
Hai, ini bukan cerita baruku yaa. Ini cerita lama di wattpad yg aku pindah kesini. Selamat membaca kisah Ken dan Paris, semoga suka 💖
Prolog
Paris menghembuskan napasnya pelan. Setelah dirasa siap barulah ia mengetuk pintu ruang kerja Ken.
"Permisi Pak, ada yang mau saya bicarakan," ujar Paris setelah tiba di depan meja kerja Ken, ia lalu menyodorkan map berisi surat pengunduran dirinya.
"Apa ini?" tanya Ken tidak mengerti.
"Saya ingin mengundurkan diri Pak," jawab Paris sambil menunduk, ia tidak berani menatap sorot tajam Ken.
"Apa kata-kata saya kemarin kurang jelas? Mulai hari ini kamu bekerja sebagai asisten pribadi saya!" jawab Ken dengan tegas.
"Mohon maaf, tapi saya tidak mau Pak." Lirih Paris.
"Kamu lupa dengan kontrak kerja kamu sebelumnya?" Ken mengungkit kontrak kerja gadis itu sebagai senjata terakhirnya.
"Kontrak kerja saya?" tanya Paris tidak mengerti.
"Di kontrak kerja kamu sebelumnya tertulis, kamu sebagai pegawai kontrak jika resign sebelum masa kontrak berakhir diharuskan membayar denda atau penalti kepada perusahaan saya. Ganti ruginya sebesar upah, sampai batas waktu berakhirnya perjanjian kerja." Ken menjeda sejenak ucapannya.
"Kontrak kerja kamu tiga tahun bukan? Apakah kamu sudah siap membayar penalti ke perusahaan saya?" Ken tersenyum puas di akhir kalimatnya.
Paris melongo mendengar jawaban Ken barusan. Mengapa ia bisa melupakan hal sepenting itu. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Ia yakin wajahnya pasti sudah memerah sekarang karena menahan malu.
"Bagaimana Paris? Kamu siap membayar penalti?"
Paris mengatur napasnya yang mulai memburu. Dengan cepat ia mengambil map yang ia berikan tadi dan menunduk sopan kearah Ken.
"Saya akan bekerja dengan baik di perusahaan ini Pak," ujarnya dengan senyum yang sangat ia paksakan.
"Bagus! Kalau begitu silahkan duduk di meja kerja kamu." Ken menunjuk meja kerja Paris di ujung ruangannya.
Paris memerosotkan bahunya dengan lemas. Bagaimana ini, mulai sekarang ia harus terjebak bersama seorang Keanu Bagaskara? Paris hanya bisa berharap semoga kehidupannya kedepan akan baik-baik saja meskipun harus ia lewati bersama orang yang paling ia benci di muka bumi ini.
***
Satu
Paris menatap dirinya dari pantulan cermin, ia sangat bersemangat karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Keinginannya untuk bekerja di gedung pencakar langit akhirnya terwujud juga. Dulu ia hanya bisa berandai-andai dan membayangkan bagaimana rasanya bekerja di perusahaan besar seperti itu tapi sekarang Paris bisa merasakannya secara langsung. Hal itu membuatnya sangat-sangat bersyukur.
Setelah penampilannya di rasa cukup rapi barulah Paris berangkat. Ia berangkat menggunakan taxi online. Beginilah susahnya jika hidup sendirian dan tidak mempunyai kendaraan. Saat akan bepergian Paris harus mengeluarkan uang lebih untuk transportasi.
Saat di jalan Paris menyempatkan diri untuk sarapan. Ia memakan roti dan susu yang sudah ia beli kemarin malam di minimarket.
Paris segera membayar ongkos taxinya, begitu tiba di depan perusahaan tempatnya bekerja. Ia tidak bisa menahan senyumnya yang semakin mengembang. Ia sampai takut jika dianggap gila oleh orang-orang yang melihatnya.
Paris berjalan menuju meja kerjanya yang berada di dekat pintu masuk perusahaan. Ia tidak menyangka jika akan diterima kerja di perusahaan ini, apalagi menempati posisi sebagai resepsionis. Ia yang awalnya tidak berharap banyak, menjadi sangat senang saat mendapat kabar jika lolos.
Paris menaruh tasnya, lalu duduk di kursinya. Ia mengelus papan namanya yang sudah terpajang di meja sambil terus tersenyum.
"Hai." Paris terlonjak kaget saat mendengar sebuah suara dan kemunculan seorang wanita yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.
"Ya?" jawab Paris sambil refleks berdiri.
"Kamu resepsionis baru yang namanya Paris itu kan?" tanya wanita di hadapannya dengan ramah.
"Iya," jawab Paris sambil tersenyum kikuk.
"Kenalin aku Kesya." Wanita yang mengaku bernama Kesya itu mengulurkan tangan kearah Paris.
"Paris," jawab Paris singkat sambil menerima uluran tangan Kesya.
"Atasan ngasih tau. Katanya akan ada resepsionis baru dan aku diminta untuk mengajari kamu beberapa hal mengenai pekerjaan."
"Oh gitu ya," ujar Paris sambil menganggukkan kepalanya mengerti. Jadi Kesya akan menjadi rekan kerjanya nanti.
"Santai aja nggak usah gugup gitu. Nanti aku jelasin pelan-pelan sambil langsung kerja ya."
Paris menghembuskan napasnya dengan perlahan. Semoga saja di hari pertamanya ini bisa ia lewati dengan lancar.
***
Paris mendengarkan dengan baik penjelasan dari Kesya, sambil mengingat-ingat tugasnya yang penting.
"Biasa yang paling sering ditanyakan itu ruangan Pak Direktur ada di lantai berapa. Kamu harus tanyakan dulu, apakah tamu itu sudah membuat janji atau belum. Kalau belum, kamu jangan kasih tau letak ruangannya. Kamu harus minta tamu itu supaya membuat janji terlebih dahulu." Paris mengerti, ia sudah tahu sedikit banyak mengenai pekerjaannya.
"Kalau ternyata tamu itu sudah membuat janji, kamu tekan tombol ini. Tombol itu langsung mengarah ke sekretaris Pak Bos dan kamu bilang ke sekretarisnya kalau ada tamu bernama blablabla. Terus udah deh tinggal nunggu jawaban sekretaris itu dan kamu kasih tahu ke tamu. Paham kan?" tanya Kesya menatap Paris.
"Iya aku paham." Paris menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Nah ini ada nama lantai dan isinya ada ruangan apa saja di lantai itu, kamu harus hafalin ya. Supaya kalau ada tamu yang tanya kamu bisa langsung kasih tau." Kesya memberikan dua lembar kertas kearahnya.
"Huftt." Paris menghembuskan napasnya pelan, baru saja membaca namanya ia sudah dibuat pusing.
"Aku dulu waktu ngafalin ini juga agak lama kok. Di awal-awal kerja kadang masih salah kasih tau lantai ke tamu. Jadi jangan terlalu dipaksain, kalau ada apa-apa pasti aku bantuin."
"Makasih ya." Paris sangat senang karena rekan kerjanya begitu baik kepadanya. Kesya tidak semena-mena meskipun ia masih karyawan baru.
"Iyup. Santai aja."
"Kamu udah lama kerja di sini?" tanya Paris penasaran.
"Udah setahun lebih sih."
"Lumayan lama juga ya," ujar Paris. Sedangkan Kesya hanya tersenyum menanggapinya.
***
Paris merentangkan tangannya lebar-lebar. Akhirnya sudah memasuki jam istirahat. Ia sudah tidak sabar untuk makan siang karena perutnya dari tadi sudah keroncongan.
"Kamu biasa makan siang dimana?" tanya Paris kearah Kesya.
"Biasa di kantin sih. Kadang juga di restoran padang di depan atau bisa pesan online. Tergantung anak-anak. Biasa aku makan sama anak bagian lain. Kamu gabung aja sama kita."
"Serius gapapa?" tanya Paris.
"Iya, mereka semua baik kok. Nah itu mereka." Kesya menunjuk beberapa karyawan lain yang berjalan kearah meja resepsionis.
"Wah ada yang baru nih," ujar salah satu pria yang menghampiri Kesya.
"Clometan mulut lo." Kesal pria lain sambil menepuk mulut temannya yang menggoda Paris tadi.
"Udah-udah. Kenalin ini Paris, rekan kerja baru gue disini." Kesya menengahi pertengkaran temannya.
"Dan Paris, ini tadi yang clometan namanya Angga, satunya Dani dan satu lagi Laila."
Paris menyalami tangan mereka semua sambil menyebutkan namanya. Ia rasanya begitu senang mendapat teman baru di hari pertamanya bekerja.
"Jadi kita makan di mana?" tanya Angga.
"Di restoran padang aja yuk. Gue pengen banget makan rendang," jawab Laila.
"Yaudah boleh. Ayo kita kesana," jawab Dani.
"Paris ikut kan?" tanya Angga menatap Paris.
"Gapapa kalau kalian nggak keberatan."
"Sama sekali nggak keberatan," jawab Angga dengan senang.
"Modus lo, ayo pergi." Dani memiting kepala Angga dan menyeretnya menjauhi meja kerja Paris.
Sedangkan Paris hanya bisa menatap bingung tingkah mereka.
"Jangan kaget ya kalau lihat mereka kayak gitu. Kamu harus terbiasa," ujar Laila menjelaskan kepada Paris.
"Iya," jawab Paris tersenyum menatap Laila.
Mereka akhirnya mengekori Angga dan Dani yang sudah berjalan terlebih dahulu ke restoran nasi padang di sebrang jalan.
***
Ken menatap jalanan di samping kanannya sambil melamun. Ia baru saja menemui kolega bisnisnya di luar dan sekarang sedang kembali menuju kantornya.
Ia langsung menegakkan tubuhnya ketika mendapati sesuatu yang tidak asing menurutnya. Kenapa ia seperti mengenal perempuan yang memakai baju berwarna pink tadi. Ia tiba-tiba mengingat satu nama saat melihat wajah wanita itu.
Ia sampai menolehkan kepalanya ke belakang untuk memastikan, tapi sayang perempuan yang tadi ia maksud sudah tidak terlihat.
"Ada apa Pak?" tanya Salsa yang merupakan sekretarisnya. Salsa ikut menoleh ke belakang karena bingung melihat tingkah aneh bosnya.
"Kamu lihat perempuan yang pakai baju pink tadi?" tanya Ken kepada Salsa.
"Maaf Pak, saya dari tadi fokus menatap ipad. Jadi tidak memperhatikan sekitar," ucap Salsa meminta maaf.
"Begitu ya." Ken memaklumi, sedari tadi Salsa memang fokus dengan ipad di tangannya.
"Apakah ada masalah Pak?"
"Tidak ada. Hanya saja saya merasa seperti mengenal perempuan tadi."
Salsa menolehkan kepalanya lagi ke belakang. Ia menyipitkan matanya untuk melihat siapa perempuan yang dimaksud oleh Ken. Tapi ia tidak dapat menemukan perempuan memakai baju berwarna pink seperti yang Ken katakan.
"Sudahlah, mungkin saya hanya salah lihat," ucap Ken menghentikan Salsa.
Ken meyakinkan dirinya sendiri. Ia pasti hanya salah lihat. Mungkin perempuan tadi hanya mirip dengan seseorang yang ia kenal dan cari selama ini.
***
Dua
Paris melempar tasnya dengan asal di atas ranjang. Ia baru saja sampai rumah setelah pulang kerja. Ralat, bukan rumah. Ia baru saja sampai di tempat kostnya.
Ia merebahkan dirinya di ranjang, sambil memejamkan matanya. Baru hari pertama bekerja, ia sudah merasa sangat capek.
Ia mengeluarkan kertas di tasnya yang bertuliskan nama-nama lantai. Yang paling membuatnya malas adalah menghafal nama-nama lantai ini. Dengan kesal Paris meremas kertas itu dan membuangnya ke lantai. Ia lalu menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
Getaran di ponselnya menghentikan aktivitas gila Paris barusan. Ia melirik sekilas, ternyata yang menelpon adalah mamanya. Dengan cepat ia mengangkat panggilan itu.
"Hallo ma," jawab Paris dengan suara riangnya.
"Hallo, riang banget suaranya. Gimana hari pertama kerja kamu?" tanya Mamanya diujung sana.
"Seru, tapi capek juga sih."
"Kamu ini. Udah bener disuruh bawa mobil papamu, malah nolak."
"Udahlah ma. Lagian kalau mobilnya Paris bawa, nanti mama sama papa kalau pergi naik apa? Mending mobilnya dibuat jenguk Paris tiap minggu."
"Iya, kalau nggak sibuk mama sama papa pasti samperin kamu."
"Paris hari ini udah punya temen loh," cerita Paris bangga.
"Oh ya, cerita dong hari ini kamu ngapain aja."
Dan mengalirlah cerita dari Paris selama tadi ia bekerja. Ia menceritakan semuanya kepada Mamanya, ia juga sempat ngobrol dengan papanya. Setelah mengobrol hampir satu jam, akhirnya mamanya menyudahi panggilannya dan menyuruh Paris untuk beristirahat.
Paris tersenyum senang, karena mamanya terlihat bangga dengannya tadi. Dengan cepat ia mengambil remasan kertas yang tadi ia buang, ia membuka remasan itu dan berusaha mengembalikannya agar tidak kusut. Ia tidak boleh mengeluh dengan pekerjaannya. Ia seharusnya bersyukur bisa mendapatkan kerja di perusahaan itu. Pasti banyak sekali saingannya yang iri dengannya karena ia yang lolos bekerja di sana. Apalagi orang tuanya yang jauh dengannya juga tampak senang akan hal itu. Jadi mulai sekarang Paris harus semangat dan tidak boleh banyak mengeluh.
***
Sudah menjadi kebiasaan, jika Paris selalu makan siang bersama Kesya dan teman-temannya yang lain. Seperti hari ini Paris istirahat makan siang hanya bersama Kesya, Laila dan Dani. Hanya Angga saja yang tidak terlihat.
"Angga mana?" tanya Paris.
"Dia masih benerin proposalnya yang salah, tadi pagi habis kena marah besar-besaran sama Pak Bos."
"Oh ya?" tanya Paris.
"Iya," jawab Dani singkat.
"Pak Bos sifatnya nggak berubah-berubah ya," ujar Kesya sambil mengaduk-aduk vanilla latte miliknya.
"Emang kenapa?" tanya Paris tidak mengerti.
"Pak Bos orangnya sangat kejam. Dia nggak akan segan memarahi karyawannya habis-habisan kalau kerjanya nggak bener. Bahkan dia bisa memecatnya saat itu juga." Jelas Dani membuat Paris bergidik ngeri memikirkan bosnya yang sangat galak itu.
"Untung aja dia ganteng," ujar Laila membela bosnya sambil tersenyum tidak jelas.
"Ganteng kalau nggak punya hati buat apa?" tanya Dani kesal.
"Emang Pak Bos masih muda?" tanya Paris lagi.
"Kamu belum pernah ketemu ya?" Kesya balik bertanya.
"Belum." Paris menggelengkan kepalanya.
"Astaga sayang sekali, kamu harus lihat wajah tampannya Paris." Sahut Laila.
"Itu dia orangnya." Kesya menunjuk ke arah lift membuat Paris memutar kepalanya dengan cepat. Tapi hanya punggungnya saja yang bisa ia lihat. Tapi jika dilihat dari belakang bosnya memang terlihat tampan, membuat Paris jadi penasaran seperti apa wajahnya.
***
Ken baru saja kembali ke kantor setelah menemui kolega bisnisnya sekaligus makan siang diluar. Seperti biasa ia pergi bersama Salsa.
"Anda ingin saya pesankan kopi Pak?" tanya Salsa saat mereka melewati cafe perusahaan.
"Boleh," jawab Ken sambil melirik ke arah cafe. Tapi saat itu juga pandangannya terpaku pada wanita yang minggu kemarin ia lihat. Sekarang ia bisa menatap wajah wanita itu dengan jelas, tiba-tiba saja jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
"Sepertinya tidak perlu, kita kembali saja keruangan," ucap Ken berjalan lebih dulu meninggalkan Salsa yang terlihat bingung.
Ken menekan pintu lift dengan tidak sabar, saat sudah berada di dalam ia langsung melonggarkan dasinya agar rasa sesak di dadanya sedikit berkurang.
"Ada apa Pak?" tanya Salsa bingung.
"Kamu kenal karyawan berbaju cream tadi, yang duduk di sebelah resepsionis lama?" tanya Ken.
"Dia resepsionis baru di sini Pak."
"Benarkah, siapa namanya?"
"Kalau tidak salah namanya Paris."
"Apa?!" Teriak Ken tanpa sadar.
"Apakah ada masalah Pak?"
"Tidak. Kamu kembali ke ruangan dulu, saya harus menemui bagian HRD," jawab Ken berusaha menenangkan diri.
"Baik Pak," jawab Salsa mengiyakan meskipun ia sedikit bingung dengan tingkah aneh bosnya belakangan ini.
Ken segera menuju ke ruangan kepala HRD, ia mengetuk pintu dengan tidak sabar.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya kepala HRD bingung melihat kehadiran Ken.
"Tolong carikan data karyawan yang bernama Paris."
Dengan segera kepala HRD tersebut melaksanakan perintah Ken.
"Ini pak," ucapnya saat sudah menemukan data yang Ken minta. Dengan tergesa Ken duduk di kursi lalu memperhatikan layar komputer yang menampilkan apa yang ia mau. Tidak salah lagi, karyawan baru itu adalah orang yang ia cari selama ini.
"Dia resepsionis baru di sini Pak, baru bekerja seminggu ini. Apakah bapak kenal dan ada masalah?"
"Tidak ada, bisakah kamu kirim data karyawan ini dengan lengkap ke alamat email saya."
"Baik Pak, akan segera saya kirim."
"Oke, saya tunggu," ujar Ken lalu segera pergi dari ruangan ini.
***
Paris pulang ke tempat kostnya dengan menaiki ojek online. Tapi ia tidak langsung pulang, ia memutuskan untuk mampir ke minimarket terlebih dahulu karena ingin membeli roti dan beberapa camilan.
Setelah selesai membeli keperluannya Paris segera pulang dengan berjalan kaki. Ia bersenandung pelan karena jalanan agak sepi, padahal belum terlalu malam. Paris memperhatikan sekeliling, berharap ada orang yang juga berjalan kaki sama sepertinya. Tapi nihil, hanya ada beberapa kendaraan saja yang lewat.
Paris menghembuskan napasnya pelan. Ia memutuskan berjalan agak cepat, karena ia orangnya sedikit parnoan. Hal ini terjadi karena drama yang sering ia tonton. Ia jadi takut ketika sedang berjalan sendirian dan tidak mudah mempercayai orang asing yang baru dikenalnya.
Saat sudah melihat bangunan tempat kostnya, Paris merasa lega. Dengan cepat ia membuka pagar dan masuk ke kamarnya yang berada di lantai dua. Ia sama sekali tidak menyadari jika ada mobil hitam yang dari tadi mengikutinya.
***
Maaf ya kalau ceritanya agak aneh, jujur ini cerita pertamaku dan sudah aku tulis sejak 2017 ^^
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
