
Aku terpaku dengan pikiran buntu. Dunia terasa berputar-putar. Di pojok kulihat badan Halimah masih berdiri tanpa kepala. Kedua telapak kakinya bergerak-gerak, sepertinya sedang kesakitan.
“Pasti Hariyono sialan itu bikin ulah lagi. Dia harus dibikin babak belur!”
Dengan emosi yang berkecamuk, aku meraih tongkat baseball lalu beranjak ke pintu depan. Namun, langkahku terhenti. Pak Budi keburu menahanku.
“Heh, Bro, tahan! Jangan kepancing! Masih belum pasti dia yang menahan kepala Halimah. Kalau kau buat keributan di sana, orang-orang justru akan menggeruduk rumahmu.”
Kuyang Pengantin Di Perkebunan Sawit
28
17
4
Selesai
Komplek perumahan guru di salah satu perkebunan sawit di Kalimantan Tengah mendadak gempar akibat teror sepasang kuyang pengantin. Korban mulai berjatuhan sementara fitnah dan saling tuduh mulai menyebar.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Misteri Kematian Mahasiswi Canti Bab 1 : Mahasiswi Misterius
5
0
Andi (25) tidak pernah percaya bahwa adiknya Novi (20) tewas bunuh diri dengan cara melompat dari rooftop gedung 17 lantai sebuah kampus di Bandung. Ia mencurigai bahwa seorang dosen telah melakukan pembunuhan dengan cara yang terbilang rapi. Minggu pertama September, 2017.Malam itu hujan deras yang mengguyur Bandung sejak sore telah berubah menjadi gerimis yang tak berkesudahan. Seorang satpam, Suhendar (37), meringkuk di balik jaket kulit tebal demi melawan dingin. Lelaki Sunda-Batak itu berdiri di depan pintu kaca yang bisa membuka dan menutup otomatis, menghisap rokok, lalu mengedar pandang ke area halaman kampus yang lengang dan sepi.Hujan maling, ia membatin. Hujan gerimis seperti ini memang saatnya maling berkeliaran. Suhendar pun kian waspada. Pentungan karet di pinggang ia remas-remas layaknya koboi memegang pistol. Memang sudah sepantasnya Suhendar waspada. Gedung yang ia jaga adalah kampus 17 lantai, salah satu kampus elit di Bandung. Kampus megah ini memang bukan untuk orang sembarangan. Hanya anak-anak orang berduit saja yang berani mengejar gelar sarjana di kampus ini. Orang-orang miskin, bermimpi pun takkan berani menginjakan kaki di kampus elit ini, kecuali hendak mencuri.Malam semakin dingin, waktu telah menunjukkan pukul 21.05, Suhendar segera balik badan. Cuaca dingin yang menusuk kulit membuatnya hendak lekas-lekas kembali ke balik mejanya di lobi. Ia sudah tak sabar untuk segera menyeruput kopi yang telah dingin lalu menonton youtube di ponsel dengan memanfaatkan jaringan wifi yang teramat kencang. Lalu…Braak…!Baru beberapa langkah Suhendar langsung berhenti. Suara benda jatuh yang teramat keras di belakang membuatnya kembali memutar badan. Tiba-tiba ia tersentak. Ekspresi wajahnya yang biasanya keras mendadak pucat. Selama beberapa detik Suhendar mematung dengan mata terbelalak lebar. Lelaki bertubuh tegap itu rupanya baru saja mendapat kejutan luar biasa yang tak pernah diduga, bak hantaman palu raksasa yang menghujam kepala. Dalam sekejap Suhendar merasakan kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Hampir 30 detik ia melongo dengan tubuh yang kaku.Setelah kesadarannya pulih ia bergegas berlari dalam keadaan panik, lalu berhenti beberapa jengkal di hadapan sosok gadis yang tiba-tiba muncul tersungkur di depan mata dengan bermandi darah. Di hadapannya, seorang gadis belia terkapar di atas susunan paving block dengan kepala pecah berantakan serta leher patah dua. Suhendar bergidik ngeri, lalu mengutuki diri sendiri. Ia menyadari telah melakukan kesalahan teramat fatal. Beberapa saat lalu, ia sempat berpapasan dengan gadis misterius itu. Membiarkannya memasuki gedung yang ia jaga.Celakanya, gadis misterius itu baru saja terjun bebas dari lantai 17.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan