
BAB 1 Hai, Namaku Sandra! Newbie di Sini
Ini cerita tentang Si Anak Baru, Atasannya yang Aaaarrrgghhhhh, serta Big Boss yang kelakukannya seperti Iblis.
Namanya Sandra Bayu Hutama. Miss Newbie yang baru kerja di Ruanna, biro arsitektur paling ‘WOW’ seantero jagad. Kerjaan numpuk, sering lembur, bahkan bergadang pun sudah biasa. Tapi yang paling parah, desain karyanya harus bisa memuaskan hati seorang iblis atau karirnya … THE END!
Namanya Steven Joshua. Mr. Boss yang ganteng poooool. Orang nomor dua...
BAB 1 Hai, Namaku Sandra! Newbie di Sini
"San? Sandra ...."
Eh, suara apa itu? Suara lembut yang baru saja masuk ke dalam telinga, memanggil namaku sayup-sayup. Ingin rasanya aku menjawab panggilannya, tapi … sial, apa yang terjadi?
Bibirku terasa kelu, rasanya tak mampu mengucap apapun. Tubuhku lemas, tulang-tulangku tidak bisa digerakkan, serasa badanku remuk dan hancur.
"Sandra!"
Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"I-iya!" bisikku lemah.
Tapi, tunggu, tunggu! Apa yang terjadi dengan mataku? Kenapa semuanya … hitam? Pekat gelap gulita? Sepertinya ini masih larut. Mungkin mati lampu? Atau jangan-jangan … aku buta akibat penyiksaan semalam?
Oh, no, no. Please! Tidak! Aku tidak mau cacat. Apa jadinya jika aku lumpuh di umur 23 tahun? Oh, TIDAK …! God please! Don't let bad things happen to me.
"Sandra, ayo bangun!"
Suara itu terngiang lagi, kali ini dibarengi dengan sensasi dingin seperti percikkan air.
“SANDRA!!!”
"IYA!"
Aku terbangun dan terkejut di saat bersamaan. Percayalah, bukan hal yang baik untuk kesehatan. Jantungku seperti melompat keluar dari rongga dada. Nafasku serasa hampir putus, dan jangan tanya ekspresi wajahku seperti apa.
Satu hal yang kutahu, mataku terbuka sangat lebar dan … hei, sepertinya semua masih normal. Yes, aku tidak buta! Kurasa tadi hanya kelopaknya saja yang terlalu berat untuk diangkat. Aku lega, hanya saja rasanya campur aduk, ketika menyadari di mana aku terbangun pagi ini.
"Sandra, kamu ga pulang dari semalam?" tanya Bu Hana. Wanita berusia 50 tahunan yang sudah menjadi atasanku selama 2 bulan terakhir.
Aku ingin sekali menjawab pertanyaannya. Tapi bagaimana mungkin aku sanggup mengatakan yang sejujurnya, ketika hati ini dipenuhi rasa … malu.
Ini sungguh benar-benar memalukan. Asal kalian tahu, semua orang di ruangan ini menatapku seperti alien yang baru saja turun dari UFO. Dan sialnya, aku mengerti mengapa mereka berekspresi demikian.
Mengingat apa yang terjadi semalam, wajahku pagi ini pasti tidak terlihat seperti biasanya. Aku tahu pastinya rambutku mulai menjulur ke sana kemari tanpa aturan yang jelas. Singkatnya, aku sadar jika wajah bangun tidurku pagi ini terlihat ... jelek! Sangat amat jelek!
Duh, bagaimana caranya aku membela diri atas insiden pagi ini? Haruskah kujelaskan apa yang terjadi semalam? Apa mereka akan memaklumi keburukan wajahku pagi ini, jika ….
Pertama, semalam aku menangis. Kedua, aku tak sengaja ketiduran di kantor. Ketiga, mereka memerciki wajahku dengan air.
Aku tahu tata krama 101. Sangat tidak sopan membangunkan seseorang dengan percikan air. Tetapi, aku mengerti mengapa mereka melakukannya. Kurasa mereka sudah mencoba berbagai cara, hanya saja … damn! Kelopak mata sialan ini terlalu ogah untuk terbuka.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Berapapun mahalnya make up waterproof yang kupakai, tidak akan mungkin bisa menyelamatkan wajahku di hadapan rekan-rekanku pagi ini.
"Ah, syukurlah kamu sadar, Sandra,” lanjut Bu Hana yang sepertinya sudah mulai pasrah menunggu kata-kata dari mulutku. "Ya sudah, sekarang sebaiknya kamu cepat cuci muka, rapihkan baju dan penampilanmu. Kita harus segera bersiap. Hari ini, ada meeting penting, kamu ingat?" lanjutnya sambil melirik ke arah jam di tangannya.
Oh Shit, meeting!
Aku segera mengangguk, lalu berlari ke toilet. Kabur sekaligus berniat memperbaiki penampilanku yang super berantakan ini. Dan benar saja, tidak perlu malaikat, cermin pun tahu betapa mengerikan wajahku pagi ini.
Maskara yang luntur terkena air mata, lipstik yang sudah separuh pudar karena air liur saat tertidur pulas, dan yang paling parah adalah kantung mata hitam yang membuat wajahku seperti panda.
By the way, jika kantung itu cukup besar, apa mungkin aku bisa menaruh belanjaan di dalam kantung mata ini? Oops, sarkas … tapi itu bagus! Setidaknya aku masih punya selera humor di masa yang berat ini.
Satu hal yang kuharap, semoga karirku cukup sukses hingga aku punya cukup uang untuk melakukan operasi plastik suatu hari nanti. Memperbaiki kantung mataku yang akan lebih melebar lagi di usia 40 an. Tapi melihat nominal gajiku sekarang, sepertinya aku akan jatuh miskin, mati dalam kesendirian, dan merana, sangat amat merana, huhuhu.
Hei, Sandra, semangat sedikit dong!
Baiklah, aku terima jika kalian berpikir jika aku adalah orang yang pesimis. Tapi kumohon dengarkan penjelasanku dulu tentang pekerjaan ini.
Entah apa yang ada dipikiranku ketika bercita-cita untuk menjadi seorang arsitek. Mendesain bangunan-bangunan megah, terdengar sangat keren, bukan? Tapi, jika waktu dapat di ulang, mungkin aku tidak akan memilih jurusan neraka itu.
Sejak kuliah, fakultas arsitektur sudah menyiksaku dengan. tugas-tugas super banyak. Aristektur telah membuatku terbiasa bergadang. Tidur hanya dua jam sehari, bahkan sampai tidak berani mandi karena takut masuk angin. Mungkin, itulah sebabnya mahasiswi jurusan arsitektur tidak akan tampak se-’glowing' mahasiswi jurusan lain. Satu hal yang tidak kusangka, ternyata, penyiksaan itu tidak berakhir sampai mendapat ijazah. Terus menular sampai ke dunia kerja.
Pekerjaan menumpuk, menggunung, jangan tanya kapan selesai, karena itu akan selesai dalam ... um ... beberapa kali waktu lembur. Ah, apa kalian pikir waktu lembur 1 jam, 2 jam? Tidak kawan, lembur yang kumaksud sampai tengah malam bahkan kadang sampai pagi dini hari.
Gajinya pasti besar dong?
Hah? Serius? Apa kalian bernar-benar berpikir jika gajiku besar? Um, sesungguhnya tidak bisa dikatakan kecil, tapi tidak bisa juga dikatakan besar. Medium income. Setidaknya itu yang aku tahu dari kondisi sekarang ini. Gajiku tidak akan sanggup membayar semua biaya rumah sakit akibat gaya hidupku yang kacau.
Tapi ya sudahlah, lebih baik kita hentikan pembicaraan tentang penderitaan. Lebih baik segera bergegas, aku tidak punya banyak waktu. Aku harus kembali bekerja.
Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu memutar keran air di hadapan. Membasuh wajah yang berantakan ini sambil berharap jika air dapat memberikan sedikit kesegaran untuk jiwa.
Hasilnya? Cukup membantu, walau tidak terlalu banyak. Mungkin beberapa lembar koyo dan obat gosok akan lebih berguna daripada percikan air. Apalagi pijat refleksi di akhir pekan, oh, itu akan sangat menyenangkan.
"Hei, yoooooo, Hermioneee."
Sapa seseorang ketika melihatku keluar dari dalam toilet. Sapaan ramah yang tidak terlalu kusuka. Well, mau bagaimana lagi? Aku tahu aku lelah, tetapi aku tidak amnesia.
Namaku Sandra, San ... Dra ... so easy, tak sulit untuk diingat. Ya namaku Sandra, bukan Hermione si penyihir pintar dalam serial Harry Potter.
Tapi … apa mungkin mereka memanggilku begitu karena aku pintar? Mungkin seharusnya aku menyukai julukan itu, tapi, tetap saja aneh, Julukan adalah julukan, aku tidak nyaman ketika mereka memanggilku dengan sebutan asing.
"Pagi Mas Angga," jawabku. Mencoba untuk ceria walaupun banyaknya pekerjaan serta kurang tidur sudah menghisap seluruh daya energiku.
"Ckckck, lemes amat! Semangat sedikit kenapa?" lanjut Mas Angga yang menyadari nada bicaraku yang turun ke bawah.
"Maaf, Mas Angga, aku cuma … lelah," jawabku sambil menyunggingkan sedikit senyuman. Biasanya senyumanku lebar dari kiri ke kanan, tapi untuk hari ini, rasanya untuk mengangkat pipi saja rasanya berat.
"Ha ... ha ... ha ...," tawa sinis Mas Angga menjawab senyuman menggenaskan yang tersungging di bibirku.
"Ini!” lanjutnya sambil memberikan sebuah bungkusan padaku. “Barusan Bu Hana telepon, beliau memintaku untuk membelikan kamu sarapan dan secangkir kopi."
"Aw ..., terharu. Thank you Mas Angga, baik deh," jawabku sedikit bahagia. Siapa yang tidak senang? Setidaknya di dalam pekerjaanku yang suram ini, aku menemukan teman seperjuangan yang saling mendukung satu dengan lain.
"You're welcome. O ya, kata anak-anak kamu ga pulang dari semalam? Kenapa?"
Oh, here comes the gossip.
"Aku harus membuat ulang maket studi yang digunakan untuk presentasi hari ini. Mau bagaimana lagi? Karena kecelakaan kemarin sore, maketnya rusak. Jadi, aku harus mulai mengerjakannya lagi dari awal. Dari sore sampai tengah malam, hingga tidak sengaja ketiduran di meja," jawabku pasrah.
"Wow, so sad. But, team B pasti beruntung banget punya newbie yang sangat bertanggung jawab seperti kamu. Eh lupa, satu lagi, apa kamu sudah siap meeting hari ini?"
"Siap, Mas. Sesungguhnya, sejak kemarin seluruh produknya sudah ready untuk presentasi. Jika saja, aku tidak sengaja kepeleset dan menghancurkan maketnya, maka semuanya akan berjalan lancar.”
“Tapi, sekarang sudah selesai, kan?”
“Sudah. Ya, memang tidak serapi maket awal, tapi cukup ok untuk presentasi hari ini. Tapi, jujur grogi juga, ini pertama kalinya aku ikut meeting dengan client. I hope ownernya suka dengan desainnya. Kalau tidak, kami harus mengulang prosesnya dari awal, atau kontrak kerjanya batal."
"Meeting dengan client?" tanya Mas Angga. Dari suaranya, dia terdengar terkejut mendengar perkataanku.
"Yup, hari ini, kita akan meeting bersama client, kan?"
"Oh, come on Hermione. Apa Bu hana tidak memberitahu tentang perubahan schedule hari ini? Kudengar clientnya berhalangan hadir.”
“O ya?” tanyaku tak percaya. “Yes, meeting dibatalkan.”
“Hohoho, tidak semudah itu. Clientnya memang berhalangan, tapi jadwal presentasinya tetap. Hari ini kamu akan presentasi di depan … ehm, you know ... the one and only … Madam Devil."
Mataku melotot lebih besar dari ketika terbangun dengan unglowing situation. Ternyata penderitaan sejak dua minggu yang lalu belum berakhir, bahkan belum mencapai puncaknya. Bisul yang kukira sudah pecah kemarin, ternyata masih siap memuntahkan nanah lagi hari ini.
"Ha, ha, ha, t-tidak mungkin. Mas Angga pasti bercanda, ya kan?”
“Tidak, aku tidak bercanda," jawabnya lugas.
Ok Sandra tenang, dulu. Bukankah kamu cuma anak baru? Ga mungkin newbie maju untuk presentasi. Paling Bu Hana atau para senior yang maju ke depan. Kerjaanmu hanya duduk manis, jadi notulen yang hanya bertugas mendengarkan dan mencatat.
"Ah, aku mengerti! Kalau begitu aku permisi dulu. Aku akan menjelaskan tentang ide desain ini, agar presentasi para senior lancar di meeting hari ini," kataku pamit pada Mas Angga.
"No, Hermione, no," jawab Mas Angga mencegahku pergi. “Coba pikir baik-baik! Kamu kira, kenapa Bu Hana memintaku untuk beli bubur dan kopi buat kamu?"
"Um, karena Bu Hana atasan yang baik hati, perhatian sama bawahan?" jawabku polos.
"No, Yes. Ah, susah juga menjelaskannya. Bu Hana memang atasa yang perhatian dengan bawahan, tapi alasan utamanya, karena beliau mau memastikan, kalau kamu cukup segar untuk presentasi siang ini. Seperti yang kita sama-sama tahu, Madam Devil tidak hanya memperhatikan desain, tapi juga penampilan. Setidaknya kamu harus terlihat … sehat, segar, dan meyakinkan."
"Oh, Shit!" My little devil ringing so soothly in my ear. That's impossible, right? Mana mungkin newbie ga tahu apa-apa ini langsung melakukan presentasi di hadapan boss besar? What the hell?
"Jangan bengong begitu! Ekspresi wajahmu terlihat jelek, tahu? Semangat sedikit kenapa? Kita semua tahu, otak kamu seencer Hermione Granger. Kurasa kamu bisa memenangkan hati Madam Devil, bahkan bisa jadi anak baru kepercayaan beliau. Intinya kamu harus lebih percaya diri dengan kemampuanmu."
"Mas Angga!" jawabku lantang. "T-terima kasih, dan … maaf ya, kalau selama sebulan kerja di sini, saya punya banyak salah. Mungkin selama ini saya sudah jadi junior yang annoying dan suka bikin repot sana sini."
"Eh, otaknya ga konslet, kan?" tanya Mas Angga yang heran mendengar jawabanku yang tidak nyambung dari topik pembicaraan.
"Tidak Mas. Tapi sepertinya … saya akan dipecat hari ini. Jadi, sebelum Madam Devil mengusirku. Sebaiknya saya sungkem dulu dan minta maaf ke semua senior. Maafkan saya, kalau selama kerja di sini, saya punya banyak salah sama Mas Angga dan rekan-rekan lainnya. Ya, ya?"
____________________________________________________________________________________________________________
Tertarik dengan kisah ini? Untuk yang menginginkan versi buku cetaknya (Ada 3 buku untuk 3 seri cerita ini), bisa dibeli di tokopedia atau shopee, atau langsung DM saja authornya.
https://tokopedia.link/h1zoPX0ZuMb
https://shopee.co.id/product/506050729/29401161892/
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
