
Kota Cirebon Kota Udang, Kota Cirebon Kota Wali. Begitulah julukan yang dikenal bagi Kota Cirebon. Kota ini memiliki sejarah kerajaan islam yang patut kalian kenal loh. Yuk baca informasi selengkapnya!
SEKILAS CIREBON
Kota Cirebon merupakan kota yang terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan berada pada jalur utama lintas pantura. Kota Cirebon terbagi ke dalam lima kecamatan, yaitu Harjamukti, Lemahwungkuk, Pekalipan, Kejaksan dan Kesambi. Cirebon dikenal sebai salah satu kota yang bertemperatur udara cukup tinggi, yaitu dengan suhu udara minimum rata-rata tahun 2017 sebesar 24,13º C dan maksimum rata-rata 31,18º C.
Nama Cirebon diambil dari adanya pekerjaan yang banyak dilakukan masyarakat, yaitu menangkap rebon (udang kecil) untuk pembuatan terasi. Air bekas pembuatan terasi inilah akhirnya tercipta nama “Cirebon” yang berasal dari Cai(air) dan Rebon (udang rebon) yang berkembang menjadi Cirebon yang kita kenal sekarang ini.
KERAJAAN CIREBON
Kerajaan Cirebon merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam ternama yang berasal dari Jawa Barat. Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting yang menghubungkan jalur perdagangan antar pulau. Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, hal ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda. Sehingga Kesultanan Cirebon memiliki kebudayaan yang khas, yaitu campuran antara kebudayaan kebudayaan Jawa dan kebudayaan Sunda.
Menurut Sulendraningrat berdasarkan naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya adalah sebuah dukuh kecil yang didirkan oleh Ki Gedeng Tapa, yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah perkampungan ramai dan diberi nama Caruban dalam Bahasa Sunda yang berarti ‘campuran. Nama ini diberikan karena di sana terdapat percampuran para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, latar belakang dan mata pencaharian yang berbeda-beda, yang datang dengan tujuan menetap atau berdagang.
Cirebon memiliki pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, hingga akhirnya menjadi sebuah kota besar yang memiliki salah satu pelabuhan penting di pesisir utara Jawa. Pelabuhan sangat berguna dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan di kepulauan seluruh Nusantara maupun dengan negara lainnya. Selain itu, Cirebon juga tumbuh menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.
PENDIRIAN KERAJAAN DAN TIMBULNYA KERATON
Pangeran Cakrabuana-Raden Walangsungsang (1430 – 1479) merupakan putra pertama dan merupakan keturunan dari kerajaan Pajajaran. Sebagai anak laki-laki tertua, seharusnya ia berhak atas tahta kerajaan Pajajaran. Namun karena ia memeluk agama Islam yang diturunkan oleh ibunya, posisi sebagai putra mahkota akhirnya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa. Hal ini dikarenakan pada saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Kerajaan Pajajaran adalah Sunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha.
Pangeran Walangsungsang pun akhirnya membuat sebuah pedukuhan di daerah Kebon Pesisir, mendirikan Kuta Kosod (susunan tembok bata merah tanpa spasi) membuat Dalem Agung Pakungwati (Keraton Pakungwati) serta membentuk pemerintahan di Cirebon. Dengan demikian, Pangeran Walangsungsang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan Cirebon. Pangeran Walangsungsang tampil sebagai “raja” Cirebon pertama yang memerintah kerajaan dari keraton Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon. Setelah menunaikan ibadah haji, ia kemudian dikenal juga dengan nama Haji Abdullah Iman. Perlu diingat bahwa pendirian kesultanan Cirebon memiliki hubungan sangat erat dengan keberadaan Kesultanan Demak.
Versi lain juga menyebutkan mulanya pada tahun 1445 dengan dipimpin oleh Ki Danusela, perkampungan di Kebon Pesisir mengalami perkembangan hingga muncul perkampungan baru yaitu Caruban Larang yang dipimpin H. Abdullah Iman atau Pangeran Cakrabuwana.
Pada tahun 1479 Caruban Larang disebut sebagai Nagari Cerbon dan dipimpin oleh Tumenggung Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Jati atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1568 dan digantikan oleh Pangeran Emas Zaenal Arifin dan bergelar Panembahan Pakungwati I.
Pada tahun 1649 Panembahan Ratu digantikan oleh Pangeran Karim yang bergelar Panembahan Girilaya yang wafat pada tahun 1666. Sehingga untuk sementara Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai Susuhunan Cirebon dengan gelar Panembahan Toh Pati.
Pada tahun 1677 Cirebon terbagi dua. Kraton Pakungwati ditempati oleh Pangeran Martawijaya yang dinobatkan sebagai Sultan Sepuh bergelar Sultan Raja Syamsuddin, dengan wakilnya yaitu Sultan Cerbon. Sedangkan satu lagi yaitu dibangun kraton di bekas rumah Pangeran Cakrabuwana dan ditempati oleh Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom bergelar Sultan Muhammad Badriddin. Hingga sekarang terdapat tiga sultan yang terkenal di Cirebon, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Sultan Cirebon.
Keberadaan ketiga sultan ini juga ditandai dengan adanya Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Di luar ketiga kesultanan tersebut sebenarnya terdapat satu keraton lagi. Keraton tersebut adalah Keraton Gebang.
PENINGGALAN BERSEJARAH
Jika menelusuri Cirebon dan kawasan pantai utara Jawa Barat, memang akan banyak dijumpai peninggalan yang berkaitan dengan sejarah Cirebon dan Islamisasi Jawa Barat. Beberapa bangunan sudah banyak dikenal masyarakat seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, Taman Sunyaragi, serta kompleks makam Gunung Sembung dan Gunung Jati. Selain itu masih banyak bangunan lain yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Cirebon.


KESENIAN DAN KEBUDAYAAN
Cirebon juga memiliki beberapa kesenian dan kebudayaan yang hingga kini masih terus dilestarikan. Mulai dari Tari Sintren, kerajinan khas Cirebon, wayang Cirebon, dan topeng Cirebon.
Tarian sintren merupakan sebuah seni tari tradisional dari Cirebon yang mengandung unsur magis, nama sintren yang ada pada tarian ini ternyata merupakan gabungan dari dua kata yakni si dan tren yang mana dalam bahasa Jawa kata si merupakan sebuah ungkapan panggilan yang memiliki arti ia atau dia, sedangkan kata tren berasal dari kata tri atau putri sehingga sintren memiliki arti si putri atau sang penari.
Berbagai lokasi wisata di Kota Cirebon sudah dikenali oleh para wisatawan lokal maupun nasional. Begitu juga dengan berbagai kerajinan tangan khas Kota Cirebon yang tak luput dari perhatian wisatawan, seperti halnya topeng cirebon, lukisan kaca, rotan, batik, relief logam, dan kaca dekorasi.
Topeng adalah kerajinan khas Cirebon berupa ukiran kayu berbentuk wajah manusia dengan karakter tertentu. Bagi masyarakat Cirebon, selain sebagai alat Bantu Tari Topeng, topeng juga memiliki makna filosofis yang sangat mendalam dan merupakan symbol dari karakter-karakter manusia pada umumnya dan berisi pesan-pesan kehidupan yang arif dan bijak.
Wayang merupakan kesenian yang dimiliki oleh berbagai daerah dengan ciri khasnya masing-masing, setiap jenis wayang pun memiliki ciri khasnya sendiri. Di Cirebon terdapat kesenian wayang kulit yang memiliki perbedaan dari daerah lainnya di Indonesia. Di Cirebon, wayang berperan penting dalam penyebaran Islam yang dilakukan oleh Wali Songo sehingga masyarakat lebih mudah menerimanya.
Wayang Kulit Cirebon dibuat terutama dari kulit sapi atau kulit kerbau yang diberi kerangka dari bambu dilengkapi dengan gagang atau pegangan yang disebut /cempurit/ untuk menggerakkan wayang serta menancapkan wayang tersebut pada batang pisang. Setiap wayang memiliki bentuk, wajah, dan warna yang khas sesuai dengan karakteristik dan sifat masing-masing tokohnya.
Ketika Jawa Barat berada di bawah pengaruh kekuasaan Mataram dan dilanjutkan dengan masa tanam paksa di mana penduduk Jawa Tengah pindah ke Jawa Barat, terjadi perkembangan pada wayang kulit, yang biasa terbuat dari kulit, mulai diganti bahan pembuatannya dengan papan tipis. Seiring waktu dari abad 19 ke abad 20, wayang yang terbuat dari papan tipis ini mulai berbentuk seperti boneka dan dikenal sebagai wayang golek hingga sekarang ini.
REFERENSI
Dari berbagai website resmi dan media populer
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
