
Boyfriendable.
Kissable.
Husbandable.
Rasanya kepala Rendy Hendraputra (17 tahun) mau pecah karena mendengar teman masa kecilnya-slash-cinta pertamanya-slash-teman cewek satu-satunya, Karin Widjatmoko (17 tahun), terus saja berceloteh halu selama 3 bulan (bayangkan 3 bulan!) mengenai tipe cowok-yang menurut Rendy-sangat absurb.
Bagaimana tidak? Karin tuh bermimpi mempunyai cowok yang boyfriendable, kissable dan husbandable dengan aktor-aktor pujaannya.
Ya kali aktor-aktor itu bakal naksir Karin balik…...
Boyfriendable? Kissable?
Husbandable? Reachable!
Aku melindungi dan mencintaimu dalam diam…
Hari ini adalah hari kedelapanpuluh bagi Rendy Hendraputra mendengarkan celoteh dari Karin Widjatmoko mengenai kategori cowok idaman cewek itu. Yup, semenjak kurang lebih tiga bulan lalu Karin melampiaskan sakit hatinya karena baru putus dari mantan pacarnya sebelum ini dengan mengakurasi karakter-karakter kriteria cowok impiannya.
“Eh kamu dengerin aku kan Ren? Jadi Nick Bateman ini sekarang bersama istrinya sedang menunggu kelahiran calon anak kedua mereka gitu. Aku dah bilang kan kemarin kalau anak pertama mereka cute bangeetttt. Sumpah ya kalau aku punya anak cowok manis kaya gitu bisa aku cubitin deh tiap hari saking gemesnya,” seloroh Karin tersenyum lebar sambil berjalan di depan Rendy.
“Iya aku denger dan hapal. Kali ini kategori kamu husbandable kan?” jawab Rendy ogah-ogahan. Sudah hapal di luar kepala jika Nick Bateman (salah satu cowok pujaan Karin sekarang adalah seorang ayah sekaligus model dan aktor di ranah Hollywood) yang masuk kedalam salah satu cowok husbandable berdasarkan list kriterianya.
Karin bertepuk tangan senang, “Oh jelas! Cowok itu harus bisa diandalkan dong! Kalau sudah married itu harus seperti Nick! Penyayang, penyabar, sayang banget sama anak-anak dan romantissss!”
Rendy menggelengkan kepalanya. Teman masa kecilnya ini (juga cinta pertamanya) slash teman cewek satu-satunya ini sedang didera putus cinta tepat tiga bulan lalu. Awal dari semua keabsurban ini. Rendy akui jika dia memang memendam rasa sayang (atau mungkin sudah berkembang ke arah cinta) ini dengan Karin sejak 10 tahun yang lampau. Iya dari Rendy masih duduk di bangku 2 SD!
Awalnya sih hanya rasa sayang karena Karin merupakan teman masa kecilnya yang berusia sama di lingkungan perumahan mereka. Lambat laun, rasa yang Rendy pendam selalu berkembang ke arah yang Rendy takutkan selama ini. Rendy mencintai teman masa kecilnya. Namun sebagaimana cerita klasik pada umumnya, Rendy takut jika mengungkapkan rasanya akan membubarkan pertemanan yang ia dan Karin bangun selama ini. Let’s say Friendzone. Rendy tak bisa membayangkan jika persahabatannya hancur jika ia dan Karin tidak cocok dalam hal berpacaran.
Karin sendiri merupakan gadis cantik berusia yang kalau orang-orang bilang sedang dalam masa emas dalam kehidupannya, 17 tahun. Berparas cantik, berhidung mancung dan memiliki lesung pipit cantik yang menghiasi pipi kirinya membuatnya tak susah untuk dicintai oleh orang-orang disekitarnya. Apalagi sikapnya sangat supel. Makanya ketika menginjak usia matang dan diijinkan berpacaran oleh kedua orangtuanya, maka banyak kumbang jantan yang berusaha merebut perhatian sang bunga cantik
Sebut saja namanya Adam. Cowok yang merupakan Ketua Tim Basket di SMA tempat Rendy dan Karin bersekolah ini, berhasil merebut perhatian Karin dan akhirnya mereka berpacaran selama lima bulan. Namun memasuki bulan keenam mereka berpacaran, Karin dan Rendy secara tidak sengaja memergoki Adam mencium adik kelas SMA mereka di sebuah Café. Jelas saja Karin berang dan segera memutuskan hubungan percintaannya dengan Adam saat itu juga. Dan selama dua minggu full mengurung diri tidak ingin berhubungan dengan siapapun kala itu (terutama Adam). Cuma Rendy sahabatnya yang bisa ia percayai. Hanya Rendy yang menjadi tumpuan dikala waktu itu ia terpuruk.
See? Tidak siap bagi Rendy untuk mengutarakan rasa-lebih-dari-sahabatnya kepada Karin. Karena jika hubungan mereka kandas seperti hubungan Karin dan Adam, maka dipastikan pertemanan mereka akan kandas selamanya.
“Lalu yaaa kategori boyfriendable dan kissable bangets itu menurutku Park Seo-Joon hihihi…”
Rendy mengernyit, “Dia udah pernah kamu bahas panjang kali lebar kali tinggi, Rin. Ganti oranglah.”
Karin memutar matanya bosan, “Ih Rendy biarin dong. Seo-Joon oppa itu sangat hot! Bayangkan kissing scene dengan Min-Yeong eonni di What’s Wrong With Secretary Kim itu sangat natural. Kyaaaaa… Kayanya aku jatuh cinta deh Ren. Beneran ini aku cinta banget sama Seo-Joon oppa.”
Rendy menghentikan langkahnya. Sepertinya tingkat akut keparahan halu Karin sudah semakin parah. Mana mungkin dari cowok bule ke oppa-oppa Korea merupakan selera Karin dalam sekejap. Ya kali, cowok-cowok itu bakalan suka dan menjadi pelindung bagi Karin di masa depan, mungkin Rendy legowo menyerahkan sahabatnya ke tangan orang yang tepat.
“Banyak halu tidak baik bagi otakmu. Pikiran melantur nanti kepentok awan lalu jatuh itu sakit loh, Bu.” ledeknya.
“Bodo ah biarin Rendy payah! Udah ga asik lagi ah ceritanya sama kamu!” Karin ikutan sewot dan berlari meninggalkan Rendy menuju tukang martabak di depan kompleks mereka.
“Hah... Tuh cewek kalau dibilangin ckckck…” desahnya tapi tak lupa ikut melangkahkan kaki menuju tukang martabak menyusul Karin.
Dersik angin yang cukup kencang membuatnya langkah Rendy terhenti. Ia menatap punggung Karin yang semakin menjauh. Sejak semalam, ia berpikir akankah jika ia mengutarakan isi hatinya kepada Karin akan membubarkan persahabatan mereka? Tapi hatinya takut. Ia tidak siap.
Aku mulai bermimpi tentang kita…
“Jadi kamu mau diam saja selamanya? Yakin nih Ren? Ga akan nyesel yah kalau si Karin direbut cowok lain lagi?” seru Reza di sela-sela jam istirahat mereka di kantin sekolah.
Rendy membuang napas lalu melanjutkan menyendok bakso ke dalam mulutnya, “Yah bagaimana lagi dong Za. Aku bisa apa jika dia hanya memandangku dengan label sahabat?”
Reza, teman Rendy semenjak SMP ini, tahu banget perjananan gundah gulana Rendy mendekati Karin. Ia memukulkan sendoknya pada mangkok bakso di depannya, “Jangan pasrah gitu dong Mas Bro! Gemes aku tuh ngikutin perjalanan kegalauan kamu. Usaha dulu dong Ren! Kalaupun ditolak atau kalian gagal jika sudah berpacaran yah anggap kisah kasih di sekolah.”
“Eh tahu gak kemarin aku baru baca info di dunia maya kalau kita ingin merebut perhatian doi maka mulai dengan memberi hal-hal yang ia sukai. Jadi bisa merebut perhatian Karin gitu loh, Karin akhir-akhir ini suka apa?”
Dengan bertopang tangan di atas meja, Rendy menjawab, “Ehmmm Park Seo-Joon oppa?”
Sekarang giliran Reza yang melonggo, “HAHAHAHAHA siapa tuh? Kaga kenal aku namanya wkwkwk…”
“Yee aktor Korea terkenal itu Za. Googling napa dah. Gaptek bener.” semprot Rendy geli.
Sejenak kedua cowok itu diam bergeming. Sampai suara dentingan notifikasi handphone Rendy memecah perhatian keduanya. “Siapa Ren? Pucat amat mukamu?”
Rendy menatap sahabat cowok satu-satunya dengan horror. “Mati aku Za. Karin Whatsapp nie.”
“Apa katanya?”
Rendy terdiam sejenak, lalu berkata, “Dia bilang Adam ngajak balikan. Terus Karin sedang berusaha mempertimbangkannya. Apa yang harus kulakukan jika ternyata mereka balikan lagi, Za?”
Reza menggebrak meja kantin sehingga beberapa orang yang memperhatikan mereka. “Oke, kita atur taktik perang, Ren! Lakuin semua hal yang kita bisa biar Karin nyadar kalau kamu tuh ada rasa sama dia! Daripada Karin jatuh lagi ke tangan si Kampret Adam yah kan!”
Entah dorongan karena dipanas-panasi Reza atau karena kekalutan memikirkan bahwa Karin akan bersama Adam lagi, Rendy ikut-ikutan menggebrak meja, “Oke setuju! Kaga bisa dibiarkan ini! Karin harus aku sadarkan bahwa Adam itu tidak baik! Kalau semua penjahat mengaku maka penjara pasti penuh!”
Rendy memantapkan hati untuk mengutarakan isi hatinya kepada Karin. Entah kenapa, seketika hatinya kalut memikirkan kemungkinan terburuk jika Karin balikan dengan mantannya itu dan akan meninggalkan dirinya selama-lamanya.
“Deal!” seru Rendy kencang!
“Deal” sahut Reza bersemangat!
Aku akan berusaha agar kamu memilihku…
“Kamu yakin ini akan berhasil?” Rendy mengeryit karena tatanan rambut barunya.
“Yakinlah! Aku dah cari tahu siapa itu Park Seo-Yoon…”
“Park Seo-Joon, Za…”
“Yah itulah,” lanjut Reza. “Pokoknya ini gaya rambut yang terkenal ala-ala Park Seo-Joon. Kamu tuh ganteng lagi Ren. Sayang pengecut hahaha.”
Rendy sedikit dongkol mendengar ocehan sahabatnya, “Yeeh kaga ya… Aku tuh menjaga persahabatan aku dan Karin.”
“Sabahat apaan? Giliran Karin uda mau balikan malah baru kebakaran jenggot.”
Rendy termenung mendengarnya. Iya juga yah, baru sekarang keberanian ini timbul. “Oke sippppp! Aku akan buktikan bahwa temanmu ini juga mampu berakting seperti Park Seo-Joon!”
“Yah uda cepetan samperin dia ke rumahnya. Tinggal lima langkah dari rumah kamu juga. Jangan lupa pulang bawa kabar bahagia. Uda ah aku lanjut dulu makan martabaknya.” Reza kembali mengunyah martabak di dalam kamar Rendy sementara Rendy bergegas menghampiri rumah Karin dengan berdandan ala-ala oppa Korea kesukaan Karin.
Rendy memantapkan hatinya dan bergegas pergi ke arah tetangganya, Karin. Yup, ia ingin Karin melihatnya sebagai seorang pria dewasa yang dapat menjadi sandaran bagi Karin jika gadis itu sedih. Rendy kan reachable! Makhluk 3D nyata di bumi Indonesia. Bukan cowok di belahan bumi Eropa ataupun Negara Ginseng Korea. Ayo berjuang Rendy Hendraputra!
***
Karin membukakan pintu rumahnya ketika bel pintunya berbunyi lima kali. “Lha Ren, tampilan kamu kok agak…” mata Karin menelisik tampilan Rendy dari atas sampai bawah.
Rambut tertata rapi, pakaian memakai jas dipadu kaos oblong putih, celana yang sengaja dibuat menggantung dan sneakers putih membuat Karin yang melihatnya takjub.
“Halo Rin? Aku ganggu gak?”
“Yah kaga lha… Emang kenapa kok ganggu? Tapi aku aneh aja sih Ren. Kenapa kamu ganti penampilan gini? Mirip oppa-oppa Korea deh hahaha…”
Tak lama ada sebuah suara dari arah belakang Karin, “Siapa Rin kok kamu ketawa kencang banget begitu?” Tiba-tiba Adam muncul dari dalam rumah Karin. “Ohhh ini teman kamu si Rendy kan Rin? Wah tumben datang Ren?”
Rendy terdiam dan langsung menunduk lesu. Dia kalah satu langkah.
***
“Ok jadi Adam itu udah nyolong start duluan ya datang ke tempat Karin?”
Rendy tertunduk lesu sambil mengunyah martabaknya. “Yah meski Karin bilang sih alasannya karena Adam sedang mampir ke tempat tinggal temannya yang di kompleks sebelah. Jadi karena terkejut, Karin tidak sengaja memberi akses masuk bagi Adam. Dejavu katanya. Lupa kalau dah putus.”
Reza terkikik geli, “Alasan tuh Ren. Amnesia apa si Karin?”
“Tidak bisa! Aku harus menjaganya dari cowok jahat macem Adam! Kalau semua penjahat me….”
“Kalau semua penjahat mengaku maka penjara pasti penuh!” dengus Reza. “Ampun dah aku sampai hapal jargon Tao Ming Tse yang kamu pinjam itu.”
“Lha situ tahu geuning kalau Tau Ming Tse mah.” Reza tertawa melihat kekesalan Rendy. “Ok kalau gitu kamu kasih adegan drama yang Karin suka ajah gimana?”
“Errr kissing scene?”
“Idih najis ini bocah! Uda mulai mesum ya anak Uwak! Hahahaha!”
“Ish bukan gitu keles. Si Karin tuh yang bilang kissing scene Park Seo-Joo yahud bin mantap katanya. Sampe ngiler dia liatnya.”
Reza berdiri dari posisi duduknya, “Ya uda sini praktek sama aku. Sebagai teman yang baik, aku tahu kamu pasti masih ting ting belum pernah ciuman kan?”
Timpukan bantal Rendy mengenai kepala Reza dan ia tertawa, “Huh katro mentang-mentang baru juga pernah cium Aliyyah satu kali doang. Eh tapi boleh deh, ajarin dong harus apa?”
“Bocah semprul tadi ngeledekin!” semprot Reza. “Berdiri cepet Ren. Nanti kamu himpit Karin mendekati tembok lalu posisinya tangan kiri bersandar ke tembok dan tangan tangan pegang dagu Karin. Anggap aku Karin dan aku berdiri di dekat tembok yah. Kamu maju sini terus lakuin yang kek tadi aku bilang.”
Rendy mempraktekan gerakan yang tadi diperintahkan. “Nah bagus, lalu usap-usap lembut pipi sambil kamu mendekat. Kepala kamu dimiringkan yah Ren. Anggap ajah kaya sudut 45 derajat gitu. Terus tutup mata dan cup cup. Gampang kan.”
Rendy menelan ludah dan seperti enggan berlatih adegan tadi. Yah meskipun ini hanya pura-pura tapi kan malu juga jika lawan mainnya sesama cowok pula. Namun untuk menghormati usaha Reza yang sudah membantunya selama ini maka ia bergerak maju mendekati kepala Reza. Yah rencananya sih Rendy pura-pura doang mendekat lalu bilang selesai pada latihan absurb mereka di siang hari ini.
“Anak-anak ini Mama bawakan lagi martabaknya. Si Papa katanya ga mau nih. Arrrgghhhhhhhh Rendddyyyyyyy apa-apaan kamu Nak!” Mama Rendy tampaknya masuk di saat yang tidak tepat sekali. Piring plastik berisi martabak yang dibawanya jatuh ke lantai. “Katakan Nak, kamu itu seleranya yang begitu? Mama pikir antara kamu dan Reza itu sahabat karib layaknya saudara, bukannya pagar makan tanaman. Jeruk makan jeruk.”
Rendy dan Reza mendadak kaku seketika. Perlu diketahui bahwa Mama Rendy merupakan pecinta drama Sinetron Ikan Terbang (Ind*s**r) garis keras. Jadi pikiran absurb memang mudah hinggap dikepalanya. Haaahhhh. Rendy mendesah. Tampaknya ia akan mendengar ocehan mama tercintanya selama beberapa hari ke depan.
***
Mengunjungi toko buku merupakan salah satu kegiatan rutin Rendy akhir-akhir ini. Entah darimana pikiran absurb membaca buku tentang proses kehamilan, melahirkan sampai merawat anak biar jadi suami SIAGA (Siap-Antar-Jaga) jika ia sudah memilki anak dengan Karin akhir-akhir ini membayanginya. Tidak, Reza tidak ikut karena masih trauma akan kejadian minggu lalu. Ia sangat malu meski sudah menjelaskan kesalahpahaman tersebut kepada Mamanya Rendy tapi jiwa mentalnya terpukul karena sempat dikira jeruk makan jeruk dengan Rendy.
Karena itu, Rendy diam-diam pergi sendiri memikirkan strategi lainnya agar Karin dapat luluh. Karena Karin pencinta anak-anak dan berharap suaminya romantis maka aku harus membekali diri dengan pengetahuan proses kehamilan dan kelahiran ini dengan benar agar aku dapat menemani Karin di masa-masa kehamilannya dengan anak pertama kami. Dengan serius ia membaca halaman demi halaman. Bab per bab. Sampai sebuah suara halus yang ia rindukan akhir-akhir ini menyapa telinganya.
“Ren… Ren… Halo Rendy Hendraputra… Panggilan kepada Rendy Hendraputra…”
Merasa intonasi suara yang memangilnya semakin mengeras, Rendy mengalihkan wajahnya dari halaman buku yang dibacanya dan terkejut melihat Karin berdiri di depannya. “Apa yang kamu lakukan disini Rin?”
Karin mengeryit dan meletakkan kedua tangan di pinggangnya, “Kamu menghindari aku? Udah semingguan kita ga bertemu dan sekarang kalimat pertama dari mulut kamu adalah apa yang aku lakukan disini?”
“Kamu marah karena Adam berada di rumahku waktu itu?” lanjutnya lagi dengan suara yang lebih mengecil.
Rendy gelagapan dan menjawab gadis yang sekarang bertampang sedih itu, “Gak, gak... Bukan... Aku gak menghindari kamu. Aku cuma... Aku cuma...”
Iya benar, Rendy memang menghindari Karin semingguan ini karena bagaimanapun ia malu karena bertingkah absrub dengan berdandan ala aktor kesukaan Karin dengan memutuskan pergi secara tiba-tiba karena syok mengira Karin jadian lagi dengan Adam saat itu. Ketika ia tiba di rumahnyalah, baru Karin mengirim pesan Whatsapp menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.
Karin menarik Rendy ke tempat sepi yang berada di lorong toko buku tersebut, “Ren... Aku kangen...” muka gadis itu memerah.
Rendy terkejut dan berkata, “Iya aku juga kangen sahabatku ini,” sambil mencubit pipi Karin. “Udah lama ya kita ga hangout antar sahabat. Abis ini ke tukang martabak deket rumah yuk.”
“Ihhh Rendy bodoh!” Karin mencubit pinggang Rendy dengan keras.
“Adowww sakit kali Karin Widjatmoko!” Rendy misuh-misuh sambil mengusap pinggangnya. “Kenapa sih? Lagi PMS? Salah makan?”
“Kamu ga pekaan!”
“Lah kenapa aku yang ga pekaan!”
“Iya pokoknya kamu yang salah!”
Pertengkaran kecil mereka menarik perhatian beberapa orang pengunjung toko buku. Bahkan ada ibu-ibu yang melotot ke arah mereka. Merasa tidak enak, Rendy menarik tangan Karin untuk keluar dari tokoh buku tersebut. Ia harus menanyakan sesuatu kepada Karin saat ini juga.
Aku, kamu dan kisah kita yang akan dimulai...
“Oke, sekarang kamu jelasin kenapa kamu marah-marah ke aku kaya tadi? Aku ada salah sama kamu?” Rendy dan Karin sekarang berada di sisi jalan tempat toko buku tersebut berada dimana untungnya jalannya tidak akan dilalui orang karena merupakan gang buntu.
“Ada!” Delik Karin tidak terima.
“Hah kenapa? Rasaan hubungan kita baik-baik aja.”
Karin membuang napas dan mulai mengatur napasnya, “Tuh kan kamu ga peka—selama ini aku... Aku... Kangen kamu...” cicitnya kecil sambil menunduk.
“Iya aku juga kangen sahabatku ini,” Rendy menepuk kepala kecil Karin dengan sayang.
Mendengar itu, Karin menangis, “Aku kangen kamu bukan sebagai sahabat Ren... Hiks... Masa kamu ga pekaan sih... Udah aku kasih banyak kisi-kisi juga tiga bulanan ini...”
“Hah, apa?”
“Rendy jelek, aku suka kamu!” pekik Karin kencang sambil memeluk pinggang Rendy dan memasukkan kepalanya ke dalam pelukan Rendy.
Rendy tentu saja terkejut akan hal yang terjadi secara tiba-tiba tersebut, “Hah?” Rendy bengong. Dia bingung dengan sikap Karin.
Karin melepaskan pelukannya dan menatap mata Rendy, “Aku suka kamu Rendy Hendraputra. Ga peka banget sih dikode kriteria cowok-cowok yang aku mau selama ini. Harus banget aku kompor-komporin dulu baru kamu gerak, hihihi..”
Sekarang Rendy beneran speachless. Jadi dia yang dimodusin selama ini oleh Karin, gitu? Jadi kriteria cowok Karin yang suka selama ini mengarah ke dirinya sendiri, gitu? “Kamu... Ehm bukan, maksudku kamu selama ini modusin aku gitu?”
“Heem—gimana? Kamu buktinya bergerak mengejar aku kan? Hihihi nanti aku bakal traktir Reza ah karena berhasil membuat seorang Rendy bergaya ala Seo-Joon oppa,” sipu Karin.
“Wait! What? Jadi Reza ada di balik ini semua juga? Kegundahan aku tiga bulan ini. Semua kriteria cowok kamu itu. Terus dengan segala bantuan Reza selama ini juga bagian dari skenario kalian gitu?” Mau marah, tapi Rendy sudah syok duluan.
“Aku menyadari kalau kamu adalah orang yang aku butuhkan, Ren. Sahabatku sendiri yang selalu ada di dalam suka dan duka di hidup aku. Bukan Adam. Bukan juga Nick Bateman dan Park Seo-Joon. Yaaah jangan salahin Reza juga, ini kemauan aku sih untuk sedikit usilin kamu. Tapi yah rencanaku berhasil kan,” mata Karin dan Rendy bertemu dan pandangan keduanya menjadi teduh, “Aku sadar selama ini aku juga ada ketakutan bagaimana jika aku melewati batas persahabatan kita. Bagaimana jika kita tidak berhasil? Bagaimana jika kebersamaan kita selama sepuluh tahun kita akan hancur. Bagaimana jika kamu tidak menyukai aku sebesar aku menyukai kamu. Bagaimana jika kedua orangtua kita... Ehmphhh...”
Karin tidak bisa melanjutkan kata-katanya kemudian karena Rendy sudah membungkamnya dalam suatu kecupan manis. Kecupan yang akan membawa kisah mereka ke jenjang berikutnya, ke arah hubungan serius seperti yang selama ini mereka berdua ternyata damba-dambakan. Biarlah kisah mereka akan merekah dengan alami. Ahh... cinta masa muda itu ternyata sangat indah yah.
TAMAT
:
Spring's Notes:
Halo terima kasih sudah mendukung karya pertamaku di KaryaKarsa :) Cerpen ini hadir berkat dukungan teman-teman Penulis lainnya di KOMMET (Komunitas Menulis dan Menyelesaikan Tulisan). Senang bisa ikut berpartisipasi meski saya sadar karya ini tidaklah sempurna. Sekali lagi, terima kasih dan semoga kita berjumpa lagi di karya-karyaku selanjutnya!
Scarlet Spring
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰