Lembur Horror (THREAD HOROR)

0
0
Deskripsi

"Dimanapun kalian berada, aku selalu mengintaimu."

Semua thread horror yang ada di sini sudah diadaptasi ke dalam bentuk podcast. Silahkan kunjungi Youtube ini : Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)

Tahun 2015. Meski ini adalah hari minggu, Mas Putra terpaksa datang ke kantor pagi ini untuk lembur. Ada deadline yang harus ia selesaikan segera, yaitu merampungkan materi akhir tahun.

Ia diminta atasannya untuk segera menyusun rangkuman semua projek yang bergulir selama setahun ini, membuat ringkasan yang valid berdasarkan data-data, mengkonversinya ke dalam bentuk file presentasi, lalu mempresentasikannya kepada semua jajaran di akhir tahun nanti. Dan sejujurnya, hal ini bukanlah perkara mudah. Mas Putra butuh konsentrasi penuh untuk menyelesaikannya. Karena jika salah sedikit saja, pasti akan menimbulkan pertanyaan. Dan tiap-tiap orang yang akan menyaksikan presentasinya nanti, bisa saja memberikan penilaian yang buruk.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Mas Putra baru saja sampai di parkiran kantor. Ia pun hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja, dari rumahnya yang berada di kelapa gading, untuk sampai ke sini. Dan setelah memarkirkan motornya, Mas Putra pun berderap menuju gedung A, gedung paling pertama yang ada di area komplek perkantoran ini.

Mengingat ini adalah hari Minggu, sejauh mata memandang, Mas Putra hanya bisa melihat area komplek yang sepi, yang jika di hari biasa, mustahil akan melihat pemandangan yang seperti ini. Jika di hari biasa, semua sudut komplek pasti sudah ramai oleh orang yang lalu lalang, area parkir pun pasti sudah penuh terisi oleh kendaraan. Tapi sekarang, Mas Putra hanya bisa menemukan segelintir orang saja di sana. Termasuk, security yang menjaga kantornya. Setelah berjalan sekitar 100 meter, Mas Putra sampai juga di depan pintu masuk kantor. Di sana, ia saling menyapa dengan security. Setelahnya, Mas putra mulai berjalan masuk dan berderap menaiki tangga menuju lantai 2.

Sebagai informasi, Mas Putra bekerja di kantor lantai 2. Dimana denah lantai 2 sendiri memiliki 2 sisi, yaitu bagian kiri dan kanan. Sisi kiri diperuntukan khusus untuk bagian direksi. Sementara sisi kanan diperuntukkan khusus untuk staff dan supervisor. Karena Mas Putra saat ini bekerja sebagai seorang staff, sesampainya di lantai 2, ia pun mulai berjalan menuju sisi kanan. Tak lupa, ia mengeluarkan ID card-nya sebagai akses untuk membuka pintu masuk kantor. Setelah pintu terbuka, Mas Putra pun masuk ke dalam dengan langkah kaki yang santai.

Saat Mas Putra berjalan menuju meja kerjanya yang berada di ujung, ia pun sempat menyapu pandangan ke seluruh isi ruangan. Suasana di sana benar-benar sepi dan hening. Tidak ada satupun orang kecuali dirinya sendiri. Bahkan, pos security lantai 2, yang jika di hari biasa dijaga oleh satu orang personil, saat ini posnya terlihat kosong pula.

Suasana sepi dan hening pun tidak cukup sampai di sana. Hawa senyap nan menusuk pun semakin begitu terasa, kala Mas Putra melihat ruangan ini yang kondisinya cukup gelap. Lampu penerangan sengaja dimatikan, gorden-gorden pun turut menghalangi cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam kantor, hingga akhirnya menciptakan suasana remang yang agak horor. Tapi tahu apa yang harus dilakukan, Mas Putra mulai menghampiri salah satu sudut ruangan, kemudian menekan banyak saklar di sana hingga membuat lampu mulai menyala satu persatu. Seketika, ruangan yang sebelumnya gelap, kini langsung berubah menjadi terang benderang. Setelah menyalakan lampu, Mas Putra kembali berjalan menuju meja kerjanya yang berada di ujung.

Ruangan staff dimana Mas Putra bekerja memang berukuran cukup besar. Model kubikal atau sekat-sekat meja antara para karyawan sendiri, terdiri dari 6 baris, yang tiap barisnya disesuaikan dengan departemen masing-masing. Sementara di ujung-ujung sisi sekat, terdapat ruangan kaca berukuran 4x4 meter yang diperuntukkan untuk manajer. Sehingga kinerja para karyawan bisa langsung dipantau oleh masing-masing manajer.

Setelah sampai di meja kerjanya, Mas Putra menarik kursi dan mulai terduduk. Ia pun menyalakan komputer yang berada di sana. Kala komputer sudah menyala, seperti biasa, Mas Putra akan menyetel musik di komputernya kala ia bekerja sendirian, alasannya, untuk memberikan tambahan semangat. Setelah semua kebutuhan sudah lengkap, ia pun mulai menyusun materi.

Masih fokus dengan pekerjaannya, Mas Putra mulai merasa risih kini. Ia merasa, seperti ada yang memperhatikannya dari arah kanan ujung sana, ruangan milik manajernya, meski ia tahu saat ini kantor hanya ada dirinya seorang. Mas putra pun mulai menaruh rasa curiga. Apalagi ia tahu, bahwa kantor dimana dirinya bekerja ini, merupakan lokasi yang sering terjadi aktivitas gaib di dalamnya.

Memang mas Putra sendiri belum pernah merasakannya secara langsung. Tapi ia sering mendengar kabar itu dari rekan kerjanya, terutama dari para senior. Senior Mas Putra sering berkata, bahwa penunggu kantor memang cukup jail, tidak peduli siang atau malam, selama kantor sepi, maka mereka akan mulai menganggu. Dan sialnya, Mas Putra mulai kepikiran hal itu saat ini.

Bersamaan dengan firasatnya tadi, tentang sosok yang mengawasinya di ujung sana, bulu kuduk Mas Putra mulai berdiri, tubuhnya pun jadi merinding karenanya. Hawa dingin AC di sana juga tetiba saja agak terasa sedikit berbeda, menjadi dingin dan senyap. Karena penasaran dengan firasatnya, Mas Putra pun berniat membuktikannya sendiri, lalu dengan cepat, ia menoleh ke arah ujung sana. Tapi, ia tak menemukan siapapun. Tengok kanan-kiri berkali-kali, ia tetap tidak menemukan siapapun. Lalu di dalam kesendiriannya, Mas Putra pun bergumam, "Aduuuh! Perasaan gw doang kali ya?" ucapnya dengan perasaan heran. Suara musik pun semakin ia besarkan untuk memecah firasat buruknya.

Dan lagi-lagi, Mas Putra kembali merasa ada sosok yang memperhatikannya di ujung sana kala fokus menyusun materi. Masih menyimpan rasa heran, tetiba saja suara barang jatuh terdengar. Mas Putra pun menoleh, dan menemukan tumpukkan map sudah jatuh ke lantai. Lokasi perkara sama persis di ujung sana, berada tepat di dalam ruangan manajernya, yang juga dirasa ada sosok yang mengawasinya tadi dari sana. Merasa heran, Mas Putra pun menghampiri lokasi untuk mengecek langsung. Tapi ia tidak menemukan siapapun di sana, ruangan itu benar-benar kosong, hanya ada map yang sudah berserakan di lantai. Setelah merapihkan barang-barang yang jatuh, Mas Putra kembali berjalan ke meja kerjanya dengan perasaan was-was.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 pagi. Sudah cukup lama gangguan-gangguan tadi tidak lagi eksis, seakan menyiratkan bahwa situasi sekitar sudah normal kembali. Tidak ada lagi firasat buruk atau barang yang tetiba saja jatuh dengan sendirinya. Progress materi yang Mas Putra susun pun naik cukup siginifikan, awalnya demikian. Tapi saat fokus membuat diagram, Mas Putra mulai mendengar suara anak kecil yang tertawa geli. Suaranya memang terdengar samar, tapi ia yakin suara itu berasal tidak jauh dari sana.

Sontak, Mas Putra langsung menyapu pandangannya ke sekitar, dengan maksud mencari darimana suara itu berasal. Setelah menelaah baik-baik, matanya tertuju kembali ke meja ujung, lokasi yang sama dengan barang-barang jatuh tadi.

Saat ia memperhatikan ruangan manajernya dengan seksama dari kursi, Mas Putra melihat sekelebat kepala anak kecil seperti main cilukba dari balik meja. Meski sekilas, Mas Putra yakin benar bahwa barusan ia melihat wajah anak kecil, yang sosoknya menghilang dengan cepat ke kolong meja. Hawa mistis pun semakin mencekam, kala Mas Putra mendengar kembali suara tawa anak kecil itu lagi. Tentu hal barusan membuatnya menjadi paranoid sekarang. Untuk memecah rasa takutnya, volume musik pun semakin ia besarkan hingga ke titik maksimum.

Meski pengaruhnya hanya sedikit, tapi suara musik di sana lumayan cukup untuk mengurangi rasa takut di benaknya. Tapi seakan tidak mau kalah, suara tawa anak kecil itu malah terdengar semakin keras pula. Bahkan, asal suaranya kini telah berpindah ke bilik kerja yang ada di depan Mas Putra.

Seiring suara tawa anak kecil itu yang berpindah tempat, suasana di sana juga turut menjadi kacau. Mas Putra mulai kebingungan dan ketakutan di saat bersamaan. Bahkan saking syoknya, hanya untuk menggerakkan tangan atau kaki saja ia serasa tak mampu, seakan tubuhnya membeku di tempat.

Bahkan tidak cukup hanya dengan mendengar tawa misterius, Mas Putra pun kembali melihat wajah anak kecil tadi, dari balik meja kerja kubikal yang berada di seberangnya. Tidak seperti momen sebelumnya yang hanya sekelebatan, saat ini, mas Putra melihat wajah anak kecil itu secara penuh. Sosoknya yang sedang bermain cilukba saat ini, jelas terlihat sangat menakutkan baginya. Seorang anak berusia sekitar 5 tahun dengan wajah pucat, poni lurus sampai alis, dengan bola mata yang berwarna hitam seluruhnya.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Mas Putra langsung lari terbirit-birit menuju pintu keluar. Seiring dengan Mas Putra yang berlari kabur, suara cekikikan anak kecil itu terdengar semakin keras jua. Bahkan, terdengar pula suara meja yang seperti sengaja diinjak, suaranya pun berpindah dari satu meja ke meja lain, seakan anak kecil tadi sedang berlarian melompati meja kerja di sana untuk mengejar Mas Putra.

Dalam kondisi yang mencekam, kesialan justru menimpa mas Putra. Ia lupa, kalau pintu keluar hanya bisa dibuka dengan mengaksesnya menggunakan kartu ID karyawan. Sementara kartunya ID nya sendiri, justru ketinggalan di atas meja kerja. Dalam kondisi yang sempit dan tegang, dengan keberanian yang ala kadarnya, Mas Putra meneguhkan hati. Ia berniat untuk kembali menuju meja kerjanya yang berada di ujung sana, ia berniat mengambil kartu ID nya, karena ia tahu, mendobrak pintu hanya akan sia-sia.

Tapi, saat ia balik badan, suara ketawa dan langkah anak kecil tadi tetiba saja menghilang. Melihatnya sebagai sebuah kesempatan, Mas Putra langsung berlari menuju meja kerjanya. Setelah dapat ID card tersebut, ia langsung berlari kembali menuju pintu keluar, tanpa sempat berpikir mematikan musik atau mengambil tas kerjanya. Yang terpenting baginya kini hanya satu, keluar dari sana secepat mungkin, mumpung sosok anak kecil itu tidak ada, setidaknya Mas Putra berpikir demikian. Hingga kemudian, saat ia berlari menuju pintu keluar, ia tak sengaja menoleh ruangan manajernya, dan menemukan, bahwa anak kecil itu sedang berdiri di langit-langit atap. Ya, anak kecil dengan penampakan yang mengerikan itu, sedang berdiri di langit-langit atap dengan kepala yang menggantung ke bawah. Saat mas Putra memergokinya, anak kecil itupun kembali tertawa geli.

Tapi untung saja nasib berpihak kepada Mas Putra kini, ID card-nya berfungsi dengan baik sehingga ia bisa langsung kabur dari sana.

Setelah berhasil keluar dari dalam kantor, Mas Putra bergegas menuju pos security yang berada di luar. Dengan wajah panik sambil berlarian, seorang satpam di sana pun bertanya kepada Mas Putra, "Ada apa mas?"

Dengan nafas tersengal, Mas Putra pun mulai menceritakan semua yang dialaminya barusan dengan berkata, "Di-di-di lantai 2... ada setan anak kecil. Pake baju biru, celananya pendek warna merah kayak anak SD. Matanya hitam semua pak." Ucap Mas Putra memberi pengakuan dengan terengah-engah.

Alih-alih merespons dengan ikut panik, satpam itu malah menjawab santai dengan berkata, "Itumah udah biasa mas. Kalo hari libur sepi kayak gini, mereka emang suka nampakin diri. Yang paling sering, anak kecil yang suka lambain tangan dari kaca gedung. Malah pernah ada yang nelpon ke pos, tapi pas diangkat, cuma kedengeran suara anak kecil ketawa cekikikan. Mungkin sama kayak yang mas liat barusan." Ucap satpam tersebut dengan santai.

Mendengar penjelasan sang satpam barusan, Mas Putra menjadi semakin yakin bahwa memang sosok anak kecil tadi pasti bukan halusinasinya semata. Lalu kepada satpam itu, Mas Putra pun kembali berkata, "Pak, tolong temenin saya dong ke lantai 2 lagi. Saya kelupaan tas sama barang-barang saya di sana."

Tapi dengan halus, sang satpam pun menjawab, "Maaf mas, saya juga gak berani. Biasanya, setan anak kecil itu sering nampakin diri pas pagi atau siang. Kalo mau, mas pulang aja dulu. Nanti ke sana lagi pas sorean aja. Kalo udah sore, biasanya udah aman." Ucap sang satpam berdasarkan pengalamannya selama ini.

Mas Putra pun langsung menyanggahnya dengan berkata, "Yaaa... tapi gimana ya pak? Hape sama kunci motor saya ada di dalam tas. Gak bisa pulang juga saya."

Dan dengan meyakinkan, sang satpam pun berkata, "Yaudah, saya orderin ojek online aja ya mas. Saya talangin dulu juga gapapa deh, daripada saya masuk ke sana. Nanti sore, biar shift berikutnya yang anterin mas ke sana."

Setuju dengan saran tersebut, sang satpam pun mulai memesan ojek online via ponselnya. Tak lama kemudian, ojek yang dipesan pun sampai. Setelah mengucapkan terimakasih kepada sang satpam, ojek yang ditumpangi Mas Putra pun mulai melaju.

Dan saat sore sudah membentang, Mas Putra kembali ke kantornya dengan diantar seorang teman. Sesampainya di sana, Mas Putra pun langsung meminta bantuan, kepada satpam yang baru berganti shift dengan yang sebelumnya menuju lantai 2, tanpa mengatakan kejadian horor tadi pagi kepada satpam itu.

Saat mereka berdua sudah di lantai 2, Mas Putra membuka pintu masuk dengan ID card-nya. Dan saat berjalan ke ujung, ia menemukan bahwa meja kerjanya sudah begitu berantakan. Map-map yang sebelumnya berjejer rapih di atas meja, kini terlihat berserakan di bawah lantai. Bahkan, komputer yang berada di atas meja kerjanya pun masih dalam posisi hibernasi.

Dengan dibantu oleh sang satpam, Mas Putra mulai membereskan barang-barang yang berserakan. Setelah selesai, mereka berdua berderap keluar ruangan. Saat sudah berada di pos security, barulah Mas Putra menceritakan kepada satpam itu perihal apa yang dialaminya tadi pagi. Sang satpam pun tidak bereaksi berlebihan, mungkin ia sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Dan berkat kejadian horor hari ini, mas Putra pun kapok jika harus bekerja lembur sendirian di kantor.

END.

===============================

## Makasih banyak yang udah baca cerita ini sampai habis.

## Tolong di vote ya manteman :)

===============================

Note :

Cerita ini juga bisa dinikmati dalam bentuk podcast. Silahkan kunjungi youtube di bawah :

Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)

https://www.youtube.com/channel/UCFtMSLJ45g63Hou1yZw7Dlw

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Quotes Bucin 053
0
0
Kehidupan layaknya seperti bunga sakura yang gugur dan bersemi kembali beriringan dengan waktu. Ada kalanya kita akan menangis sampai tak mampu bersuara. Tapi ada kalanya kita akan tersenyum bahagia, sampai lupa kalau kita pernah jatuh ke dalam rasa putus asa kemarin.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan