
"Dimanapun kalian berada, aku selalu mengintaimu."
Semua thread horror yang ada di sini sudah diadaptasi ke dalam bentuk podcast. Silahkan kunjungi Youtube ini : Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)
Suci baru lulus kuliah keperawatan pertengahan tahun lalu. Dan saat ini, ia bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit selama 8 bulan terakhir setelah kelulusannya.
Rumah sakit dimana suci bekerja saat ini, adalah rumah sakit yg sama dengan saat ia magang dulu. Karena saat magang penilaian kinerja suci dianggap mumpuni dan baik, jadilah suci dipanggil kembali oleh rumah sakit ini untuk bekerja secara profesional setelah lulus.
Selama berbulan-bulan bekerja, suci ditugaskan di lantai 2 atau 3 gedung rawat inap. Tapi 3 Minggu terakhir, ia dipindah tugaskan ke bagian UGD, atau Unit Gawat Darurat.
Tidak ada alasan khusus atas kepindahannya tersebut. Pihak rumah sakit memang memiliki aturan demikian, untuk membuat para tenaga medisnya memiliki jam terbang yang lebih, membuat mereka menjadi profesional, hingga nantinya mampu memberikan pelayanan medis yang baik dan memuaskan kepada pasien. Karena jika pelayanan rumah sakit mendapat penilaian bintang 5, maka nama rumah sakit itu sendirilah yang akan harum namanya. Dan sudah waktunya bagi Suci, mendapat pengalaman yang lebih dengan bekerja di bagian UGD.
Minggu lalu, suci mendapat shift siang. Selama seminggu itu, pekerjaannya pun berjalan dengan meninggalkan kesan pahit dan rasa kesal. Ya, memang 2 kali ia melihat pasien meninggal dunia di ruang UGD. Satu pasien meninggal karena kecelakaan, satunya lagi meninggal karena keracunan. Dan hal itulah yang membuatnya kesal serta sedih karena tidak bisa menyelamatkan pasien tersebut meski sudah berusaha semaksimal mungkin.
Dibilang syok, sejujurnya suci memang masih belum terbiasa dengan itu. Tapi selama 8 bulan bekerja sebagai perawat, sebenarnya ia sudah melihat kejadian pasien meninggal dunia sebanyak belasan kali. Jadi dibandingkan dengan pengalaman pertamanya dulu saat melihat pasien meninggal, rasa syok yang dirasakan suci terasa lebih menipis sekarang. Bukan berarti ia tidak lagi memiliki empati, suci tetap merasa iba dengan pasien serta keluarga yang ditinggalkan. Ia pun tetap merasa kesal dan sedih kala ada pasien yang gagal diselamatkan. Tapi seiring berjalannya waktu, suci kini mulai sadar, bahwa pekerjaan yang ia pilih, memanglah seperti ini.
Dan Suci pun terus berdoa, semoga pasien yang ia tangani, diberikan kesembuhan dan kesehatan kembali seperti sedia kala.
Setelah Minggu lalu dapat jatah shift siang, kini suci mendapatkan jatah shift malam. Dan sesuai dengan apa yang tertera di dalam instruksi aturan rumah sakit, suci akan dinas malam dengan ditemani oleh 2 perawat lain.
Tapi, satu rekannya malam ini berhalangan untuk hadir. Rekan seniornya yang bernama aswan meminta izin kerja karena ada urusan keluarga. Dengan absennya aswan, maka malam ini, suci hanya akan berjaga dengan seniornya yang lain bernama Mbak Rika, seorang perawat berusia 39 tahun.
Suci dan Mbak Rika kini sedang duduk bersebelahan di depan meja yang dipenuhi oleh berkas-berkas. Masing-masing dari mereka sedang mengecek data dengan seksama. Hal seperti itupun terus berlangsung beberapa saat. Hingga kemudian, datanglah seorang perawat dari lorong belakang UGD dengan wajah tergesa-gesa. Dihadapan Suci dan Mbak Rika, perawat perempuan itupun berkata, "Mbak Rika, tolongin saya. Saya butuh bantuan."
Mbak Rika pun langsung menanggapinya dengan menimpal, "Ada apa?"
Lalu perawat itupun menjelaskan, "Tolong benerin infusan pasien di kamar 207. Infusannya lepas, saya dari tadi nyoba gagal terus."
Mbak Rika memang terkenal dengan kepiawaiannya memasang infusan pada pasien. Ia cekatan dalam melakukan hal itu. Jadi dengan senang hati, Mbak Rika pun mengindahkan permintaan perawat tersebut. Lalu mereka berdua pun mulai berjalan menuju kamar dua kosong tujuh. Meninggalkan suci untuk berjaga sendirian di dalam UGD.
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Sudah sekitar 15 menit yang lalu mbak Rika izin untuk pergi ke kamar dua kosong tujuh. Meninggalkan suci untuk berjaga sendirian di UGD kini.
Malam inipun, UGD dalam kondisi yang kosong. Benar-benar kosong tanpa adanya satupun pasien yang terbaring di sana. Malam ini juga merupakan kali pertama bagi suci berjaga malam di UGD. Ia berpikir, bahwa kondisi seperti ini adalah sebuah hal normal. Di dalam suasana yang hening itu pula, Suci terus mengecek berkas-berkas yang menumpuk di hadapannya dengan seksama.
Lalu saat suci sedang membaca sebuah berkas, tetiba saja ia mendengar suara derit pintu terbuka. Dengan sigap, suci pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu depan. Ia melihat pintu memang terbuka di sana, tapi suci yakin tidak ada orang yang masuk barusan. Lalu dengan rasa penasarannya, ia pun beranjak dari kursi untuk mengecek apa yang barusan terjadi.
Setelah berjalan keluar masuk berulang-ulang, menyapu pandangan ke berbagai arah, mengecek setiap sudut ruangan, suci tidak menemukan siapa-siapa di sana. Baik ruangan di dalam UGD, maupun beranda yang berada di luar UGD, suci tidak menemukan siapa-siapa di sana, situasinya benar benar kosong, ia hanya bisa menemukan dirinya sendiri di keheningan malam. Angin pun sempat berhembus kencang menerpa Suci yang kini berada di beranda UGD. Lalu dengan perasaan heran sembari melirik-lirik, suci pun kembali masuk ke dalam ruangan dengan bertanya-tanya dalam hati. Lalu ia menutup pintu, dan kembali menuju meja kerjanya.
Saat sedang membaca sebuah berkas, Suci kembali terkesiap saat pintu UGD lagi-lagi terbuka. Tapi berbeda dengan kejadian janggal sebelumnya, kini suci melihat seorang perempuan setengah baya baru saja membuka pintu, dan mulai berjalan menuju arahnya.
Wanita itu terlihat sedang meringis seperti menahan rasa sakit. Suci yang tahu akan hal itu pun seketika menaruh berkas yang ia pegang dan berkata, "Bu, ibu kenapa?" Tanya suci sembari berjalan mendekati wanita tersebut.
Sembari meringis kesakitan, wanita itupun bertutur, "Sus, tolongin saya. Badan saya sakit semua. Tolong rawat saya sampai sembuh." Ucapnya memohon dengan melas di hadapan Suci.
Mendengar ucapan wanita itu, suci pun merespons, "Iya baik Bu. Saya akan tolong. Ibu bawa KTP sama kartu BPJS?"
Mengerti maksud perkataan suci, wanita itu pun menjawab, "Iya saya punya. Sebentar saya ambil dulu." Ucap si wanita. Ia pun mulai merogoh sakunya, lalu memberikan kartu identitas yang diminta kepada suci.
Suci pun mulai mendata. Namun karena membutuhkan waktu agak lama, suci menyuruh wanita itu untuk berbaring di kasur perawatan, ia tak tega melihat kondisi sang wanita yang terus meringis kesakitan. Wanita itu pun menuruti perintah suci, ia segera menghampiri kasur yang paling dekat lalu membaringkan tubuhnya di sana. Dan setelah selesai mendata, dengan cekatan suci pun mulai memeriksa wanita itu.
Tapi saat memeriksa kondisi pasiennya, suci merasa terkejut bukan main. Bukan hanya karena kulit sang wanita yang pucat dan kering, tapi termometer yang ia gunakan untuk mengecek suhu tubuhnya pun menunjukkan hal janggal. Suhu wanita itu berada di angka 27 derajat celsius. Ya, itu adalah suhu yang umumnya ditemukan pada seorang mayat. Dan selama perjalanan suci sebagai seorang perawat, baru kali ini ia menemukan kasus seorang pasien memiliki suhu serendah itu.
Jadi, benak suci saat ini memunculkan satu pertanyaan. Siapakah orang yang sedang ia periksa saat ini?
Tapi suci mencoba berpikir waras. Suci berpikir kalau termometer yang ia gunakan barusan mungkin rusak. Karena itu, suci mencoba mencari termometer lain dan mengecek suhu tubuh wanita itu ulang.
Tapi sama, saat suci mengecek ulang suhu tubuh wanita itu dengan termometer lain, angka yang muncul tetap saja 27 derajat celsius. Bahkan setelah 4 kali mengganti termometer, suci mendapatkan kenyataan yang sama.
Sembari bertanya-tanya dalam hati, suci pun melirik wajah wanita itu pelan. Mereka pun bertatapan kini. Dan tetiba saja, bulu kuduk suci berdiri hingga membuatnya bergidik.
Mulai curiga dan merasa ada yang tak beres, suci pun berkata kepada wanita itu, "Tunggu... Di sini sebentar ya Bu." Lalu suci pun bergegas meninggalkan ruang UGD, menyusuri lorong belakang menuju kamar dua kosong tujuh, dimana mbak Rika seniornya saat ini berada.
Tapi baru juga ingin menaiki tangga menuju lantai 2, suci justru melihat Mbak Rika turun dari lantai 2. Mereka pun berpapasan kini di lorong tangga. Lalu dengan lidah agak sedikit kelu, suci pun berkata, "M-m-mbak... A-ada pasien di... Ruang UGD. Tapi... suhunya 27 derajat." Ucap suci terbata-bata.
Tak begitu mengerti maksud perkataan suci barusan, Mbak Rika pun berceletuk, "Kamu tuh kenapa? Kok gugup gitu?"
Merasa sulit menjelaskannya, suci pun hanya bisa berkata sekali lagi dengan bertutur, "Kita ke UGD aja. Biar mbak lihat sendiri." Lalu mereka pun bergegas menuju UGD dengan langkah cepat.
Dan saat sampai di dalam ruang UGD, suci semakin merasa terkejut, kala ia melihat bahwa kondisi ruangan dalam keadaan kosong. Tidak ada siapapun di sana. Wanita yang ia periksa tadi pun seakan menghilang dari sana.
Dengan kondisi kebingungan, suci pun mulai berjalan keluar masuk mencari sosok wanita tadi. Mencari di setiap sudut berkali-kali, tapi tetap saja, ia tidak menemukan siapapun di sana. Berakhir nihil, suci mencoba menjelaskan apa yang ia alami barusan kepada Mbak Rika dengan berkata, "Mbak, seriusan. Tadi ada perempuan masuk sini. Mukanya tuh kayak lagi nahan sakit. Terus pas aku periksa suhu tubuhnya, itu angkanya ada di 27 derajat. Itu kan suhu mayat mbak."
Mencoba berpikir logis, Mbak Rika pun menjawab, "Termometer yang kamu pakai rusak pasti itu. Terus juga sekarang orangnya kemana?"
Dan seketika, suci pun langsung menimpalinya dengan berkata, "Aku udah ganti 4 kali Termometernya. Tapi ya sama. Makanya aku tadi nyamperin Mbak, supaya mbak bisa liat sendiri. Oh iya, nih... Aku tadi juga udah minta KTP sama kartu BPJS-nya. Kalo gak salah namanya Irma deh. Bentar aku ambilin." Ucap Rika barusan dengan kekeh. Lalu ia pun segera menghampiri meja kerja dimana ia menaruh KTP dan kartu BPJS wanita tadi di sana.
Tapi saat suci melihat dengan seksama meja kerja di sana, ia tak dapat menemukan kartu identitas wanita tadi sama sekali. Di atas meja tidak ada. Di dalam laci tidak ada. Di kolong meja tidak ada. Di dalam sakunya pun tidak ada. Kemana pun suci mencari, ia tidak dapat menemukan kartu identitas wanita tadi.
Tapi tersisa satu bukti bahwa apa yang dikatakan suci adalah benar. Dengan jelas, suci menulis nama wanita itu ke dalam data base rumah sakit. Nama wanita tadi dengan segala informasi lainnya sudah tercantum jelas saat ini di dalam komputer.
Lalu setelah berhasil diyakinkan oleh suci, Mbak Rika pun berkata, "Yaudah gapapa. Namanya juga rumah sakit. Pasti ada aja hal kayak gitu. Sekarang gak usah dipikirin. Jadiin buat pengalaman kamu aja." Tutur mbak Rika menenangkan.
Tapi masih merasa kekeh, suci pun malah menimpalinya dengan berkata, "Mbak, kalau kita cek cctv aja gimana?"
Mbak Rika pun langsung menjawab, "Cek cctv sekarang juga percuma. Gak ada yang bisa akses. Nanti pagi baru bisa." Tegasnya sembari menduduki kursi yang berada di depan meja kerja.
Suci sendiri sebenarnya sudah gatal untuk mengecek cctv sekarang juga, karena ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi barusan kepada dirinya. Tapi sesuai dengan apa yang dikatakan mbak Rika barusan, suci harus menunggu saat pagi nanti tiba. Kala orang yang memiliki wewenang untuk mengecek cctv telah datang.
@ @ @ @ @
Singkat cerita, kini waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi. Suci sudah berganti shift sejak satu jam yang lalu. Harusnya pun ia sudah pulang ke rumahnya kini. Tapi saat ini suci masih berada di rumah sakit untuk mengecek kejadian tadi malam melalui cctv. Ia sedang menunggu seseorang yang memiliki wewenang untuk mengakses cctv.
Dan baru saja, orang yang memiliki wewenang untuk melakukan itu datang, sang kepala keamanan rumah sakit baru saja datang. Lalu dengan wajah menggebu, suci meminta kepadanya untuk mengecek cctv yang terpasang di UGD, untuk diperlihatkan apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.
Setelah menjelaskan panjang lebar kepada kepala keamanan tentang apa yang ia alami tadi malam, pak Aryo pun memberinya izin untuk mengecek cctv. Mereka langsung menuju ruang kontrol cctv yang berada di lantai 2. Lalu diputar ulanglah rekaman cctv di sana menuju beberapa jam kebelakang. Atau lebih tepatnya, waktu dini hari tadi, saat pasien wanita itu masuk ke dalam ruang UGD. Dan saat rekaman cctv diputar ulang, pak Aryo pun berceletuk, "Mbak, kamu ngomong sama siapa?" ucap pak Aryo dengan heran sembari melirik Suci.
Ya, visual cctv itu memperlihatkan bahwa suci sedang berbicara sendiri di sana. Bukan hanya itu, ketika cctv diputar secara utuh dari awal, visualnya akan memperlihatkan secara lengkap suci yang sedang sibuk melayani seorang pasien. Mulai dari meminta kartu identitas pasien, mencatat identitas sang pasien, mengecek suhu tubuhnya, sampai sibuk mencari termometer. Dan anehnya, suci hanya sendirian di sana, tidak terlihat satupun pasien yang memasuki UGD tadi malam.
Dan hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, bahwa pintu UGD tidak pernah terbuka dengan sendirinya malam tadi, kecuali suci sendirilah yang membukanya tadi malam kala ia mengecek ke sekeliling.
Jadi jika apa yang diperlihatkan oleh cctv barusan adalah hal benar, maka apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah pasien yang suci layani saat dini hari tadi?
Tentu hal janggal itu tidak ada yang bisa menjawabnya. Karena itu, Suci pun hanya bisa keluar dari ruangan cctv sembari bertanya-tanya dalam hati.
Lalu saat ia ingin kembali ke ruang UGD untuk mengambil barang-barangnya untuk pulang, suci melihat seorang jenazah baru saja dimasukan ke dalam kamar mayat. Ia juga melihat beberapa warga biasa dan 3 orang polisi ada di sana seakan sedang mengawal mayat tersebut. Tanpa bertanya, suci yakin bahwa mayat itu adalah korban pembunuhan atau semacamnya, karena itulah ada polisi di sana. Dan suci juga yakin, bahwa mayat itu baru saja datang.
Tapi melihat kamar mayat yang menjadi ramai saat ini, suci pun menjadi penasaran karenanya. Lalu ia pun menunda kepulangannya untuk ikut menimbrung, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada mayat itu.
Hingga akhirnya, bungkus mayat pun sedikit dibuka hingga menampilkan kepala dan wajah sang mayat. Suci yang melihat mayat itupun sontak menjadi agak histeris dalam batin. Dengan sadar, suci ingat betul wajah sang mayat sama persis dengan wanita tadi malam yang ia periksa.
Dalam rasa histerisnya, suci pun mencoba bertanya kepada salah satu orang di sana, orang yang mungkin tahu kejadian sebenarnya tentang mayat tersebut. Kepada orang itu, Suci pun berkata, "Maaf pak. Nama mayatnya siapa ya? Terus meninggalnya kenapa?" Ucapnya dengan hati-hati.
Lalu laki-laki itupun menjawab, "Namanya Irma mbak. Dia warga kampung saya. Dia di siksa suaminya, korban kdrt. Kayaknya matinya dicekik. Mayatnya juga kayaknya udah meninggal dari 2 hari yang lalu." Ucap laki-laki itu menjelaskan.
Mendengar penjelasan itu, suci pun semakin histeris di dalam batinnya. Bukan hanya wajah sang mayat yang sama persis dengan apa yang ia lihat tadi malam, bahkan namanya pun sama. Terlebih, mayat itu dikabarkan telah meninggal 2 hari yang lalu. Dan jika benar demikian, lantas siapakah yang tadi malam suci hadapi?
Merasa cukup dengan hal penuh kejanggalan hari ini, suci pun akhirnya memutuskan untuk pulang dengan batin yang masih histeris. Ia pun menceritakan kejadian ini kepada keluarganya sesampainya di rumah.
Dan beruntung bagi suci, karena ia memiliki ayah dan ibu yang pengertian. Rasa syok yang sedang menyelimutinya kini pun mulai memudar perlahan, kala orangtuanya memberikan nasehat bijak kepadanya dengan intonasi hangat, yang akhirnya mampu membuat jiwa dan pikiran Suci menjadi tenang kembali. Dan sama seperti apa yang dikatakan mbak Rika tadi malam, orangtua suci pun mengatakan hal yang sama pula sekarang. Bahwa apa yang baru saja dialami oleh suci, tidak perlu ia pikirkan terlalu dalam. Cukup jadikan itu... sebagai pengalaman hidup yang berharga.
END.
Note :
Cerita ini juga bisa dinikmati dalam bentuk podcast. Silahkan kunjungi youtube di bawah :
Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)
https://www.youtube.com/channel/UCFtMSLJ45g63Hou1yZw7Dlw
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
