.
"Chett kesal sama bunda" katanya sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Kenapa?" tanya Genta lagi.
"Masa tadi bunda bilang kalau bundanya Chetta berarti bunda Zura juga" ungkapnya sebal.
"Zura siapa?" tanya Genta yang tak tahu menahu siapa yang di sebutkan Chetta.
"Itu loh cewek kuncir dua, trus yang matanya bulat kayak kereta Thomas" celotehnya sebal.
"Mata nya juga bulat padahal" gumam Genta pelan melirik anaknya sekilas.
"Chett dengar loh ayah" sahutnya sambil mendengus.
Sehabis mengantar Chetta ke rumah Alle, dan menitipkan anaknya pada bi Nur. Genta langsung kembali ke kampusnya lagi untuk mengospek para maba.
**
"Alle-ku, bapak kamu nelayan ya?" celetuk Juno yang duduk tepat di samping Alle.
"Bapak gue CEO Jun" jawab Alle santai.
Riri dan Farga yang duduk tepat di depan keduanya hanya menertawakan kesialan Juno.
"Gak gitu jawabnya Alleee-kuu" kata Juno gemas.
"Gimana?" Alle menatap Juno sambil mengunyah makanannya.
"Jawab aja, kok tau?" Juno mengajari Alle.
Farga, Riri, dan Yudis hanya menonton mereka berdua sambil menahan tawanya.
"Oke oke" Alle mengangguk mengerti.
"Hmm.. Alle-ku, bapak kamu nelayan ya?" tanya Juno.
"Kok tau?" kali ini respon Alle sangat baik.
"Karena kamu telah menjaring hatiku" katanya sambil tertawa geli.
Alle dan yang lain hanya menatapnya aneh.
"Ulang-ulang! Gue gak ngerti" kata Alle memandang Juno dengan raut wajah kebingungan.
Yudis menggeleng meringis pelan, sebagai kakak ia merasa malu karena memiliki adik yang gagal memberi gombalan.
"Hah! Lo gak ngerti? Emangnya sewaktu pacaran lo gak pernah di gombalin apa?" Juno menatap Alle sebal.
"Padahal niatnya mau gombal! biar lo baper gitu sama gue, tapi kenapa jatuhnya gue yang emosi ya?" dengusnya sebal.
"Udah cukup dek, nanti lo tambah malu" Yudis menepuk punggung adik nya prihatin.
"Belum ada sih gombal yang kayak gitu, soalnya gak masuk akal! Masa hati di jaring sih?" Alle menatap Juno masih dengan raut bingung.
Juno mencibir "pacarannya sama orang pintar sih, jadinya di gombalin nya pakai Filosofi!" gumamnya pelan.
Pengumuman berkumpul sudah menggema di setiap sudut speaker kantin.
Juno dan Alle langsung berdiri dan berjalan menuju titik berkumpul nya para maba.
Hari ini masa ospek lebih lama, yang biasanya jam setengah tiga selesai. Kini sampai jam empat sore, bahkan mereka di jemur di bawah matahari yang sedang terik-teriknya.
Ketika bubaran, Tira meregang kan badannya di samping Alle. Kata nya hari ini badannya terlalu lelah di jemur dan di siksa habis-habisan oleh para seniornya itu.
Keesokannya adalah hari kebebasan para maba dari masa ospek, banyak yang memekik senang katanya dengan itu mereka bebas meluncur mencari gebetan. Entah mencari yang setingkat ataupun kakak tingkat, yang jelas mereka seperti caper(cari perhatian) pada targetnya masing-masing.
Kabar mengenai Arkan yaitu, sekarang ia makin aktif saja dengan dunia bergonta-ganti pacar. Ya, peralihan saat Alle tak ada. Bahkan saat ini Arkan tak tau kalau Alle sudah kembali karena baik Riri maupun Farga enggan mengatakan tentang kembalinya Alle. Biar saja nanti saat bertemu pria itu bertemu Alle secara langsung akan kelabakan sendiri.
Alle kembali ke rumah nya dengan membawa bingkisan makanan yang berisi martabak manis, permintaan Chetta.
"Mana bunda..mana..mana?" tanya nya cepat saat Alle baru saja melepas sepatunya.
"sabar sayang, bunda aja belum selesai lepas sepatu" ujarnya sambil melepas sepatunya yang satu lagi.
Chetta hanya mampu memberikan cengiran andalannya.
"bunda capek ya? mau Chett pijitin gak?" tanyanya sambil berjalan masuk ke arah ruang keluarga.
"gausah, kamu makan aja tuh martabak nya. Nanti keburu dingin jadi gak enak" Katanya saat menyandarkan tubuhnya di sofa keluarganya.
"Siap bu boss" kata nya sambil memberikan hormat pada Alle.
Di saat sedang menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam, sepasang pria dan wanita berusia 40-an mendekat ke arahnya dengan menggeret koper yang ada di tangannya.
"Buneeeee... keyahhh" pekik Chetta saat melihat Dera dan Keno yang baru saja pulang dari luar kota.
Sontak mata Alle langsung terbuka lebar mendengar pekikkan kerasa dari putranya.
"Bundaaaa...ayahhh" Alle berhambur ke dalam pelukan mereka berdua, bahkan Chetta pun ikut menghampiri mereka.
Baik Keno maupun Dera mengecup kepala anaknya sayang, rasanya sangat rindu dengan si bungsu.
"Jagoan bune, apa kabar?" Dera berjongkok mengusap lembut kepala bocah tampan itu.
"Keya punya hadiah loh buat Chetta" ujar Keno dengan wajah sumringah.
Mata Chetta berbinar cerah, tubuhnya berjingkrak ria menantikan sebuah hadiah.
"Cium dulu" Keno menunjuk pipinya meminta di cium.
chetta mendekat lalu mencium pipi Keno cepat.
"Udah, sekarang mana hadiahnya?" pintanya cepat sambil menadahkan tangannya ke arah Keno.
Keno dan Dera tertawa melihat bocah kecil yang sangat lah tidak sabaran.
Keno memberikan sebuah bingkisan yang membuat Chetta dan Alle penasaran akan isinya.
Dengan cepat Chetta membuka apa isi dari bingkisan itu.
"Tayoooo" pekiknya senang sambil mengangkat sepaket Tayo lengkap.
"Bilang apa?" ujar Alle tersenyum menatap Chetta.
"Makasih bune.. Keyah" katanya tanpa ragu, sontak di balas anggukan oleh keduanya.
Meski hari ini tampak melelahkan bagi Alle, tapi rasanya terbayar saat melihat orang tuanya, penyemangat nya, kebahagiaan nya.
• Introvert 2•
Malam ini keluarga nya utuh kembali, di meja makan mereka saling melempar percakapan serta bertukar cerita. Sebenarnya yang lebih banyak cerita adalah bocah laki-laki itu dan mereka hanya menyimak seakan cerita yang di bawakan bocah itu sangatlah menarik.
"Trus kamu belain?" tanya Noura menanggapi cerita Chetta.
"Enggaklah, ngapain Chett belain! Dia udah ngaku-ngakuin bunda Chett" katanya tersulut emosi.
"Yah jangan gitu dong" ujar Dera.
"Harusnya kamu belain, kamu kan cowok. Masa cewek di nakalin kamu diemin aja" timpal Keno.
Chetta memasang raut wajah kesalnya, karena mereka malah membela gadis yang sudah mengaku-ngakui bundanya.
"Anak bunda kan cowok, kalau ada cewek di nakalin. Kamu harus belain ya?" Alle mengusap kepala anaknya sayang.
"Misalkan bunda yang di nakalin, kamu bakal nolongin bunda gak?" tanya Alle pada Chetta.
"Pasti lah bunda! Chett bakal pukul dia sampai K.O" jawabnya cepat sambil bergaya sok kuat.
Alle tersenyum lalu menepuk pelan kepala anaknya sayang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
