Arwah Pembalap Liar (THREAD HORROR)

0
0
Deskripsi

"Dimanapun kalian berada, aku selalu mengintaimu."

Semua thread horror yang ada di sini sudah diadaptasi ke dalam bentuk podcast. Silahkan kunjungi Youtube ini : Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)

Kisah ini berasal dari seorang pria paruh baya berusia 36 tahun. Sebut saja namanya Deni. Dan latar belakang kisah mistis yang dialaminya sendiri, terjadi pada tahun 2013 silam, di kampung halamannya, di kota solo.

Deni memiliki teman baik yang bernama Yano. Hubungan mereka bahkan bukan hanya sekedar teman lagi, melainkan sudah seperti saudara kandung.

Mereka berdua tinggal di satu desa yang sama. Bahkan bukan hanya itu, sedari SD sampai lulus SMK, keduanya pun selalu bersama-sama. Menempuh pendidikan di sekolah yang sama, jurusan yang sama, bahkan masuk di kelas yang sama pula.

Mungkin karena lamanya kebersamaan tersebut, Deni maupun Yano akhirnya punya satu frekuensi pemikiran yang sama. Dan setelah lulus SMK, dengan lantang, mereka pun meneriakan impian mereka bersama, yaitu membuka usaha bengkel motor.

Tapi karena belum punya cukup modal untuk membuka usaha, keduanya pun memutuskan untuk mencari kerja diperantauan, hanya untuk sekedar mengumpulkan modal semata.

Pada waktu itu, mereka pun mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik di sebuah perusahaan yang bermarkas di Jakarta. Mereka diterima dan dikontrak dengan durasi yang sama. Selama 3 tahun bekerja, baik Deni maupun Yano, akhirnya memutuskan untuk kembali pulang ke kampung, momentum yang pas dengan kontrak mereka yang habis. Tapi berbeda dengan kebanyakan para perantau lain yang jika habis kontrak akan merasa patah semangat, Deni dan Yano pada waktu itu justru pulang ke kampung dengan wajah sumringah.

Ya, setelah bekerja 3 tahun di perantauan, setelah berhasil mengumpulkan modal yang cukup, mimpi keduanya untuk membuka usaha bengkel di kampung halaman sendiri pun akhirnya tercapai. 4 bulan selepas pulang kampung, dengan patungan modal, akhirnya usaha bengkel motor yang mereka cita-citakan pun terwujud.

Singkat cerita, 3 tahun pun telah berlalu. Bengkel yang Deni dan Yano bangun bersama kini telah tumbuh perlahan. Setiap hari, ada belasan bahkan puluhan motor yang melipir ke bengkel mereka untuk diservis. Bahkan dengan keuntungan yang lumayan, mereka pun sanggup mempekerjakan satu orang montir lagi untuk ikut membantu.

Usaha bengkel keduanya saat ini memang sedang dalam tahap yang baik. Meski harus membayar satu orang karyawan serta uang sewa ruko perbulannya, untung yang masuk ke kantung mereka pun masih lebih dari sekedar cukup.

Tapi, dari sanalah masalah pun muncul.

Untung dari usaha bengkel per harinya akan dibagi menjadi 3 titik. Satu untuk bayar karyawan, satu untuk membayar sewa ruko, dan satunya lagi akan dibagi rata kepada Deni dan Yano.

Deni memang piawai dalam mengelola keuangan. Keuntungan yang ia dapat pasti akan dikelola sebaik mungkin. Tapi tidak dengan Yano.

Setahun terakhir, Yano sedang demam dengan balapan liar. Anak-anak yang suka nongkrong di bengkel mereka akhirnya menjerumuskan Yano ke dalam hal buruk. Ya, sekarang Yano jadi suka ikut balapan liar karena pengaruh mereka.

Kini, setiap untung yang didapat Yano dari usaha bengkel, akan habis dalam waktu seminggu saja, habis hanya untuk memodifikasi motor kesayangannya. Bukan untuk rasa puas, melainkan untuk dapat memenangkan balapan liar. Dan lebih parah lagi, bahwa Yano sendirilah yang menjadi pembalapnya.

Belum cukup dengan kebiasaan buruk barunya tersebut, Yano bahkan sering memaksa Deni untuk meminjamkan uangnya. Meminjam uang untuk mengupgrade motornya agar menjadi lebih sangar lagi. Seakan-akan memodifikasi motor lalu memenangkan balapan liar adalah segala-galanya bagi Yano saat ini. Dan sejujurnya, hal itulah yang membuat hubungan diantara keduanya kini menjadi sedikit merenggang.

Tapi dari lubuk hati yang paling dalam, Deni sendiri merasa sedih dengan kelakuan Yano yang sekarang. Ia tak menyangka, bahwa teman baiknya itu kini sudah berubah. Bahkan nasehat baik yang ia sampaikan kepada Yano hanya seperti angin lalu yang tidak berarti baginya.

Dan di sore hari ini pun, hal itu terjadi lagi.

Saat ini, kondisi bengkel sedang sepi, tidak ada motor yang melipir untuk diperbaiki. Satu jam lagi, bengkel pun akan ditutup. Dan seperti biasa, jika sudah akhir pekan seperti sekarang, teman tongkrongan Yano yang telah menjerumuskannya ke dalam dunia balap liar akan datang ke bengkel untuk nongkrong-nongkrong. Ya, saat ini, Yano dan teman-temannya sedang membicarakan acara balap liar yang akan diadakan tengah malam nanti.

Disela-sela obrolan mereka, Deni yang berada di sana pun mencoba mendekati Yano yang sedang mencari sebuah sparepart di etalase. Dengan niat ingin menasehati Yano, Deni pun berkata, "No, udahlah. Gak usah ikut-ikutan balap liar lagi. Sayang sama nyawa. Udah duit abis, nyawa lu juga bisa melayang nanti." Ucap Deni barusan menasehati.

Tapi alih-alih sadar dengan perbuatan buruknya, Yano pun malah menjawab dengan berkata, "Ini hidup gw bos. Ini hal yang buat gw bahagia. Dan lu tenang aja, utang lu pasti gw bayar kok. Selow." Ucap Yano sembari menepuk bahu Deni.

Mendengar jawaban Yano barusan, Deni pun kembali menimpal, "Ini bukan soal utang. Lu itu udah gw anggap kayak saudara. Gw cuma takut lu kenapa-kenapa."

Tapi dengan kepala batunya, Yano pun malah menimpal ucapan Deni barusan dengan berkata, "Tenang aja, gw bakal jadi pembalap handal. Ntar malam, gw pasti menangin balapan pertama gw. Duitnya gede bos kalo menang, utang lu pasti langsung gw bayar. Oke?" tutup Yano mengakhiri kalimatnya.

Ini bukanlah kali pertama nasehat Deni diabaikan. Ini adalah kesekian kalinya nasehat Deni diacuhkan. Dan seperti inilah Yano sekarang. Dengan ambisi besarnya, bukan hanya uang yang ia habiskan, tapi nyawanya sendiri pun sudah ia pertaruhkan hanya untuk memenangkan balapan liar.

@ @ @ @ @

Malam telah membentang. Jam 5 sore tadi, Deni dan Yano yang habis menutup bengkel pun bergegas pulang setelahnya. Tapi tidak seperti Deni yang langsung pulang ke rumah setelah menutup bengkel, Yano justru langsung kabur menuju base camp tongkrongannya dengan membawa motor kesayangannya. Motor yang selalu ia pakai ketika mengikuti balapan liar. Tentu, Yano pasti akan ikut balapan liar yang diadakan malam ini.

Kini, waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Saat ini, Deni sedang berada di dalam rumahnya, ia sedang menonton bola di layar kaca, menonton tim kesayangannya, tim dengan jersey merah dari kota Manchaster yang sedang bertanding. Dengan keunggulan yang tipis, Deni terus menonton tim kesayangannya tersebut dengan penuh rasa antusias.

Lalu saat Deni sedang enak menonton bola di sana, terdengar suara ketukan pintu beberapa kali. Ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Tidak membutuhkan waktu lama, Deni pun berderap membukakan pintu, meski ia sendiri heran, siapa yang bertamu ke rumahnya malam-malam begini.

Suara derit pun terdengar sesaat kala pintu dibuka. Lalu setelah pintu terbuka sepenuhnya, di ujung matanya, Deni melihat jelas Yano yang sedang berdiri mematung. Yano yang ada dihadapannya kini pun terlihat begitu pucat. Dengan sedikit perasaan heran, Deni pun bertanya kepada Yano dengan berkata, "Eh, elu No?" sapa Deni barusan. Lalu Deni pun melanjutkan, "Ada apa ke sini malam-malam? Oh iya, katanya tadi lu mau ikut balapan malam ini? Gak jadi?" tanya Deni dengan santai.

Lalu, Yano pun menjawabnya dengan berkata, "Besok, motor jual aja. Buat bayar utang." Tuturnya dengan intonasi dingin. Setelah kalimat berusan terucap, Yano pun meluyur pergi dari sana dengan berjalan kaki. Yang pada akhirnya, membuat Deni kebingungan saat ini, ia pun hanya mampu mengernyitkan dahinya dengan memendam rasa heran kini.

Deni sendiri merasa heran karena 2 hal. Pertama, untuk apa Yano repot-repot datang ke rumahnya semalam ini hanya untuk mengatakan kalimat barusan. Kedua. Deni begitu heran dengan Yano yang pulang berjalan kaki. Kenapa ia tidak membawa motornya saja tadi? Dan kalaupun ada hal lain yang membuat Deni heran adalah, bukannya Yano saat ini harusnya sedang ikut balapan?

Tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa ia pendam dalam hati saja. Lalu Deni pun kembali menutup pintu, dan lanjut menonton pertandingan sepak bola.

Hingga dikeesokan harinya pun tiba.

Pagi ini, Deni terkejut bukan main. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat Yano, teman baiknya sudang terbujur kaku dengan balutan kain kafan kini. Bahkan rasa terkejutnya pun semakin menjadi-jadi, kala ia tahu bahwa Yano tewas saat balapan liar tadi malam. Yano tewas saat terjatuh dari motor dengan kepala yang membentur keras separator jalan. Bahkan mayatnya saat ini terlihat luka lebam besar di bagian wajah, hidungnya pun dalam kondisi yang patah.

Bahkan setelah bertanya lebih jauh, Deni pun mendapat fakta bahwa Yano tewas sekitar pukul setengah 12 malam di dalam UGD rumah sakit. Ya, Yano sempat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi hidup. Tapi beberapa menit berselang, nyawanya pun tidak dapat terselamatkan.

Lalu dengan fakta barusan yang ia dengar, jika memang kejadian itulah yang sebenarnya terjadi, Deni pun kini memendam satu pertanyaan besar di dalam batinnya. Jika memang Yano tewas di UGD saat pukul setengah 12 malam, lalu Yano yang ditemuinya sekitar pukul 12 malam kemarin itu siapa?

Tapi tidak mau berpikiran aneh-aneh, apalagi memberitakan hal tersebut kepada keluarga Yano yang saat ini sedang berduka, Deni pun memutuskan untuk tutup mulut. Ia beranggapan bahwa kejadian itu akan lebih baik jika dipendam saja.

Dan setelah prosesi pemakaman, Deni pun memutuskan untuk menutup bengkel selama 3 hari ke depan.

@ @ @ @ @

Seminggu telah berlalu semenjak kematian Yano. Meski kecelakaan itu sampai menewaskan Yano, tapi dengan luar biasa, motor kesayangannya justru tidak mengalami rusak parah. Dengan sedikit dipoles dan diperbaiki, motor tersebut kini kembali dalam kondisi yang layak pakai. Bahkan dengan menganggapnya sebagai kenang-kenangan dari teman lama, Deni justru membuat motor tersebut terlihat lebih elegan lagi. Dengan memolesnya sedemikian rupa, motor tersebut pun terlihat lebih menarik lagi kini.

Ya, Deni hanya bisa melakukan ini sebagai tanda terimakasih kepada sahabatnya yang sudah mau banting tulang bersama membesarkan bengkel. Kalaupun ada hal lain, Deni menganggap ini sebagai bentuk hadiah kepada sahabat terbaiknya yang sudah ia kenal sejak kecil.

Dan seakan tidak cukup sampai di sana, sebagai bentuk rasa hormatnya kepada Yano, Deni dengan sengaja memajang motor kesayangan Yano di dalam bengkel. Dengan adanya motor itu, Deni menganggap bahwa Yano masih ada di sana untuk ikut membantunya bekerja, atau setidaknya, dengan melihat motor tersebut, Deni menjadi semangat kembali dalam bekerja.

Lalu setelah seharian menservis banyak motor hingga membuatnya kelelahan, Deni dan dua karyawannya pun akhirnya menutup bengkel, karena waktu yang sudah di penghujung hari kini. Setelah beres-beres dan membayar upah harian para karyawan, baik Deni dan 2 karyawannya pun pulang ke rumah masing-masing.

Hingga di keesokan harinya, saat Deni sampai di bengkel, ia pun mendapat omelan beberapa orang di sana. Ya, motor kesayangan Yano yang ditaruh di dalam bengkel, dikabarkan terus menggerung saat tengah malam tadi. Yang pada akhirnya membuat orang-orang yang tinggal disekitarnya menjadi terganggu, lalu komplain kepada Deni kini.

Deni yang kebingungan pun mencoba menerangkan kepada beberapa orang itu dengan berkata, "Pak, bu, bengkel saya tutup jam 5 sore. Dan gak ada orang yang tinggal di sini kalau malam. Saya sama karyawan pada pulang ke rumah. Jadi harusnya, bengkel ini kosong. Mungkin suara geber motornya bukan dari dalam sini, tapi dari tempat lain." Ucap Deni menjelaskan.

Tapi dengan keyakinan penuh, salah satu orang di sana pun menyahut dengan berkata, "Enggak mas. Suara geber motornya dari dalam bengkel mas. Saya ngecek sendiri kok tadi malam. Terus pas saya gedor tirai besinya, baru suaranya berhenti. Tapi gak lama, ya bunyi lagi. Kan saya sama warga lain yang tinggal di sini jadi ke ganggu." Ucap orang itu memprotes.

Tentu, Deni pun hanya bisa kebingungan saat ini. Karena ia tahu, tidak ada orang yang tinggal di bengkelnya saat malam. Bengkel dibuka hanya saat jam kerja saja. Jadi jika ada yang menyalakan motor milik Yano tadi malam, lantas siapakah yang menyalakannya?

Dan selama 5 hari penuh, kejadian itu terus berlanjut di tiap tengah malam. Tanpa ada alasan yang logis, motor Yano akan menggerung di setiap malamnya. Mungkin di awal-awal Deni tidak percaya dengan berita itu dan menganggapnya tabu. Tapi 2 hari terakhir, dengan mata kepalanya sendiri, Deni mendengar dan melihat bahwa motor itu memang menyala dengan sendirinya. Dan hal itulah yang pada akhirnya, membuat Deni kepikiran akan satu hal.

Setelah mencoba menimbang-nimbang, Deni pun akhirnya memutuskan untuk memberitahu kejadian mistis yang ia alami kepada keluarga Yano, yaitu kejadian mistis pada malam saat Yano tewas dulu. Dengan nada tenang, Deni mulai memberitakan kabar itu kepada keluarga Yano, bahwa pada malam itu, ia mendapat pesan dari sosok yang menyerupai Yano untuk menjual motor tersebut, sebagai cara untuk melunasi hutang Yano kepada Deni. Yano memang memiliki hutang kepada Deni, dan hutang itupun memang belum dilunasi. Deni sendiri jujur sudah mengikhlaskan hutang tersebut. Tapi rasanya hal itu belumlah cukup, ada hal lain yang harus dilakukan olehnya kini, yaitu menepati janji wasiat Yano malam itu. Wasiat untuk menjual motor tersebut untuk melunasi hutangnya kepada Deni. Hal inilah yang Deni kabarkan barusan kepada keluarga Yano.

Keluarga Yano sendiri tidak mempermasalahkan hal itu, mereka mengizinkan Deni untuk menjual motor tersebut demi melunasi hutang sang almarhum. Lalu setelah menunggu 3 hari, akhirnya motor itupun laku terjual. 80 persen uangnya digunakan untuk melunasi hutang Yano kepada deni. Sedangkan 20 persennya lagi dijadikan sebagai sedekah atas nama Yano oleh keluarganya, dimana Deni sendiri ikut menyumbangkan segilintir uang untuk disedekahan atas nama Yano pula.

Lalu di keesokan harinya, Keluarga Yano dan Keluarga Deni pun datang bersama untuk menziarahi makam Yano. Dan setelah itu, semuanya kembali seperti sedia kala.

END.

 

## Makasih banyak yang udah baca cerita ini sampai habis. Tolong di vote ya manteman :)

## Sekali lagi terima kasih banyak :)

 

Note :

Cerita ini juga bisa dinikmati dalam bentuk podcast. Silahkan kunjungi youtube di bawah :

Youtube : Sini Gue Ceritain (Podcast)

https://www.youtube.com/channel/UCFtMSLJ45g63Hou1yZw7Dlw

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Kamu Adalah Senja (KATA BAPER)
0
0
Kehidupan layaknya seperti bunga sakura yang gugur dan bersemi kembali beriringan dengan waktu. Ada kalanya kita akan menangis sampai tak mampu bersuara. Tapi ada kalanya kita akan tersenyum bahagia, sampai lupa kalau kita pernah jatuh ke dalam rasa putus asa kemarin.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan