

Kemarin belajar lagi tentang memilih.
memilih mana yang kiranya baik, ataupun cukup. Bukan buruk.
gue yakin di dunia ini ga ada yang buruk kalau kita mau belajar dari suatu kesalahan, dan lagi-lagi hidup ini tentang bagaimana kita belajar, tumbuh, dan berproses kan?
Masuk dunia luar terlalu banyak menawarkan pilihan, dan kenyamanan selalu jadi jebakan. di masa-masa yang memang terlalu tabu untuk melihat mana yang kiranya layak dan pas untuk diri sendiri, dimana 'katanya' yang enak-enak...

Kemarin belajar lagi tentang memilih.
memilih mana yang kiranya baik, ataupun cukup. Bukan buruk.
gue yakin di dunia ini ga ada yang buruk kalau kita mau belajar dari suatu kesalahan, dan lagi-lagi hidup ini tentang bagaimana kita belajar, tumbuh, dan berproses kan?
Masuk dunia luar terlalu banyak menawarkan pilihan, dan kenyamanan selalu jadi jebakan. di masa-masa yang memang terlalu tabu untuk melihat mana yang kiranya layak dan pas untuk diri sendiri, dimana 'katanya' yang enak-enak belum tentu baik, harus capek buat coba segala hal, dan jangan kejebak sama rasa nyaman.
Dulu di pondok, yang namanya teman itu ya kayanya sama semua. Karena mungkin emang senasib, terikat dengan berbagai macam peraturan yang ada, jadi ruang gerak cukup terbatas kalau memang dikatakan bebas. Ataupun kalau misalkan ada yang ketauan ngelanggar, setidaknya masih bisa melihat jelas mana yang kiranya baik untuk dijadikan teman, yaa dalam artian tanda kutip berarti yang "ga ngelanggar". Tapi setelah lulus jadi sadar bahwa sebenernya si pelanggar pun belum tentu buruk, dan yang ga ngelanggar pun belum tentu baik. semua jadi kerasa abu-abu.
Dunia baru, pun fase baru.
Belajar untuk menjadi netral ternyata ga mudah, kadang apa-apa yang ga sesuai rasanya ingin dikomentari, tapi sadar juga pendapat kita pun ga selamanya sesuai di mata orang lain.
Semakin kesini, semakin terlihat wujud asli dari sifat-sifat orang sekeliling kita, karena di fase ini pun peraturan ga kaya di pondok dulu yang memang tertulis, tapi sekarang peraturan itu ya apa yang kita tetapkan buat diri kita aja, karena prinsipnya "kita yang tau dan kita yang paham bagaimana diri kita seperti apa".
Bagi sebagian orang katanya "kalau kamu ingin menjadi baik, bertemanlah sama yang baik-baik aja. Sebaliknya kalau berteman dengan yang buruk, ikutan kena buruknya."
Tapi itu terkesan rasis di pikiran gue. Lagi pula siapa yang berhak memeta-metakan manusia selain Tuhan?
Dan disini gue sadar pentingnya punya prinsip. Prinsip-prinsip baik yang kita buat yang mengatur diri kita bagaimana ingin menjadi. Karena bagi gue, kita berteman sama siapa aja, selagi kita baik dan berpegang teguh dengan prinsip yang kita punya, bagaimana pun arus pertemanan yang ada di sekeliling kita, kita akan balik lagi ketitik netral, ke prinsip yang kita punya.

Arti 'berteman dengan siapa aja' menurut gue itu lebih ke gimana diri gue untuk belajar sih, belajar adaptasi, belajar komunikasi, apalagi gue tipikal orang yang 'agak' susah interaksi sama orang-orang baru. Dan terlebih tentang bertukar sudut pandang, belajar dari pengalaman dan karakter setiap orangnya dan bagaimana harus menyikapinya, karena bagi gue setiap orang itu unik dan berbeda-beda dalam banyak hal.
Dari situ juga gue belajar bahwa ga setiap dari kita disenangi sama semua orang, seringkali bertolak belakang dan itu wajar, juga sebaliknya kita ga harus nyenengin semua orang.
kalo kayak gitu ambisinya capek banget hidup ini wkwk, mengharuskan sesuatu dari sekian banyak perbedaan di dunia ini. Bagian ini Note to self banget buat gue dan masih berproses.
Ga mudah emang, kadang goyah. Tapi lagi-lagi seperti yang gue tulis di celotehan gue sebelumnya. Yakin, ya yang penting yakinin diri dulu. Yang baik akan berbalas baik, pun sebaliknya.
Jadi jangan bosan dan lupa untuk jadi baik ya :)
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
