
Pernah suatu malam sepulangnya dari desa karena suatu keperluan, aku dan istri kaget setengah mati. Hampir saja motor kami oleng dan menyeruduk parit. Di tengah jalan di bawah rimbun pelepah sawit, ada sosok perempuan berjalan gontai. Rambutnya awut-awutan sebahu. Untung saja istriku segera menyadari bahwa sosok itu bukanlah kuntilanak, tapi bu Niken.
“Bang…Bang…itu bu Niken kan?” celetuk istri seraya memukul pundakku.
Aku dan istri terheran, karena ia berjalan terlalu jauh dari komplek perumahan...
Kuyang Pengantin Di Perkebunan Sawit
27
17
4
Selesai
Komplek perumahan guru di salah satu perkebunan sawit di Kalimantan Tengah mendadak gempar akibat teror sepasang kuyang pengantin. Korban mulai berjatuhan sementara fitnah dan saling tuduh mulai menyebar.
1 file untuk di-download
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
Part 3 : Jadi Kuyang
8
13
Sudah sepekan ronda diadakan di komplek kami. Memang gak masuk akal, selain parang, beberapa orang membawa sapu lidi dan sendok nasi. Konon katanya, benda seperti itu ditakuti kuyang. Aku juga tak mau protes dan malas berdebat. Bisa saja ilmuku yang kosong sehingga tak mempercayai keampuhan benda-benda itu untuk menangkal kuyang.Desas-desus warga yang melihat penampakan kuyang juga kian santer terdengar. Gosip terbesar tentu saja diembuskan oleh istri pak Hariyono. Dan lagi-lagi yang dituduh adalah istriku. Entah apa alasan bu Mardiana bisa seenaknya memfitnah Halimah. Akibat ulahnya istriku jadi malas keluar rumah dan lebih senang mengurung diri. Pernah suatu sore aku mendapati Halimah menanggis sesenggukan. Ia yang tadi hendak membeli mie instan di warung depan, pulang dengan mata berkaca-kaca dan tangis tertahan. Saat kutanya sebabnya, ia hanya menggeleng menahan sembab.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan