
Banyak yang gerah. Termasuk saya.
Tadinya, saya bukan orang yang terlalu reaktif dengan apa yang terjadi pada JKT48. Terutama, soal banyaknya celah kritik untuk management idol group berusia hampir 12 tahun itu.
Banyak yang gerah. Termasuk saya.
Tadinya, saya bukan orang yang terlalu reaktif dengan apa yang terjadi pada JKT48. Terutama, soal banyaknya celah kritik untuk management idol group berusia hampir 12 tahun itu.
Saya sangat paham, pekerjaan itu terbagi. Saya tak bisa ‘menyerang’ seseorang untuk menyampaikan keluhan karena boleh jadi bukan dia yang bertanggung jawab untuk itu. Paham. Sangat paham.
Tapi, semakin ke sini saya semakin merasakan betapa kurangnya pelayanan terhadap konsumen, yang dalam konteks ini adalah fans. Mereka menyediakan produk, fans membeli. Semua serba angka. Semua serba uang. Maka ketika seseorang merogoh kantong untuk mengeluarkan uang, akan sejajar dengan keinginan dipuaskan senilai nominal yang dikeluarkan.
Pertanyaannya, seberapa besar sih nominal yang dikeluarkan sampai begitu masifnya menyampaikan komplain?
Mereka yang mengikuti JKT48 pasti tahu, hobi ini sangat mahal. Membangun ‘hubungan’ dengan idola di JKT48 ini suka atau tidak suka pasti berujung dengan duit. Tidak ada yang mempersoalkan itu sampai ada yang dikecewakan.
Apa saja? Saya tak bicara soal orang lain. Ini yang saya alami sampai akhirnya beberapa kali saya bicara di ruang publik (sosia media). Berat buat saya seolah ‘menyerang’ tempat bernaung orang yang saya idolakan.
Saya mulai terganggu ketika JKT48 points hilang, namun tak semua. Saya kehilangan Rp200 ribu. Kecil mungkin. Tapi jika dikumpulkan berapa akun yang kehilangan dengan jumlah sama, angkanya bakal menjadi sangat besar.
Saya menyadari itu ketika membaca lini massa. Kemudian ikut mengecek laman ‘My Page’ dan kaget karena saya pun kehilangan points yang notabene akan digunakan membeli produk JKT48.
Lini massa makin ramai. Saya mencoba jalur yang benar, mengirimkan email kepada management. Harus saya akui, email itu cukup cepat dibalas, namun dengan bahasa template. Kecewa? Belum. Karena mereka pasti butuh waktu untuk meladeni banyaknya komplain.
Lalu apa yang saya permasalahkan? Kejadian ini dibiarkan berhari-hari. Tak ada kata maaf, tak ada omongan di ruang publik. Minimal muncul, dan bicara jika sistem yang dimiliki error atau ada human error, atau ada apa? Sampaikan!
Setidaknya, beri tahu mereka yang kehilangan nominal, kalian butuh berapa lama untuk menyelesaikan itu. Minta mereka bersabar. Seperti itu, setidaknya.
Itu tidak dilakukan. Dan saya harus berkali-kali mengecek laman ‘My Page’ untuk memastikan nominal points saya kembali dan bisa digunakan untuk membeli produk-produk JKT48 yang HANYA BISA didapatkan dengan ‘berperang’ antarfans, berperang dengan sinyal, berperang dengan sistem web JKT48 yang nyata-nyata menguras emosi dan energi.
Beruntung, beberapa hari setelahnya nominal itu kembali. Tanpa pemberitahuan. Tanpa informasi. Senyap. Semuanya terjadi begitu saja. Biarkan fans bekerja sendiri dan mengecek haknya sendiri. Kalian di mana, management?
Persoalan saya anggap selesai. Video komplain saya arsipkan karena seperti itulah seharusnya apabila masalah sudah selesai, menurut saya.
Di luar itu, sistem antrean yang dijadikan unggulan (mungkin) JKT48 saat ini, justru membuat ruang komplain baru. Saya pernah mencoba dan merasa ‘Oh iya. Sistem ini tidak enak’ karena berbeda dengan sistem antrean pembelian tiket yang biasa saya lakukan untuk hal-hal lain.
Lagi-lagi, JKT48 sepertinya kurang peka. Karena malas menunggu tanpa kejelasan di website itu, saya memilih berhenti membeli apa pun yang sifatnya ‘war’.
Terus terang, saya bekerja dan tak punya waktu untuk fokus membeli produk di website yang tak jelas kapan terbukanya. Terus? Masalah? Mungkin tidak buat JKT48. Tapi buat saya, it's a big deal.
Ada lagi? Ya! Tidak adanya informasi ketiadaan live streaming untuk shiw-show JKT48 di teater. Beberapa tahun belakangan, layanan live streaming JKT48 ini menjadi penolong mereka yang menjadi fans dari luar Jakarta, mereka yang tidak beruntung memenangkan undian tiket teater (tidak terverifikasi untuk menjadi penonton langsung), atau orang-orang seperti saya yang kurang leluasa meninggalkan pekerjaan sebelum jam kerja selesai demi mengejar nonton teater.
Ribut-ribut kembali terjadi di lini masa. Dan keributan kemudian melebar.
DOSA SAYA
Di tengah kekecewaan banyak fans, termasuk saya, pertunjukan teater berlangsung tanpa live streaming. Tidak ada informasi sama sekali.
Oshimen saya, Gracia, melempar cuitan yang sebenarnya hanya untuk mengekspresikan apa yang ia rasakan hari itu. Sangat normal. Tidak ada yang salah. Hanya waktunya mungkin kurang tepat.
Salah Gracia? Bukan! Saya pun menyadari itu.
Tetapi saat itu saya cukup keras menuliskan cuitan. Gracia sebagai seorang idola semestinya sadar dia tidak bisa bertindak seperti orang biasa yang bebas melakukan apa pun di ruang publik. Spontanitas yang sangat manusiawi, terkadang justru jadi pukulan untuk seorang idola.
Iya, itu kritik saya untuk Gracia. Menurut saya, dia seharusnya menyadari posisinya sebagai idola yang harus terbatas di sana sini ketika di ruang publik, lebih lagi sosial media.
Saya berhenti di situ. Tapi lini masa tak bisa dikontrol. Isu melebar ke mana-mana. Gracia harus membuat klarifikasi yang tidak perlu. Lagi-lagi, karena dia seorang idola, tanggung jawab itu harus dia ambil. Menjelaskan yang tak seharusnya ia lakukan.
Terima kasih untuk itu, Gracia. Setidaknya kamu menunjukkan kamu bisa mengambil risiko itu dan menjelaskannya ke publik. Biarkan mereka yang bicara di luar konteks pelan-pelan mengerti. Kamu cukup mendengar dan membaca masukan baik, berguna, dan bisa digunakan buat memperbaiki diri.
Saya merasa berdosa, karena mengkritik kamu. Tapi saya harus lakukan demi mengingatkan. Dan saya tidak membenarkan mereka yang bicara di luar konteks!
MASIH GERAH
Sekarang, apa yang membuat gerah?
JOT yang diidentikkan dengan tembok itu ternyata belum berubah. Masih banyak yang harus diperbaiki di sana-sini. Management tak bisa diam saja.
Saya enggan masuk ke ranah JKT48 yang dipaksa bicara sawit (apakah mereka bicara? atau hanya duduk saja dan mencoba mencerna?). Tidak, saya tidak masuk ke situ. Bila alasannya bisnis, biarkan mereka bekerja untuk bisnis.
Saya hanya mau bilang, tempatkan lah idola saya, idola kami, di tempat yang seharusnya. Tempatkan mereka di tempat yang membuat mereka bisa bersinar dan belajar lebih banyak hal tanpa perlu kontroversi.
Hal-hal kecil seperti benefit OFC yang semakin ke sini semakin NOL, sebaiknya segera diperjelas dan diperbaiki. Saya membayar, maka saya berhak menuntut sesuai yang kalian janjikan.
Selain itu, perbaiki layanan pada konsumen secara menyeluruh. Banyak kasus yang dialami fans, meski tak semua ikut saya rasakan. Itu harus diperbaiki, jangan diabaikan.
Tapi, terima kasih untuk hal-hal yang telah dan sedang diperbaiki. Saya tau kalian pun lelah, JOT. Semangat ya!
Uhuy! Selesai. Uneg-uneg doang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
