
Ah, sial. Mana kakinya tak bisa dibawa pergi jauh.
Akhirnya Enzio memilih teras depan sebagai tempat untuk bersantai sembari menunggu Ethan dan Kak Satria datang. Mereka sepertinya tak pergi jauh, karena mobil Ethan masih terpakir di lahan korong sebelah rumah Kak Satria. Enzio bersandar, memandang beberapa warga yang sedang berlalu lalang. Sibuk dengan aktivitas pagi yang sepertinya lumrah di sini. Kegiatan yang tak sedikit pun mengganggu ketenangan tempat ini. Suara ribut yang Enzio dengar hanya...
Rumah Tanpa Masalah
230
193
11
Berlanjut
Tak ada rumah tanpa masalah. Tak ada keluarga tanpa pertengkaran. Tak ada hidup sesempurna karangan para penyair.Kalimat-kalimat tersebut kini dirasakan secara nyata oleh Ethan dan Enzio. Sempat hidup dalam keluarga yang hangat dan penuh kebahagiaan, membuat mereka tumbuh dengan rasa aman. Tak terlalu takut akan masa depan, karena bagi mereka, hidup akan tetap berjalan dengan ritme dan jalur yang sama.Siapa sangka, keluarga yang dulu begitu mereka cintai, kini menjadi salah satu penyebab luka dan sakit mereka. Menjadi alasan paling besar untuk setiap rasa kecewa yang kini muncul. Rumah yang dulu begitu hangat dengan tawa dan canda, kini terasa dingin tanpa ada satu pun yang menjadikannya tujuan untuk pulang.Mereka berjarak. Ethan dan Enzio yang dulu selalu mengandalkan satu sama lain, perlahan menjauh. Larut dalam dunia mereka sendiri. Hingga satu keputusan yang mereka ambil, kembali merapatkan hubungan yang semula renggang. Menyatukan hati yang sama-sama terluka, untuk bisa saling menyembuhkan.Hanya saja, takdir masih ingin bermain. Ingin memastikan seberapa berarti satu sama lainCover by: art_faiiryy
3,073 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
18 | Jalan Masing-Masing
26
13
Sementara Rey masuk ke kosan, Dirga dan Raga memilih menunggu di motor. Berharap pencarian mereka malam ini berakhir di sini. Bila di sini tidak ada, mereka juga tak tahu akan ke mana. Satu-satunya tempat yang bisa dituju hanyalah hotel yang Dirga dapatkan di internet tadi.Ke mana, Ga? Dirga seketika menoleh saat merasakan Raga turun dari motornya.Gue duduk di sana, ya. Nggak enak banget rasanya badan gue, ucap Raga. Menunjuk tangga kecil di pintu kosan. Cukup untuk ia duduk sembari membenamkan kepala. Sejak tadi ia sudah berkeringat dingin. Kepalanya pusing dan sakit secara bersamaan. Tubuhnya benar-benar ingin diistirahatkan. Namun, hingga kini mereka belum menemukan tempat untuk beristirahat.Dirga akhirnya ikut turun. Meraih botol air mineral yang ia letakkan di dashboard motor. Ia paham pasti rasanya benar-benar tak nyaman. Ia juga takut bila asma anak itu kembali kambuh, sedangkan kosan ini belum tentu ada yang kosong. Bila mereka gagal di sini, apa ia harus membawa Raga kembali ke kosan Mami Indah? Perjalanan untuk mendapatkan hotel cukup jauh, rasanya Raga tak akan kuat.Minum dulu, deh. Sori, ya. Dirga ikut berjongkok di hadapan Raga.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan