What If #2 : Mr Darkside

113
27
Terkunci
Deskripsi

Masukkan kode voucher Kangmas untuk mendapat potongan harga senilai Rp 8.000,-

Jika tak ada resepsi pernikahan Tria dan Isyana, lantas bagaimana Pandji bertemu dengan belahan jiwanya? Apakah di seri What If #2 : Mr Darkside ini belahan jiwa Pandji juga akan tertukar? Apakah Kumala? atau bisa jadi Wanda?

Setting kejadian ini terjadi tepat setelah Gyandra kabur dari kafe Arlan pada seri What If #1 : Gyandra (Prolog)

Khusus untuk yang ini eksklusif hanya di Karyakarsa.

 

Pria itu belum bercukur saat...

18,726 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
200
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Kategori
21+Romance
Selanjutnya What If #3 : The Ambitious Lady
113
42
Putusnya Erlangga Putra dan Kumala Andini membuka peluang bagi Erwanda Jasmine yang diam-diam memendam rasa. Si Ambitious Lady ini rela menghalalkan segala cara demi mendapat cinta Erlangga, termasuk memburu tangkapan besar yang mereka juluki Si Ikan Kakap.Yuk, lihat sepak terjang Wanda yang ingin menjadi Erwanda Putra sebelum lebaran.Seri ini juga hanya tersedia di KaryakarsaBagian : 1“Erlangga putus, Sis!”Wanda tak tahu harus bereaksi seperti apa saat membaca kabar di grup Wanita Single kantornya. Kantor Pusat Regional 1. Jakarta.Memang, Wanda tak ada alasan untuk bersimpati, putus cinta adalah hal bodoh yang sudah biasa terjadi.  Erlangga maupun Kumala akan menemukan tambatan hati baru dan dunia terus berputar. Namun apakah salah jika ia merasa senang? Senang karena ada kesempatan untuk menyukai Erlangga lagi. Kini pria itu berstatus bebas-merdeka-tak-ada-yang-punya, bukan? Tender terbuka.Masalah besarnya adalah Erlangga tak pernah melihat Wanda sebagai seorang wanita. Selama ini Wanda cukup puas karena menjadi salah satu teman Erlangga karena sejatinya pria itu tidak mempunyai banyak teman. Lalu bagaimana caranya membuat Erlangga tahu bahwa Wanda ingin agar mereka lebih dari sekedar teman?Bahkan bagaimana membuat pria itu sadar bahwa seorang 'Erwanda Jasmin' masih eksis? Sudah lama mereka tak bersua dan Wanda juga terlalu gengsi untuk menyapa lebih dulu jika tidak ada alasan pekerjaan. Sayangnya, alasan pekerjaan memang tak pernah muncul di antara dirinya dan Erlangga. Mereka beda regional. Tapi mungkin ia bisa mencari masalah. Erlangga adalah mesin pemecah masalah.Ponselnya bergetar membuyarkan kumpulan sel otaknya yang mulai menyusun rencana. Nama Erlangga memanggil setelah sekian lama buat Wanda gelagapan. Ini sangat kebetulan. Ini tentu saja sebuah takdir. Jantung Wanda berdegup cepat, ia hanya diam melongo ke arah layar berkedip itu selama empat per tujuh detik sebelum memutuskan bahwa ia harus menyambut baik takdir Tuhan.Halo, Ga? Akhirnya ia menjawab dan berhasil mengatur suaranya sibuk-normal. Bahkan ia menekan lima jarinya di atas keyboard agar kesibukannya kian meyakinkan. Wanda tetaplah Wanda, menggoda bukan gayanya. Tuhan! Ia tak akan pernah menggoda pria dengan cara-cara wanita bodoh.Apa kabar, Wan?Baik. Kamu gimana? segera setelah itu Wanda menggigit lidah latahnya yang ketika ditanya apa dia akan balik menanyakan hal yang sama. Seharusnya ia bertanya 'ada apa, Ga?'. Seharusnya ia tetap pada mode sok sibuk.Pasti kamu sudah dengar 'kabar' saya dari anak-anak.Tuh, kan! Erlangga itu cerdas. Menjawab tanpa harus membuat dirinya terlihat rendah. Oke, aku kalah elegan.Em… kalau begitu, ada apa telepon aku, Ga? tanya Wanda lemah.Kamu… mau 'pulang kampung', nggak? Saya butuh kamu di sini. Saya tahu kamu bisa diandalkan, Wanda. Kamu selalu buat saya kagum.Hanya begitu saja Wanda pindah ke regional empat dibawah pimpinan Raden Pandji Adiwilaga. Dan yang paling penting adalah mereka berdua dipimpin oleh Erlangga Putra.   Bagian : 2Pulang Kampung adalah hal ter-beruntung di sepanjang karir hidup Wanda. Ia bisa lebih sering mengunjungi Ibu dan Andy—adik perempuannya yang selalu merengek minta kawin. Ia bisa menikmati gaji level megapolitan di kota metropolitan. Dan yang terpenting untuk saat ini adalah ia bisa berada dalam radar Erlangga. Mustahil pria itu tidak melihatnya setelah ini. Ia berniat mengakhiri masa lajangnya kapan pun pria itu melamar—kalau, tentu saja.Semoga sebelum ramadhan nanti aku sudah jadi Erwanda Putra—istri Erlangga Putra. Amin! Ya ampun, nama kami aja udah jodoh.Wanda lebih suka tinggal sendiri di rumah ayahnya yang berada di tengah kota. Selain elite, akses menuju kantornya pun lebih mudah. Ia harus mencurahkan waktu dan tenaganya untuk sederet pekerjaan yang ditinggalkan Kumala.Tidak terlalu sulit karena pekerjaan Kumala rapi dan bersih. Wanita polos itu hanya kesulitan mencapai goal. Dan untuk mencapai goal memang dibutuhkan lebih dari tekun, mereka harus licik. Seperti Wanda. Tidak salah Erlangga memilihnya.Cheers dulu dong! Pandji mendorong bir botol kecil ke tengah dan disusul Erlangga, Gue berasa kaya balik MDP di pusat.Wanda menyentuhkan gelasnya, kalian berdua enak, karirnya udah tinggi. Aku masih gini-gini aja.Lo emang junior. Sabar dulu lah. timpal Pandji, Erlangga pindahin lo ke sini juga bagian dari jenjang karir, ia lirik Erlangga yang lebih banyak diam, iya kan, Ga?Erlangga meneguk birnya untuk mengulur waktu. Tak mungkin ia jelaskan bahwa menggantikan Kumala dengan Wanda hanyalah spontanitas belaka agar tidak ada posisi yang kosong. Harapannya, bekerja dengan orang-orang yang sudah ia kenal dapat menimbulkan rasa nyaman dan kondisi kerja yang kondusif. Ia sudah lama mengenal Wanda dan tahu dapat mengandalkan wanita itu.Gue sedang berusaha tingkatkan level regional kita. Dan gue janji, kalau seandainya posisi gue naik, lo berdua bakal ikut. Jadi, siapkan nilai rapor yang baik supaya promosi kalian cukup beralasan.Pandji tersenyum miring pada Wanda, alasan mereka berkumpul hari ini, gue bakal beri lo satu challenge. Enggak mungkin lo pindah jauh-jauh dari pusat cuma buat jalani rutinitas kelas teri. Gue janji kalau berhasil nilai rapor lo semester ini gue jamin langsung B. Dapetin B sekali lagi bisa gantiin manajer gue.Wanda memandang Pandji dan Erlangga dari atas gelasnya. Tentu saja ia berambisi untuk naik level, ia bekerja jauh dari orang tua selama bertahun-tahun bukan sekedar untuk memenuhi rekeningnya. Bedanya, ada motif pribadi sekarang, ia ingin membuat Erlangga menyadari cahayanya dengan cara yang elegan. Menjadi wanita polos entah itu pura-pura bodoh atau bodoh beneran untuk memancing perhatian pria bukanlah gayanya.Pandji meletakan botol birnya lalu melipat tangan di dada, ada orang namanya Vardy Johan. Dia nasabah prioritas di kantor kita, dananya sekitar 14M. Tapi semua orang tahu kalau dia deposan di bank sebelah, dia punya sekitar 50M. Dan kerennya lagi, denger-denger Vardy bakal maju pemilihan Walikota. Kalau lo bisa pindahin tuh dana ke kantor kita terus rayu dia supaya ambil kredit untuk mendanai kampanyenya, gue jamin Erlangga langsung jadiin lo pimpinan cabang.Walau terkejut dengan mulut lancang Pandji namun Erlangga selalu berhasil untuk tak menunjukan reaksinya. Ia melirik datar pada Pandji lalu menilai Wanda dalam diam.Oke… Wanda ikut meletakan gelas di atas meja, bersikap penuh percaya diri walau tantangan Pandji terdengar agak muluk. Memangnya apa yang akan dia lakukan ketika diamati oleh satu-satunya pria yang ia inginkan, jadi Ikan Kakap gue kali ini seperti apa orangnya? Kenapa marketing sebelumnya gagal bawa dia ke kantor kita?Jangan omongin marketing sebelumnyalah. Sawan. Pandji merasa butuh menyindir Erlangga sebagai seorang teman, urusan Erlangga dan Kumala tidak seharusnya menjadi masalah umum bagi setiap insan di kantor termasuk Pandji, seharusnya Erlangga tidak menjadi kaku seperti ini sejak mereka putus hubungan. dengerin! Ini profil Vardy Johan Andromeda-Pandji memulai, Pengusaha di bidang kayu. Mulai dari hulu-hilir hingga yang terbaru dia punya pabrik mebel kualitas ekspor. Kebetulan dia hanya melayani kebutuhan luar negeri.Wanda langsung membayangkan sosok pria bernama Vardy Johan bak pengusaha kayu yang kini sukses di dunia politik. Berumur, tegas, berwibawa, kharismatik.Dia hobi pesta. Jadi gue saranin kalo lo pengen tangkap nih Kakap, lo harus bisa imbangi dia. Ini yang ga bisa dilakuin Kumal. Pandji menggigit lidahnya, keceplosan juga.Ia dan Wanda sama-sama melirik reaksi Erlangga yang biasa saja bahkan bos mereka balas melirik dengan isyarat untuk melanjutkan.Vardy juga digosipin dengan banyak cewek. Ada selebgram, beauty vlogger, bahkan artis ibu kota. Tapi katanya dia cuma setia sama satu cewek.Informasi barusan ini penting, Ji? tanya Wanda sarkas.Bayangan di benak Wanda pun tumpang tindih. Tak bisa ia membayangkan sosok sang politisi berumur yang sedemikian arif bijaksana digandrungi wanita. Maksud Wanda, bukankah tampang politisi selalu membosankan?Itu artinya lo harus manfaatkan kelebihan lo, saran Pandji dengan agak salah tingkah saat melirik dada dan pinggul Wanda.Wanda yang mengerti langsung balas menusuk Pandji dengan tatapan tajamnya, sementara Erlangga minum birnya lagi agar menyamarkan keinginannya untuk tersenyum. Bagaimana pun Erlangga tak pernah melecehkan wanita.Kelebihan aku ada di sini, Wanda mengetuk kepalanya dengan ujung jari, kemudian ia berikrar, aku nggak bakal gunain cara murahan untuk tangkap Si Ikan kakap Vardy Johan ini.***Wanda berdiri di depan meja sekretaris Vardy Johan. Wanita dengan gaya berlebihan mulai dari rambut yang di-highlight, gigi di-veneer. Kemeja di balik blazernya dijahit ketat atau mungkin ia sengaja mengenakan satu ukuran di bawah ukuran tubuh sehingga kainnya meregang ketat di bagian dada. Pun dengan roknya, bokong wanita itu semakin tinggi karena ditunjang oleh heels tiga belas sentimeter.Kaya gini sekretarisnya calon walikota?Lantas Wanda memandangi diri sendiri yang berdandan tidak seperti Wanda-yang-biasanya. Ia mengenakan blouse polos membosankan yang mampu menyamarkan ukuran dadanya, juga rok A-line serta flat shoes demi menyembunyikan bentuk bokong indahnya. Yang mana semua sia-sia karena ia kehujanan dan kain-kain itu melekat bagai kulit kedua.Akan tetapi itu tak menyurutkan semangatnya. Ia sudah membuat janji sejak dua minggu lalu dan baru mendapat kesempatan hari ini, jadi pakaian basah bukan masalah buat Wanda. Pun dengan lirikan sekretaris Vardy yang bernama Milly. Yang seolah memandang geli padanya. Tidak masalah.Setidaknya, dengan melihat Milly, Wanda menyimpulkan bahwa Vardy Johan cukup concern terhadap penampilan bawahannya. Ia siap jika pertemuan kali ini gagal, paling tidak ia bisa memohon pertemuan lain kali dan bukannya tidak sama sekali.Silahkan, Mba Wanda! ujar Milly sambil membuka pintu untuknya, bahkan ia mengulurkan sekotak tisu untuk air yang menetes dari rambut pendek Wanda.Makasih, Mbak! ucap Wanda tegas. Bukannya membantu, bantuan tisu itu justru menyadarkan Wanda betapa berantakannya dia. Untuk pria berumur dan konservatif seperti Vardy Johan, Wanda tak lagi berharap pertemuan kali ini akan straight to the point.Wanda sudah menyiapkan ekspresi menyesal sambil menarik samar kain basah yang melekat di bagian dadanya. Ia berusaha bersikap santun layaknya menemui mendiang ayahnya yang gila hormat. Setidaknya Wanda ahli dalam menangani orang-orang berumur.Tapi yang ia dapati di balik meja kayu berbentuk lekuk pohon yang dipelitur rapi itu adalah seorang pria yang sama sekali tidak berumur. Dia muda, bisa jadi seumuran Pandji atau Erlangga. Dia gagah dengan dada bidang yang tak pantas dimiliki orang tanpa aktivitas fisik terlatih. Rambutnya dipotong dan ditata dengan pomade, sangat rapi. Alisnya tebal dan hitam. Bibirnya tipis, berwarna agak kemerahan dan amat menggoda. Lalu mata yang agak kecoklatan itu kini menatap tanpa minat padanya.Bagus! Siapa yang berminat dengan tikus got basah ini? seharusnya ia pulang dulu atau beli baju di butik. Alih-alih menyapa, Wanda melangkah maju sambil bertanya, permisi, saya Wanda, ingin bertemu dengan Pak Vardy. Saya marketing yang punya janji dengan Bapak Vardy.Pria dengan sorot mata super merendahkan itu tak menjawab. Bahkan secara terang-terangan netranya bergerak menilik dengan cermat penampilan Wanda. Wanita itu menahan diri agar tak menyilangkan tangan di depan dada, mari kita berpura-pura tak ada yang tak pantas di sini. Semuanya senonoh kok, hibur Wanda dalam hati.Kamu tahu kalau penampilan kamu ini sangat tidak menjual? Bagaimana saya betah mendengarkan presentasi kamu kalau dilihat saja udah bikin males.Tahan! Jangan game over dulu.Saya tahu penampilan saya ini mengganggu. Tapi janji temu dengan Bapak Vardy terlalu penting. Kecelakaan kecil ini tidak menghalangi saya untuk bertemu dengan beliau.Wanda menyaksikan riak wajah pria itu yang sepertinya berusaha menjaga agar tatapannya tetap tertuju ke mata Wanda—padahal sebenarnya ingin menjelajah ke area lain yang tak kalah menarik.Tiba-tiba saja Wanda merasa gelisah. Bukan kali pertama ia diamati terang-terangan begini oleh seorang pria. Wanda cukup menyadari kedua asetnya menarik bagi kaum Adam. Tapi perasaan ditelanjangi baru sekarang ia rasakan. Andai saja kabur menjadi sebuah pilihan...Dia siapa sih!Jengah diperhatikan seperti itu, Wanda melangkah mundur lalu menarik pintu hingga terbuka.Mbak! Panggil Wanda ramah namun tak sabar, saya ada perlu penting dengan Bapak Vardy, bukan anak manja ini.Wajah cantik Milly berubah bingung sebelum cemas, ia berdiri di sisi Wanda lalu berkata, yang Mba lihat sekarang ini Bapak Vardy.Wanda mengerjap sementara ia merasakan tekanan darahnya turun perlahan, lalu dengan pandangan skeptis tetap ke arah Vardy, ia berbisik pada Milly, Bapak Vardy Johan Andromeda yang berniat mencalonkan diri sebagai walikota?Milly melirik cepat wajah atasannya, kalau itu saya kurang tahu, Mba-Milly! sela Vardy tegas, tolong antarkan Mba ini keluar karena urusan di sini sudah selesai.Astaga! Aku diusir Ikan Kakap? nggak! Tangkapanku jangan lepas dulu.Milly merentangkan tangannya ke arah pintu, Mari Mb-Mohon maaf atas kesalahpahaman ini, Pak Vardy, Wanda menyela sambil bergerak maju diikuti Milly, tak lagi ia pedulikan jika di jarak sedekat ini Vardy Johan bisa melihat bra hitamnya yang tercetak samar dari balik pakaian. Apapun demi target—Erlangga, apa yang ada di pikiran saya ketika mendengar profil Bapak adalah sosok seperti Pak Joko, Pak Ridwan, Pak Ganjar, Pak… Wanda menggeleng sambil mengapresiasi tingkat tinggi pada sosok Vardy, Pak Vardy ini cocok jadi model brand Armani.“...” Vardy tidak tersanjung sama sekali.“Mungkin Dolce Gabbana lebih cocok.” Ia menambahkan dengan sangat ragu. Ketika raut wajah Vardy datar-datar saja dan Milly membuang muka sambil menahan senyum, Wanda yakin ia sudah salah bicara.Pria itu melirik pada Milly yang terkikik di balik tangan, kalau kamu tidak bisa atasi dia, panggil security-Pak Vardy, saya mohon! Wanda refleks mengatupkan tangan di depan dadanya. Lalu ia melangkah lebih dekat tepat di depan meja kerja Vardy yang artistik, bagaimana kalau kita mulai dari awal? Saya tahu perkenalan kita kurang layak.” Ia menyodorkan tangan, “Saya Erwanda Jasmin, khusus Pak Vardy bisa panggil saya Wanda.Kamu tidak menyimak ya? Penampilan kamu sekarang itu tidak layak, Mbak.Kalau begitu Bapak setuju untuk reschedule? Wanda menatap kedua mata Vardy yang entah kenapa warnanya semakin gelap sambil merapal dalam hati agar pria itu mau memberi kesempatan.Tapi-, iuh... cara dia bilang ‘Mbak’ itu merendahkan sekali.Setelah beberapa saat yang terasa menegangkan, Vardy memalingkan wajah pada pekerjaan dan berkata, tinggalkan nomor kamu pada Milly. Kepada Milly, Vardy berseru, tolong bawakan air minum setengah dingin setengah biasa.Baik, Pak! Vardy tidak membuang waktu. Segera setelah wanita itu meninggalkan kantornya dengan raut wajah kecewa namun Vardy juga mewaspadai tekadnya, ia menghubungi nomor pribadi Pandji. Mereka berkenalan melalui hubungan kerja dan menjadi lebih akrab setelah mendapati kesukaan mereka terhadap wanita dan pesta sama.Lo kirim apaan ke kantor gue? Vardy berhasil terdengar tenang tapi gagal terdengar tak acuh. Ia agak tegang. Bahkan setelah mendapatkan segelas air ia mengusir Milly dengan buru-buru, dilonggarkan dasinya dan ia lepas dua kancing teratas. Belum puas, ia juga sempat mengutuk pendingin ruangannya yang baik-baik saja.Maksud lo Wanda? Pandji terkekeh di seberang sana, namanya juga usaha, Bro.”“Dia sebut gue ‘Anak Manja’.” Gigi Vardy terkatup kesal. Seumur hidup hanya Merryl—ibunya—yang mengatainya seperti itu.“Gue nggak bisa bayangin Wanda bilang itu. Lo pasti ngaco.”“Itu sebelum dia tahu kalau gue Vardy Johan. Dia pikir pengusaha yang jadi politisi tampilannya harus mirip Kak Seto.” Ia menambahkan gerutuan, “Payah banget pengganti Kumala.”“Maafin anak buah gue. Pertemuan pertama selalu unik. Tapi lo rendahin dia?”“Bukan maksud gue.” Vardy mengerang. “Lo tahu gue selalu nggak sengaja terlihat begitu.”Pandji tertawa lagi, mungkin pria itu tahu apa yang ditakutkan Vardy Johan, “nothing personal. Tapi, pindahin deh dana lo ke gue. Gue jamin Wanda nggak bakal ganggu lo lagi.Masalahnya sebagian diri Vardy masih ingin diganggu oleh Wanda. Siapa yang tidak ingin melihat Wanda lagi? Jika dalam keadaan berantakan saja sudah mampu mengusik ketenangan Vardy, bagaimana saat dia formal, saat dia informal seperti... katakan saja baru bangun tidur? Atau saat dia-, argh! Vardy terlalu normal. Tingkah wanita itu sukses buat Vardy penasaran walau enggan ia akui.Sebelum menutup teleponnya, ia mendengar Pandji berpesan atau lebih tepatnya memperingatkan, Wanda itu pantang menyerah. Dia akan lakukan berbagai cara untuk dapetin maunya. Apalagi Ikan Kakap yang bisa buat dia ‘terlihat’ di mata cowok yang dia taksir.Vardy mengernyit lebih dalam, perlahan rasa gerah di tubuhnya pergi. Ia lirik pendingin ruangan yang masih baik-baik saja, “oh, ada motif pribadi rupanya. Lihat aja apa kacung lo cukup kreatif.” Kemudian Vardy menutup teleponnya.Jadi sekarang gue Ikan Kakap.   Bagian : 3“Kenapa muka?” tanya Pandji peka dibalik sikapnya yang terlihat tak acuh.Sejatinya tidak ada yang salah di wajah Wanda. Ia masih cantik dan judes seperti biasa. Jika sampai seorang Wanda tersenyum bisa dipastikan ada maunya. Sejak dulu Wanda ingin mengubah kebiasaan itu. Bersikap judes hanya upayanya melindungi diri dari pria-pria yang suka melecehkan tubuhnya walau hanya dari lirikan mata.Tapi judes-nya Wanda kali ini tentu saja karena Vardy Johan. Sudah hampir dua minggu lamanya ia menghubungi Milly dan wanita itu selalu mengatakan bahwa jadwal atasannya padat merayap.“Menurut Pak Pandji masuk akal nggak sih?” tuntut Wanda pada Pandji, “iya kalo dia di luar negeri atau naik haji. Dia di sini-sini aja tapi nggak punya waktu buat ketemu aku? Kayanya dia menghindar.”“Mungkin pertemuan pertama kalian buat dia takut.”Wanda diam mengulang pertemuan mereka di kantor Vardy dan ia akui agak terlalu agresif saat itu. Ia terlalu berambisi karena ini kaitannya dengan Erlangga sampai melupakan kenyamanan calon kliennya.“Aduh, Pak...” Wanda menjatuhkan dahinya di atas meja bar, “harus gimana ini? Bisa kasih ikan lain, nggak? Ikan Hiu atau Piranha sekalian.”Akhirnya Pandji menghentikan sikap tak acuhnya, ia peduli pada Wanda. Atau mungkin kasihan lebih tepatnya. Walau bersahabat dekat, Wanda tak pernah mau mengaku bahwa ia mengagumi Erlangga lebih dari sekedar teman atau atasan. Wanita itu naksir berat pada Erlangga yang sayangnya sudah menambatkan hati pada wanita lain.“Mana Senin besok Erlangga visit. Duh... aku payah banget ya, Ji?”“Tapi pencapaian lo yang lain bagus, Wan. Kita udah dropping 130%, itu semua karena lo yang nggak bisa diem.”“Tapi perjanjian target kita kan Si Ikan Kakap, Pak Pandji...”“Sampai segitunya lo pengen Erlangga ngelihat lo.”Wanda mengernyit jahat, tersinggung oleh tuduhan Pandji yang tepat 100%.“Aku kerja, Ji. Nggak ada hubungannya dengan Erlangga ‘ngelihat’ atau enggak.” Pandji mengembuskan napas panjang, bukan gayanya mendebat wanita agar mau mengakui perasaan mereka. “Jadi gini, malam Minggu nanti gue datang ke pesta. Bukan pesta resmi. Cuma kesenangan sekelompok orang kaya buang-buang duit. Gue diundang bukan karena gue kaya tapi karena gue teman. Lo harus ikut.”Aku nggak suka pesta, sahut Wanda defensif.Satu kali ini aja dan gue harap lo tahu apa yang harus lo lakuin.Wanda memutar bola mata karena setelah mengatakan itu Pandji mengedarkan pandangan ke tubuhnya.Jadi aku memang harus memanfaatkan kelebihanku sebagai wanita.Demi Erlangga. Demi Erlangga pula ia menolak kencan ganda dengan sang adik. Sekalipun ia sempat mempertimbangkan prospek jodoh seorang marinir dan menjalani hidup penuh keikhlasan kala melepas suami bertugas, sekarang tidak lagi. Ia katakan pada Andy sang adik bahwa hatinya tertambat pada seseorang.Oke, seberapa efektif sih asetku? Rahang Pandji hampir jatuh ketika melihat penampilan Wanda malam ini. Wanita itu seakan habis-habisan menunjukan sisi liarnya sebagai seorang wanita dewasa yang Pandji pikir hanya mitos belaka.Dengan split satin dress berwarna emerald, Wanda menata rambut pendeknya dengan gaya berantakan yang seksi. Ia bisa membayangkan Wanda terbangun di pagi hari dan terlihat seperti itu setelah bercinta semalaman dengan sangat keras dan kreatif.Tak ia duga, Wanda rela melanggar prinsipnya demi menangkap Ikan Kakap untuk seorang Erlangga. Astaga! Mungkin seharusnya Pandji melibatkan cupid agar malam ini Wanda menoleh pada pria lain.Walau terkesan menghindar dan menjaga jarak, anehnya Vardy Johan terlihat cocok untuk Wanda.Pandji mengutuk dirinya yang lemah saat Wanda berjalan ke arahnya dengan langkah tegas di atas stiletto lancip itu, mau tak mau kedua aset di dada Wanda bergerak mengundang imajinasi liar kaumnya. Sayangnya tidak dengan sorot mata membunuh yang ia hunjam pada Pandji. Erwanda Jasmin tetap judes seperti biasa.Jangan komentar! Wanda memperingatkan sambil berjalan mengitari mobil Pandji. Setelah duduk bersebelahan, ia menggunakan pouch untuk menutupi sebelah paha yang terekspos namun sia-sia. Tujuan split dress justru agar sebelah pahanya tidak tertutup.Kalo lo nggak nyaman dengan penampilan ini. Lo bisa pakai baju lain, Wan. Pandji menyarankan. Entah kenapa dengan Wanda ia mampu bersikap waras. Mungkin karena Wanda tak pernah memberi lampu hijau pada pria manapun. Sikap bertahan Wanda mampu menghalau pria yang ingin sekedar bermain-main dengannya.Tanpa memandang Pandji—karena malu, Wanda berkata, temenku namanya Antonio, dia punya salon dan persewaan baju. Setelah jelaskan jenis pestanya dia mendandani seperti ini dan aku terima aja karena enggak tahu di sana bakal seperti apa. Wanda menelan saliva lalu melirik wajah Pandji, apa cewek-cewek di sana bakal terlihat seperti ini, Pak?Pandji mengangguk, iya sih...Wanda ikut mengangguk lalu mengibaskan rambut pendeknya, ya udah, kalau begitu aku juga harus percaya diri. Yuk!Tapi kemudian Pandji melakukan sesuatu yang menyentuh hati Wanda. Ia melepaskan jas hitamnya lalu ia berikan pada wanita itu tanpa melirik. Selagi Wanda melongo tak percaya, Pandji mengarahkan kemudinya.Tutup pakai itu aja. Nggak nyangka bakal lihat lo seperti ini demi Vardy Johan.Wanda yang sedang menutupi pahanya dengan jas Pandji pun terenyak, ini bukan demi Vardy Johan, Pak.Yah... demi ambisi lo.Wanda membuang muka saat hatinya mengoreksi, demi Erlangga.Saya juga nggak menyangka bakal lihat sikap gentle Pak Pandji. Makasih ya, Pak! balas Wanda sok formal.Tapi lo nggak sedang jatuh hati sama gue, kan? goda Pandji.Itu juga yang buat aku heran. Pak Pandji ini idola banget di antara pimpinan cabang yang udah berumur dan hampir botak. Tapi kenapa perasaanku nggak gerak, ya? Mungkin karena kita udah saling kenal sejak masih di pusat.Ketika Pandji tak menanggapi, Wanda pikir mereka sudah tak membahas itu lagi. Tapi tiba-tiba saja Pandji mengejutkannya dengan berkata, karena mata lo bersinar kalau ada Erlangga doang, Pandji berpaling memandangnya, iya, kan?Wanda tertegun diam memandang ke depan. Ia tak ingin menunjukan reaksi apapun yang akan memuaskan asumsi Pandji.Gue udah tahu sejak kita masih di pusat. Yang gue nggak tahu adalah kalau perasaan itu masih ada sampai sekarang. Lama banget, Wan. Enggak capek?Pandji menyimpan sendiri segala yang ia tahu tentang Erlangga dan Kumala yang pasti akan membuat Wanda sedih. Menurutnya biar waktu dan keadaan yang menyadarkan Wanda bahwa Erlangga tak mampu berpaling dari Kumala. Atau mungkin menyadarkan Erlangga bahwa ada orang yang bersedia melakukan apa saja demi mendapatkan perhatiannya.Jangan bilang ke dia tentang apa yang kamu tahu, Ji! Suara Wanda berubah dalam dan dingin. Namun di balik lapisan es tipis itu ada sedikit permohonan dan rasa takut. Wanda tidak asing dengan perhatian yang ia dapatkan ketika memasuki ruang pesta. Ia sadar dirinya seksi dan menarik karena Antonio hampir menciumnya di butik padahal selama ini pria itu bangga dengan selera sesama jenisnya.Jangan fotoin saya ya, Pak. Saya nggak mau anak-anak kantor sampai lihat saya seperti ini. Wanda sengaja bersikap formal pada Pandji karena sedang tak ingin saling meledek. Ia harus fokus dengan tujuan malam ini sebab berada di tengah pesta bukan gayanya.Setelah itu mereka berbaur, Pandji menemukan kumpulannya tapi sayang tanpa Vardy. Tapi Pandji meyakinkannya bahwa pria itu sudah di sini.Wanda berlayar di tengah lautan pesta sambil mengamati kehidupan sosial berkelas. Brand, makanan, jenis percakapan. Sampai kemudian ia menemukan Ikan Kakap incarannya sedang berdiri sendiri dengan gelas berkaki di tangannya. Pria itu sepertinya selalu tahu cara terlihat tak bercela. Wanda tak berani menjumlah harga outfit Vardy malam ini.Wanda mendekat, berusaha agar pertemuan mereka seperti tak disengaja. Ia tidak ingin bersikap agresif dan membuat pria itu tidak nyaman. Aksi kabur Vardy selama beberapa minggu belakangan menjadi pelajaran bagi Wanda.Tapi kemudian ia menyadari bahwa Vardy memang menyendiri di tempat yang tersembunyi karena dari situlah ia bisa mengamati targetnya hingga puas. Seorang wanita berambut coklat sebatas pinggang yang kini sedang berdansa dengan pria jangkung.Kasihan sekali kamu, Var...Seketika Wanda menyadari sesuatu. Ia melihat dirinya sendiri pada sosok Vardy. Sebagaimana pria itu, ia juga selalu mengamati Erlangga dalam diam. Persis!Ah... kasihan juga kamu, Wan...Eh, tapi, Var... sorry ya aku ganggu kesenanganmu malam ini. Vardy sedang ingin meremas gelas di tangannya hingga pecah. Ia sedang melukai hati dengan melihat senyum manja Raras untuk suaminya saat berdansa. Raras terlihat sama sekali berbeda, di ranjang wanita itu seakan memohon agar Vardy membawanya pergi dan segera terbebas dari suaminya yang ringan tangan. Tapi setiap kali tampil di muka umum, Raras bahkan enggan terlihat bersama Vardy lebih dari lima menit.Vardy sangat ingin berpaling. Sangat ingin sesuatu yang lain menarik perhatiannya agar ia tidak mati cemburu di sini. Hingga kemudian sesosok wanita yang tidak biasanya hadir di pesta melintas seperti orang bingung. Dan ketika ia mengenali sosok itu, bibir Vardy mengumpat, “Shit!”Wanita itu langsung menoleh ke arahnya, terlihat kaget walau tidak natural. Wanda sempat menyapa dengan sok akrab. Dalam hati wanita itu berterimakasih pada Antonio, setidaknya malam ini ia layak dan sedap dipandang.Berjalan penuh percaya diri bak model catwalk, Wanda nyaris merasakan embus angin meniup helai rambutnya, dan cahaya lampu sorot mengarah hanya padanya—padahal sebenarnya tak ada. Over confident, Wanda tak tahu jika sebenarnya Vardy Johan berdiri di bawah undakan—karena postur pria itu yang tinggi. Lantas Wanda terdorong ke depan dan langsung mendarat di dada bidang Vardy Johan dengan selamat.Sapaan yang ‘bagus’ sekali, Wan! Wanda mengutuk kecerobohannya sendiri.Maaf, Pak Vardy! bisik Wanda histeris, “saya nggak tahu ada-“ kedua mata Wanda melebar karena bentuk bibir berwarna merah berani yang tergambar di kemeja malam Vardy.Vardy mengikuti arah mata Wanda dan seketika ikut panik, “kamu!”Pak, ini beneran nggak sengaja. Sumpah! Wanda mengoceh karena panik luar biasa, pertemuan ini memang sudah direncanakan. Saya bukan penggemar pesta dan saya datang ke sini dengan atasan saya demi bisa menemui Bapak, tapi insiden jatuh dan menodai kemeja Pak Vardy ini murni kecelakaan. Wanda mengerang, “saya nggak tahu ada undakan.”Ketika Vardy hendak membalas, Wanda menambahkan lagi, oke, saya tahu Pak Vardy muak dengan saya. Saya akui alasan sampai melakukan ini karena Bapak benar-benar tidak beri saya kesempatan memperbaiki pandangan Bapak tentang saya. Itu karena saya sibuk, Wanda. Bisik Vardy kasar. Ketika mereka mulai menarik perhatian orang—termasuk Raras dan suaminya, Vardy menarik siku Wanda dan membawanya ke luar ruangan.Tapi ini sudah beberapa minggu Pak Vardy...Itu artinya kamu harus sabar. Apa tidak ada Ikan Kakap lain yang bisa kamu tangkap?Apa? Wanda memucat dengan wajah sedikit tersentak mundur.Vardy puas melihat wajah cantik itu pias. Mati-matian ia pusatkan mata dan pikirannya hanya pada wajah cantik Wanda, tidak pada dada dan bokongnya, juga sebelah paha yang ia pamerkan. Atau pundak yang ingin sekali Vardy sentuh dengan bibirnya. Sebenarnya sekarang tangan Vardy gatal ingin menghapus lipstik belepotan di bibir Wanda dengan lidahnya.Walau tidak yakin mampu berpaling dari Raras paling tidak Wanda selalu menjadi selingan yang menyegarkan, yang takut ia pikirkan terlalu dalam. Tapi apapun itu ia berterimakasih karena kehadiran Wanda malam ini.Oke, sebenarnya Wanda itu cukup ‘mengganggu’, butuh sedikit usaha agar sosoknya tidak ‘nangkring’ di pikiran. Tapi aku yakin itu bukan sesuatu yang berarti, pasti semua pria mengalami hal yang sama jika berjumpa dengannya.Kehadiran Wanda mengancam hubungan gelap yang ia jalani dengan Raras. Seharusnya ia tak menyambut gangguan berwujud bidadari-pemuas-gairah ini karena Raras sedang dalam proses perceraian. Tak lama lagi Vardy akan mendapatkan cinta pertamanya kembali. Dan begini, saya tidak tertarik menyimpan dana di kantor kamu karena tidak terlalu menguntungkan-Bapak harus dengar saya dulu. Kami bisa dinego soal itu, Pak Vardy bisa mendapat keuntungan yang sama.Kalau begitu kirim orang lain untuk temui saya. Bukan kamu-“Kenapa?” tanya Wanda heran, “apa saya masih tidak layak di mata Pak Vardy? Saya sudah berdandan seperti ini agar terlihat pantas di mata Bapak.”‘Wanda itu pantang menyerah. Dia akan lakukan berbagai cara untuk dapetin maunya. Apalagi Ikan Kakap yang bisa buat dia ‘terlihat’ di mata cowok yang dia taksir.’ Vardy kemudian teringat bagaimana dirinya dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi Wanda.“Wanda, saya-“Harus saya, Pak! Wanda sadar sudah meninggikan suaranya agar mengungguli Vardy. Ia yakin sudah merusak sekali lagi kesempatan untuk menangkap Ikan Kakap karena ambisinya yang tak mampu ia bendung. Ini bukan sekedar target kantor, Pak Vardy. Jadi harus saya. Please...! Wanda tak akan membiarkan bibirnya memohon pada seorang pria.Jadi memang ada kepentingan pribadi di sini. Netra Vardy meninggalkan wajah Wanda, turun ke seluruh tubuh yang bisa ia raih dengan merentangkan satu tangan. Persis seperti ini yang ia bayangkan saat Wanda menyerbu masuk ke dalam kantor dengan pakaian basah melekat di tubuhnya. Dada, pinggang, pinggul, bokong, dan sekarang Wanda memberikan sebelah pahanya untuk dilihat mata-mata yang lapar termasuk dirinya.Sial! Ambisi sekali dia.Sorry, Vardy memaksa mata dan pikirannya berpaling dari Wanda, saya tidak bisa bantu kamu kali ini.Tamat sudah, ia gagal memenuhi tantangan, ia gagal mendapatkan perhatian Erlangga. Wanda tak menutupi kecewanya. Ikan kakap berenang pergi meninggalkan jala. “Enggak seharusnya kamu mencampuradukan urusan pribadi dengan pekerjaan, Wanda. Akan seperti ini jadinya. Anggap saja ini pengalaman.”Wanda pun mengangguk, nasihat Vardy sama sekali tidak salah. Wanda memang terkesan bodoh belakangan ini hanya karena ambisinya mengejar Erlangga. Mungkin ia harus berhenti jika tidak ingin masa depan karir yang ia rancang hancur lebur menjadi abu.Wanda tetap mengulas senyum untuk Vardy walau kini perasaannya kacau balau. Kalau begitu boleh saya bantu bersihkan lipstik di kemeja Pak Vardy? Ketika mendapat lirikan skeptis Vardy, Wanda buru-buru menambahkan, saya janji nggak akan temui Bapak lagi setelah ini. Cuma mau perbaiki imej saja. Siapa tahu suatu hari kita nggak sengaja ketemu, saya bisa sapa Bapak nggak pakai mikir dulu. Pak Vardy boleh buang muka kalau nggak sudi.Akhirnya Vardy mengangguk setuju. Membiarkan diri berada dalam godaan sebentar lagi mungkin tak masalah.“Di atas ada toilet khusus yang tidak terlalu ramai. Kita ke sana saja.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan