Petaka Buang Kuah Indomie Sembarangan #CeritaDanRasaIndomie

23
17
Deskripsi

Pernahkah anda terbangun dini hari pada jam yang sama selama berbulan-bulan? Konon, kata orang hal itu adalah karena ada mahluk halus yang menghampiri anda. Hal itulah yang kini kualami dan sekarang sudah memasuki bulan kelima. 

Aku bahkan sampai pindah kontrakan tiga kali, tetapi mahluk tak kasat mata itu selalu menghampiri. Semua hal mengerikan itu ternyata berawal dari kebiasaan membuang kuah Indomie sembarangan.

Aku yang awalnya tidak percaya pada hal gaib dan mistis, kini harus berpikir ulang. Gangguan yang kuterima tidak hanya sekedar panci atau gelas di dapur yang berpindah sendiri. Tidak pula sekedar pintu belakang yang tiba-tiba terbuka dan dibanting keras saat malam hari. 

Yang membuat bulu kuduk merinding, aku mulai mendengar sayup-sayup suara rintihan manusia yang tidak terlihat wujudnya. Kadang, suara-suara itu terdengar sangat jelas di telinga saat aku hendak tidur. Kadang, suara-suara itu terdengar sayup di atas plafon. 

Aku juga pernah mendengar suara siulan panjang dari arah dapur, tapi tidak ada siapa pun di situ. Aku akhirnya memutuskan mengunci pintu kamar rapat-rapat, hingga suara-suara itu menghilang seiring adzan subuh terdengar berkumandang. 

Semua hal ganjil ini pertama kali kualami sekitar lima bulan lalu, di kontrakanku yang pertama. Waktu itu, apa yang terjadi kukira hanyalah insomnia biasa. Jam berapa pun aku tertidur, selalu terbangun pada waktu yang sama, yaitu pukul 01.30 dini hari. Kejadian ini terus berulang-ulang tanpa ada penjelasan pasti. Bahkan, aku pernah mencoba tidur pukul 01.15, tetapi lagi-lagi terbangun pada pukul 01.30.

Seminggu pertama tidak ada mencurigakan, semua tampak normal. Aku baru menyadari ada yang tidak beres saat memasuki malam kedelapan. Waktu itu, aku lagi-lagi terbangun pukul setengah dua malam. Dari arah dapur, terdengar suara langkah-langkah kaki. Suara langkah itu seperti orang mondar-mandir sedang mencari sesuatu. 

Dalam keadaan masih mengantuk, aku bergegas bangun. Kuraih tongkat baseball di samping kasur, karena bisa saja ada maling masuk ke tempatku. Begitu membuka pintu, aku segera menahan nafas. Kantukku seketika hilang dan jantungku melompat kesana-kemari. 

Di hadapanku, berdiri sosok berbaju putih yang tengah membelakangi. Rambutnya terurai panjang menyentuh lantai, sedangkan kepalanya bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan seperti bandul jam. Sosok itu mulai tertawa patah-patah, membuat tengkukku tegak berdiri. 

Aku bergegas mundur perlahan dan mengunci pintu rapat-rapat. Kutelungkupkan badan di balik selimut dan berusaha bernafas sepelan mungkin. Seumur hidup, baru kali ini aku melihat kuntilanak. Tanganku gemetar dan badanku panas dingin. Dengan detak jantung tidak karuan, aku mulai membaca surah-surah pendek hingga akhirnya tertidur. 

Keesokan pagi, kulihat isi dapur berantakan parah. Panci, piring, mangkok dan gelas berserakan kesana-kemari. Stok indomie yang tersusun rapi di dapur, isinya berhamburan seolah diacak-acak tikus. Bak sampah di dekat kamar mandi telah tumpah dan isinya berceceran seperti ada yang mengacak-acak. 

Hari itu, aku terpaksa telat ke kantor karena harus bersih-bersih terlebih dahulu. Dampaknya, tentu saja dapat teguran dari bu Boss yang galaknya setengah mati. 

Waktu itu, gangguan kukira hanya malam itu saja. Bisa jadi hanya kuntilanak nyasar dan sedang gabut, pikirku. Namun, ternyata dugaanku salah besar. Saat waktu menunjukkan pukul 01.30 dini hari, aku lagi-lagi terbangun. Dengan mata melotot, tubuhku mendadak terbujur kaku di atas kasur. Keadaanku benar-benar kacau karena tubuhku benar-benar tak bisa digerakkan. Semakin berusaha bergerak, semakin tenagaku terkuras. Yang lebih mengerikan, sesosok pocong berdiri di sampingku. 

Dengan mata berlubang dan wajah buruk, pocong itu hanya berdiri menatapku yang terbaring tanpa tenaga. Otot-otot tubuhku benar-benar kaku dan sendi-sendiku lemas. Malam itu, aku hanya bisa pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Pocong itu baru menghilang seiring adzan subuh sayup-sayup terdengar. 

Pagi itu, dalam keadaan panik aku menelpon salah seorang rekan kerja. Kuceritakan perihal yang kualami semalam, tapi ia hanya tertawa. Katanya, aku palingan hanya mimpi buruk. Aku hanya mencari-cari alasan agar bisa bolos kerja. Karena tidak ada yang percaya, kupendam saja tentang apa yang kualami. Setelah meminta ijin, hari itu juga aku langsung pindah kontrakan. 

Setelah mencari-cari di facebook, akhirnya aku menemukan kontrakan yang menurutku paling cocok. Semua barang kupindah detik itu juga tanpa pikir panjang. Sekitar pukul 8 malam aku kelelahan karena beres-beres di kontrakan baru. Kuharap di tempat yang sekarang, aku tidak lagi mengalami gangguan. 

Walau semua barang belum beres dirapikan, aku memutuskan istirahat untuk meregangkan badan. Karena badan teramat lelah, aku tertidur di ruang tamu. Hanya beralas karpet seadanya, malam ini aku benar-benar bisa tertidur nyenyak. 

Tepat pukul 01.30 aku lagi-lagi terbangun. Suara ketokan di pintu yang tanpa henti sungguh sangat mengganggu. Waktu itu aku tidak berpikir buruk sama sekali. Mungkin saja pak RT atau orang yang ronda, batinku. 

Dalam keadaan setengah sadar, segera kubuka pintu yang terus berbunyi. Begitu pintu terbuka lebar, seketika kakiku gemetar lemas. Mulutku mendadak terkunci dan tubuhku terpaku. Di hadapanku, ada sosok nenek-nenek dengan wajah pucat terus menatapku. Rambutnya awut-awutan, bergoyang pelan tertiup angin. Yang lebih mengerikan, nenek itu tidak punya badan. 

Hanya kepala dan isi perutnya yang melayang-layang persis di hadapanku. Di sela rambutnya, kulihat jelas ujung bibirnya tersenyum. Seketika kurasakan pandangan berputar-putar dan kepala terasa pusing. Dini hari itu, aku pingsan di depan pintu. 

Aku terbangun saat matahari mulai tinggi. Tetangga yang tengah menyapu menatapku heran. Aku segera bangkit, tersenyum, lantas menutup pintu. Rupanya, mahluk-mahluk halus masih mengikuti tanpa kutahu sebabnya. 

Malam-malam berikutnya, aku harus melewati setiap malam dengan perasaan cemas. Berbagai mahluk halus datang silih berganti dengan berbagai wujud mengerikan. Bahkan, ada sosok anak kecil yang berjongkok di atas lemari, dengan mata hitam sempurna dan senyum misterius. Hanya mengenakan cawat, anak kecil itu tertawa tanpa suara dan menatapku yang terbaring tak berdaya. 

Aku ingin kembali pindah kontrakan, tapi tabunganku sudah tidak mencukupi. Terpaksa kulalui malam demi malam dengan perasaan tidak tenang hingga gajian tiba. 

Di kontrakan ketiga, masalahku tidak juga usai. Malam demi malam kulalui dengan perasaan was-was. Suara langkah kaki, bunyi piring dan gelas berpindah, selalu menemani tiap pukul aku terbangun pukul 01.30 dini hari. Belum lagi suara nafas dan rintihan yang tidah terlihat wujudnya, membuat nyaliku benar-benar ciut. Akhirnya, aku hanya bisa pasrah dengan berbagai gangguan yang kualami. Dampaknya, performa kerjaku menurun. Wajahku kusam dan badanku kurus seperti orang sakit. 

Hingga tidak terasa, sudah lima bulan aku dihantui oleh berbagai mahluk yang menyeramkan. Sialnya, tidak ada seorang pun yang percaya. Aku lagi-lagi dikatakan mencari alasan supaya tidak ditegur oleh pimpinan. Suatu ketika, seorang klien yang datang ke kantor terus-terusan mengawasiku. Aku yang berusaha fokus di depan laptop, merasa sangat tidak nyaman. Selang beberapa saat, klien tadi langsung menghampiri. 

"Mas… Ada sesuatu yang menempeli mas. Sebaiknya mas segera mencari orang pintar untuk berobat. Kalau gak, kasian masnya… nanti bisa dipecat kalau masnya "sakit" kayak gini terus," ucap klien tadi. 

Seketika aku terlonjak, antara percaya dan tidak. Belum hilang kekagetanku, klien itu langsung mengambil secarik keras di meja kerjaku dan mencoret-coret sesuatu. 

"Masnya segera datangi Datuk di alamat ini. Ia yang dahulu membantuku. Percayalah, aku juga pernah mengalami seperti mas," selorohnya seraya menyerahkan kertas tadi. 

Aku hanya terbengong seraya melihatnya melangkah menjauh entah kemana. 
 

*****

Sepulang kerja, kulaju sepeda motor menuju alamat yang diberikan tadi. Perjalanannya lumayan jauh, sekitar 40 menit ke arah luar kota. Melewati perkampungan dan bertanya pada penduduk, akhirnya aku tiba di tempat tujuan. Sebuah gubuk kayu dengan halaman asri terpampang di hadapanku. 

Seorang nenek tua tampak tengah memanggul kayu bakar. Melihat sepeda motorku mendekat, nenek itu seketika berdiri tegap memperhatikan kedatanganku. Setelah memarkir motor di bawah pohon belimbing, aku bergegas menghampiri si nenek. 

Braakk! 

Aku tkaget mendapati kayu bakar dihempas ke tanah. Bukannya sambutan ramah, si nenek malah menghardikku. 

"Celaka kamu! Kamu itu bawa hantu!" bentak si nenek dengan mata melotot. Jari kurusnya menunjuk-nunjuk ke mukaku. 

"A-ada apa Datuk?" tanyaku keheranan. 

"Kamu ini celaka!  Pergi sekarang dan kembali malam jumat!" sentak si nenek penuh amarah. 

Melihatku hanya terbengong, si nenek kembali membentak. Ujung jarinya masih menunjuk-nunjuk ke arahku. 

"Cepat pergi! Waktumu menipis. Kembali lagi malam jumat. Ingat, bawa lima bungkus Indomie lima rasa!"

"A-apa datuk?"

"Lima bungkus Indomie lima rasa!"

"I-inggih datuk," balasku terbata. 

*****

Malam jumat, aku kembali ke tempat si nenek. Tidak lupa, aku membawa lima bungkus Indomie lima rasa seperti yang ia perintahkan. Indomie goreng, kari ayam, ayam bawang, soto banjar, serta Indomie goreng rendang telah terbungkus rapi dalam kantong kresek. 

Tepat pukul 12 malam, nenek mengajakku ke area pemakaman. Entah apa yang ia lakukan, yang jelas bulu kudukku merinding. Suara binatang malam membuat area pemakaman ini terasa begitu angker. Apalagi, kabut tipis yang mulai turun membuat suasana semakin mencekam. 

Tepat di tengah makam, nenek mulai merebus lima bungkus Indomie di dalam panci besar menggunakan tungku dan kayu bakar. Detik demi detik berlalu, keadaan terasa semakin mencekam. Wangi kemenyan bakar segera menyeruak, membuat bulu kudukku mulai merinding.

Entah kenapa, di antara celah-celah batu nisan, aku merasa ada yang mengawasi. Aku mulai menggigil entah karena takut atau malam yang semakin dingin. Suasana makam terasa bertambah pelan sewaktu Angin mulai berembus, meniup dedaunan dan ranting. 

Ranting-ranting yang bergoyang pelan, bagaikan tangan mahluk halus yang melambai-lambai. Suara gemerisik dedaunan juga membuat nyali semakin ciut. Penuh rasa khawatir, aku hanya  bisa pasrah dan berharap semua akan baik-baik saja. 

"Datuk, sebenarnya ada apa dengan semua ini? Ada apa dengan Indomie?" tanyaku penuh rasa was-was. 

Bukannya langsung menjawab, si nenek malah menatapku dengan sorot mata tajam. Tatapan terasa menghujam jantung, membuatku semakin khawatir. 

"Apa kau lupa, kau telah membuang kuah Indomie sembarangan," balas nenek dengan suara serak. 

Seketika aku tersentak. Jawaban nenek seolah tamparan keras yang menghantam pipiku. Pikiran langsung menerawang ke peristiwa beberapa bulan lalu. Karena tidak punya wastafel, kuah rebusan Indomie goreng kubuang kemana saja. Kadang ke jendela dapur, bahkan kadang ke toilet. Rupanya, kebiasaan inilah jadi awal segala petaka yang kualami. 

"Ja-jadi, maksud Datuk?"

"Iya," potong si nenek," Indomie tidak hanya disukai manusia, tapi juga jadi rebutan bangsa jin, hantu, setan alas, genderuwo dan mahluk halus lainnya," sahut nenek sembari menuangkan lima jenis Indomie yang telah matang ke dalam lima mangkok berbeda. 

"Tapi kau tak perlu risau. Sebentar lagi, masalahmu akan selesai."

Benar saja, sekonyong-konyong terdengar suara tawa melengking patah-patah dari kegelapan. Tubuhku mendadak gemetar, karena kini juga terdengar suara ranting-ranting patah dari arah belakang. Aku hendak lari, tapi cengkraman kuat si nenek menahan gerakku. 

"Jangan takut, mereka hanya minta jatah. Kalau kau lari, mereka akan mengejar," decak nenek lirih. 

Tubuhku mendadak lemas tatkala lima mahluk menyeramkan muncul dari balik kabut. Meski malam sangat dingin, tapi sekujur badan telah banjir keringat. Jantungku rasanya melorot sewaktu mahluk itu mendekat dengan caranya masing-masing. Si pocong melompat-lompat, kuntilanak dan kuyang melayang, si tuyul merayap, dan genderuwo melangkah membuat tanah bergetar hebat. 

"Ambil jatah kalian dan jangan menggangu anak muda ini lagi!" bentak nenek dengan suara lantang. 

Tawa mengerikan kuntilanak seolah jawaban semua mahluk mengerikan itu. Anehnya, dalam sekejab lima mangkok Indomie di hadapan kami lenyap entah kemana, seiring hilangnya lima mahluk halus tadi. 

"Semua telah berakhir. Mulai sekarang kau bisa tidur nyenyak," ujar nenek sambil tersenyum. 
 

Berurai air mata, segera kucium punggung tangannya seraya mengucap terima kasih. Si nenek lantas mengusap-usap kepalaku dengan lembut.

"Ingat, jangan pernah buang kuah Indomie sembarangan, karena sangat disukai mahluk halus."

"Baik nek…" balasku penuh rasa haru. 

*****

Usai ritual aneh itu, kehidupanku kembali normal. Aku tidak pernah lagi mendapat gangguan dan kinerjaku juga kembali seperti sebelumnya. Aku juga tidak pernah lagi membuang kuah Indomie sembarangan, selalu kubuang ke tempat semestinya. Bila dipikir-pikir, segala yang kualami sepertinya tidak masuk akal dan diluar nalar. Namun ada satu hal yang pasti, Indomie tidak hanya disukai manusia, tapi juga mahluk halus. Seperti tagline-nya, Indomie seleraku. 



 


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Sandah : Bab 1 & 2
7
0
Pertengahan Maret 1999. Pagi itu di hari senin sekitar pukul 10.00 wita, warga desa Tumbang Lais digegerkan dengan peristiwa ganjil di pemakaman muslim setempat. Waktu itu, jenazah Misnah yang hendak dimakamkan, sepertinya menolak untuk menghadap kiblat. Para penggali kubur dan beberapa orang pria yang berada di liang lahat terheran-heran dengan kejadian aneh itu. Sudah lebih dari tiga kali jasad Misnah dihadapkan ke arah kiblat, tapi lagi-lagi jenazah itu kembali ke posisi berbaring dalam keadaan terbujur kaku. Meskipun telah dipaksa, jasad berbungkus kafan putih itu berbalik dengan sendirinya. Istighfar demi istighfar yang diucapkan hadirin, tetap gagal membuat jenazah itu untuk dihadapkan ke arah barat. Berbantal tanah liat, jasad Misnah hanya mau menghadap ke arah langit, seolah sengaja menatap warga yang berkerumun di pinggir liang lahat
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan