KINANTI Chapter 1

1
0
Deskripsi

Haaiii… aku baby hippo…

Ini karya pertama ku… 

Judulnya KINANTI.

Aku harap kalian suka sama series Kinanti ini ya..

Semoga klian suka sama karyaku…

❤️🥂

I'M KINANTI

“Ayooo Kinaaaaan..lo bisa ga siiih lebih cepetan dikiit dandannyaaa…!!!!” pekik Resha kepadaku 
yang masih asik memulas wajahku dengan bedak bewarna coklatku.

Aku tidak membenci pernikahan tapi yaa beginilah aku, malas yang namanya pergi ke acara pernikahan, aku membenci kebisingan dan keramaian, karena menurutku pada situasi itu lah aku merasa sendiri dan kesepian.

Ya, kesepian karena aku Kinanti Rasdawiredja, 34 tahun dan saya masih SINGLE 
saudara-saudara, *tepuk tangan untuk diri sendiri*. Bukan karena berumur ’cukup’ tetapi masih singel yang membuatku malas datang ke acara pernikahan seperti sekarang ini, aku bukan 
wanita yang terlanjur tua atau menjadi perawan tua tepatnya.

Aku hanya merasa belum menemukan pendamping yang sesuai dengan kriteriaku *kriteria Ibu ku lebih tepatnya*.
Pelampiasan ku hanya kepada pekerjaan, oke, aku seorang desaigner yang sudah sedikit 
mempunyai nama *beken* dikalangan artis-artis ibukota dan membuka rumah mode bersama 
teman-temanku.

aku juga bekerja merangkap sebagai Fashion consultant di HER SHOW sebuah 
majalah wanita tersohor di jakarta, tapi tetap saja saya berumur 34 tahun dan belum menikah, 
dan belum punya kekasih.
”heeeeh miss Qee ayoooo cepetaaaan, udaaaahaaan kaliii bedakannyaaa..!!!” suara Resha terdengar lagi dari luar kamar ku.
"Iya-iya, ampuun deeeeh lo baweeel banget siih, acaranya kan masih jam 7, ini baru jam 6 
tauuuuu!!!!” balasku menarik jilbab Resha sambil terkekeh.
”iya ngertiii..tapikan ini pernikahan sepupu kita sendiri Qee”. Jelas Resha.
” yess i know sistaaaaa... chill”.
Aku mengambil clutch bag hitamku lalu melangkah turun menuju ruang tamu rumah, "sodara juga sodara jauh banget beb". Gumamku pelan2.
Aku Dan Resha menemui orang tua kami yang sudah sedari tadi menunggu di ruang tamu.
“ Ibu, yakin mau pakai sepatu ini?". Tanyaku Ketika melihat Ibuku memakai sepatu bermodel sling back berwarna hitam dengan hak sekitar 5 cm.
"kenapa memangnya ‘ jawab Ibuku ketus.Yah begitulah Ibuku, aku juga tidak tau apa yang bisa membuat Ibuku itu seperti itu,apa mungkin karena lama sendiri? Aaah aku juga tidak tau. Setelah semua siap kami semua pergi ke gedung resepsi pernikahan saudaraku.

Semua orang merayakan pernikahan yang lumayan meriah itu dengan penuh suka cita, 
terlihat dari semua tamu yang berwajah sumringah melihat tawa bahagia kedua mempelai, bukannya Aku tidak bahagia dengan pernikahan sepupuku ini, tapi entah kenapa Aku tidak bisa menikmati acara.


Aku berusaha mencari sudut ruangan atau mungkin ruangan kosong yang bisa ku 
gunakan untuk menyendiri. Aku duduk di pinggir kolam ikan yang ada di taman belakang gedung tersebut menikmatii hembusan angin malam yang berkali kali menyapu helai rambutku. ' ah nyaman sekali disini, sepi tenang, bulannya bagus walaupun belum bulat sempurna'. Gumamku memandangi langit.

Setelah beberapa jam akhirnya Ibu menelponku Dan mengajakku pulang, anehnya selama perjalanan Ibuku menggerutu kesal tak karuan. ”ada apa sih Bu?” tanyaku pelan. "Kok Ibu dari tadi selesai pesta marah-marah terus?”.

Ibu diam, aku pasrah sambil berusaha fokus pada jalanan ibukota yang belum sepi 
walaupun jam sudah berdentang 12 kali.
Sampai dirumah Ibuku langsung turun dari mobil tanpa kata apapun, masuk rumah dan menutup pintu kamar dengan kasar, Aku pasrah, Aku bingung, Aku lelah dan Aku tertidur dalam mimpi buruk yang biasa membuatku terbangun dan terjaga tengah malam.


Kopi susu, rokok, laptop, buku sketsa, dan colour pencil yang biasa menemaniku disaat 
terjaga di tengah malam pekat. Lelahku tak mengahalangi mataku yang masih terus meminta untuk dibuka. Aku membuka emailku dan menjawab semua pertanyaan redaksi majalah fashion yang ku tangani, mencoba membuat sketsa baru untuk musim depan, dan membuka jejaring 
sosialku.
Tiba-tiba Aku terpaku oleh sebuah notification ’Rendra Sunosoemono send you a message' Dengan hati dan jantung yang berdebar aku membukanya, rasanya lama sekali 
menunggu loading internetku, aku makin gelisah tak sabar ingin tau apa isi pesanEndra, 
biasa aku memanggilnya dulu, dia bekas pacarku waktu kuliah dulu, kami pacaran dua tahun, tapi 
karena Ibuku tak setuju Aku berhubungan dengannya dengan berat hati dan situasi yang sangat emosional aku memutuskan berpisah darinya.
“ siaaaal!!” pekikku tertahan melihat postingan Endra ke wallku adalah undangan 
pernikahan, yang akan berlangsung sekitar enam bulan lagi. “ why must be me????” keluhku menutup wajah dengan jari-jariku yang mulai tremor menahan tangis dan sakit hati.

Entah kenapa Aku sesedih ini melihat Endra akan menikah padahal Aku sudah lama tidak bertemu atau bertegur sapa dengannya di manapun, aku tidak pernah lagi mendengar kabarnya semenjak kami memutuskan berpisah.Kuhisap kembali batang rokok terakhirku dengan penuh kekesalan yang mendalam, tidak terima? Ya itu yang ku rasakan saat ini melihat undangan itu bertengger dihadapanku saat ini.

AKU...


Aku terlahir sebagai anak perempuan bungsu satu-satunya yang mempunyai 3 orang 
kakak laki-laki. Terlahir dengan nama Kinanti Rasdawiredja, Aku lahir dijakarta pada tanggal 
22 mei tahun 87 silam. Dalam keluarga jawa yang sudah sedikit kehilangan sisi kejawennya.
Ibu memberiku nama kinanti supaya Aku bisa menjadi wanita jawa yang seutuhnya, tapi 
Aku sedikit melipir dari harapan Ibuku. Aku tumbuh menjadi gadis yang ingin tau segala hal 
dan ingin mencoba sesuatu yang baru, tetapi tidak pernah mewujudkannya, kenapa? Yaaaa 
tentu saja karena Ibuku.

HOUSE OF SPARKLE

” Qee, lo lagi kenapa sih? Bengoong aja dari tadi?” tanya rara sahabatku semasa kuliah 
yang sekarang satu profesi dengan ku dan 5 temanku yang lain.
”hah?” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
”yeeee...lo ngigo ya?, dari tadi dieeem aja di depan laptop, gw kasih lo sketsa baju 
pengantin pesanan gaaaa ada yg lo pegang!” protes rara sambil menyodorkan map berwarna 
kuning.
”iya sori raa gw kerjain deh Hari ini, besok pagi dah bisa kita kerjain kok polanya”. Ujarku lemas.
”lo aneh banget si Qee, ya udah jangan sampe lupa lagi ya!”. Tegas Rara yang bingung sekaligus kesal melihat ku tidak fokus akhir-akhir ini.


Saking seriusnya mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh Rara aku sampai tidak sadar 
kalau jam sudah menujukan waktu tengah malam, dan aku masih ada di ruangan workshop 
HOUSE OF SPARKLE, adalah brand fashion baru yang aku dan Lima sahabatku
bangun dari bawah bersama-sama sampai akhirnya brand kami ini dikenal masyarakat luas. 
Ternyata kantor sudah sepi, kosong melompong. Aku turun ke pantry dan membuat kopi susu hangat, dengan pikiran yang masi terus melayang ke undangan pernikahan Endra.

masih terbesit kesedihan dan rasa tidak rela menerima kenyataan bahwa aku akan kehilangan Endra. Setelah menghabiskan tiga batang rokok mentholku dan segelas kopisusu aku menyusuri 
kota jakarta menuju rumah, sesampainya dirumah aku masih melihat lampu kamar ibuku 
menyala, setelah memarkir mobil, dengan lelah aku memasuki rumah dan disambut oleh 
bentakan kasar dari ibuku.
”mau jadi apa kamu pagi begini baru pulang? Kencan sama laki-laki mana kamu ?sudah 
ngerasa punya uang kamu hah!!!!”.
Aku yang kelelahan hanya bisa diam, dan meninggalkan ibu yang masih memakiku.

Aku masuk ke kamar tanpa suara, menyalakan lampu dan duduk termagu di tempat tidurku yang 
cukup luas kalau hanya untuk diriku, terkadang aku sangat ingin melihat seorang laki-laki 
*status suamiku* melepas lelah dan terlelap disampingku.
Berbaring Tanpa bisa memejamkan mata, otakku Terus berputar Dan bertanya bagaimana aku bisa punya suami kalau Sampai sekarang ibu masih belum mengizinkan aku mempunyai pacar Karena belum ada yang sesuai dengan kriteria Ibu, sampai pusing aku mencari yang sesuai Dan akhirnya aku berhenti mencari.

Padahal aku sudah 34 tahun, teman-temanku sudah menikah semua dan sudah mempunyai anak yang lucu-lucu. ”aaaaaaaaaah....!!!!!!”. pekikku menutup wajah dengan bantal seketika menangis tersengguk. Tidak kuat menghadapi sikap ibu yang tidak pernah berubah dari aku kecil hingga aku sudah setua ini. Tangisku makin hebat, seketika aku teringat masa laluku yang menyedihkan.

Another day @SPARKLE


”Qee?” sapa dinda, sahabatku yang lain yang sama-sama mendirikan SPARKLE ini.
”eh hay Din”.
”tumben banget lo pagi-pagi gini udah nangkring dikantor?”
”iya janji sama Rara, mau ngasi sketsa yang kemaren dia kasih ke gw, nah elo ngapain pagi-
pagi udah nangkring disini?” jelas ku
” mau meeting sama Jennifer, itu looh artis sinetron yang mau menikah, dia mau pesen 
gaun sama kita”.
”ooooh”.
Jennifer?. Kayanya aku pernah melihat nama itu disuatu tempat. Tapi dimana ya?. Menunggu rara datang aku menghirup kopi susuku dan mencoba membuat pola untuk sketsa yang telah aku buat kemarin. satu jam kemudian rara datang dan menarikku keruang tamu customer dengan sangat tergesa.

Bingung tetapi aku hanya bisa mengikutinya. Aku merasa seperti tertusuk samurai tepat dijantung begitu melihat ke ruangan tamu, ternyata itu yang membuat Rara tergesa menarikku, ini yang mau ia tunjukan padaku *best scene to ruined my mood* , semua ruang terasa menyempit, dan seketika dadaku sesak seperti dipenuhi karbondioksida, wajahku memanas, dan mataku mulai tergenang airmata.

Lunglai aku kembali keruanganku, menelungkupkan wajah ke meja dan menangis 
sesenggukan. ” DAMN semalem gw dah nangis sampe ga bisa tidur gara-gara ibu, sekarang 
pagi-pagi gini gw dah dibuat nangis lagi!!!” keluhku. ” kenapa sih? Kenapa dia mesti bikin gaun pengantinnya disini, ternyata benerkan Jennifer itu gw liat di undangan nikahannya Endra yang Dia kirim ke gue minggu lalu".

” sabar Qee”. Kata Rara singkat, sambil mengelus kepalaku.
”kayanya dia sengaja deh ra, karena dia tau kalo SPARKLE itu punya kita” tuduhku kesal.


Rara hanya menaikian bahu tanda tidak tahu, tak seberapa lama 4 temanku yang lain 
datang bersamaan dengan wajah panik. Rara hanya tersenyum kecut melirik kearahku yang 
masih tertunduk dimeja kerjaku. Rasanya ingin menghilang dari bumi.
Entah apa yang ditakdirkan kepada diriku hari ini khususnya pagi ini, ketika aku keluar 
dari toilet setelah mencuci muka dan memperbaiki riasanku, aku berpapasan dengan Endra didepan pintu toilet, entah dia sengaja menungguku atau tidak tapi kami sama-sama terkejut bisa bertemu dalam keadaan seperti ini.

Sakit rasanya bertemu Endra tanpa dapat memeluknya erat seperti waktu dulu, dia 
terlihat makin mature dan lebih percaya diri.

”Hay Ndra” sapaku singkat seraya 
meninggalkannya, karena takut terjadi apa-apa.
Langkahku tertahan tangan Endra yang menarik lenganku lalu memelukku erat. ’ya ALLAH kenapa dia meluk gue eeee?’ jeritku dalam hati.
”kamu apa kabar Qee?” bisiknya lembut.
Aku terdiam menikmati bisikan lembutnya, sungguh aku sangat merindukannya, 
merindukannya lebih dari apapun didalam hidupku. Tersirat ingatanku tujuh tahun yang lalu 
ketika masih menjalin hubungan dengan Endra. Endra sangat mencintai aku, begitupun aku 
sangat mencintainya. Tapi karena Endra tidak masuk kriteria *kriteria ibuku* aku dengan 
sangat berat hati melepas Endra untuk melanjutkan hidupnya sebagai basis sebuah band yang sedang merangkak terkenal, sekarang endra sudah menjari pemain band terkenal dan akan 
menikah dengan seorang pemain sinetron.
”i missed you ndra” isakku di dada endra, entah apa yang kulakukan ini benar atau tidak, 
tapi itulah yang aku rasakan saat ini.
Endra hanya menatapku lembut, lalu mengecup keningku.

Senyumnya membuatku terbuai, aku ingin sekali merasakan kembali manis bibir endra, ’ya ALLAH, hilangkan rasa rindu ini ya ALLAAAAAH, aku mohon’ tangisku dalam hati. Endra menggenggam tanganku erat, masih terasa sama seperti dulu saat dia menggenggamnya, mengecupnya lalu pergi meninggalkanku.
Aku terduduk lemas tak berdaya, wajahku memanas dan seketika air mata membanjiri 
pipiku. Aku tidak tahan dengan perasaaan sakit hati ini. ”apakah ini salam perpisahan ndra?” 
bisikku lemah.

@RESHA’S HOME


Resha memelukku erat, ketika aku selesai menceritakan hariku kemarin, resha adalah 
sepupu sekaligus sahabatku yang selalu menemaniku disaat seperti ini, ”sabar Qee, gw tau itu 
berat, tapi gw yakin akan ada sesuatu yang indah dibalik semua yang lo alamin kemarin”.
”iya jujur, gw yakin akan hal itu, tapi untuk saat ini gw masih belum bisa menerima 
semua tentang endra, ternyata gw masih cinta re sama dia, gw masih cinta....”. isakku pilu.
Resha yang gak tau mau bicara apa lagi hanya bisa kembali memelukku dan menyapu 
rambutku. Berusaha membuatku tenang dengan naluri keibuannya. Resha yang dulu yakin aku 
yang akan menikah lebih dulu dari dia karena menurutnya aku dan endra sudah sangat cocok, 
tapi kenyataannya adalah dia yang menikah terlebih dahulu.

"Qee, lo mau dengerin gue kan?". Tanya Resha lembut sambil Terus mengeratkan genggamannya. Aku hanya mengngagguk. " Ini yang lo rasain Hari ini ke Endra itu bukan Karena lo masih cinta sama dia Qee, lo cuma kaget aja dia sudah bisa menata hatinya Dan buka diri untuk orang lain". Lanjut Resha.

Aku masih tertunduk diam mendengarkan sahabat sekaligus saudara ku itu bersabda. "Qee, lo percaya sama takdir kan?, Gue yakin lo cuma shock aja, Dan pasti di luar Sana ada laki-laki ya g mendambakan lo jadi pendamping hidupnya, jadi soulmate nya". Resha menyeka air mataku Dan memelukku erat.

"Lo pikirin deh kata-kata gue barusan, lo harusnya bahagia liat Enda sekarang bahagia walaupun bukan sama lo, inget dulu setelah pisah sama lo Endra kayak gimana hidupnya?". Jelas Resha mencoba membuka pikiranku yang masih diselimuti cemburu. "You're to old for being childish and selfish qee, come on!". Tegasnya.

Tak lama Donie suami resha datang, aku merasa tidak enak karena biasanya resha selalu melayani suaminya makan dan yang lainnya *envy*, aku pamit pulang pada resha dan donie.

SHOMEWERE I DON’T KNOW
Aku memacu mobilku dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya, aku tidak tau 
mau kemana dan aku sama sekali tidak punya tujuan, rasa rinduku ke endra membuatku hilang 
kesadaran, rasa rindu Dan cemburuku ke endra membuatku hilang arah dan lepas kendali.
Aku memasuki jalan bebas hambatan, entah kemana arahnya, seketika tersadar dan aku 
sudah berada di daerah sentul. Melihat keadaan sepi disekitarku membuat sedikit merinding. 
Entah apa yang merasuki pikiranku tiba tiba aku menelpon sebuah nomor di ponsel ku. 
Terdengar nada panggil yang cukup lama, ”halo” sapa seseorang disebrang sana.
Aku merasakan mataku mulai basah dengan air mata, lidahku tercekat. ”Qee?”. 
sepertinya Endra mengenali nomorku, lidahku kelu, aku tidak dapat mengucapkan sepatah 
katapun. ”aku disentul Ndra” jawabku akhirnya.
”loh? Kamu ngapain??kamu di daerah mana??”. Endra yang panik langsung memberondongku dengan pertanyaan. Ternyata endra masih perduli, ternyata endra masih sama seperti endra yang dulu, endra yang sangat perduli dengan keadaanku, endra yang selalu ingin 
menjagaku.

'Endra memang baik, bukan berarti dia masih punya perasaan sama lo Kinanti'. Batinmu menekankan pada dirimu sendiri bahwa aku tidak boleh egois.

Bukannya menjawab pertanyaan endra aku malah menangis sesenggukan. Aku mengingat semua kenangan manis ku bersama endra. ”kamu jangan nangis Qee, kamu bilang 
sama aku kamu dimana?? Qee!!!!!”.
"Endra, aku cuma mau bilang selamat atas pencapaian mu saat ini, melihatmu kemarin bersana Jennifer Dan melihatmu sekarang aku bahagia, Karena kamupun bahagia Ndra." jelasku, Endra hanya terdiam sekali terdengar Endra menarik nafas panjang mendengar kata-kataku.
" tujuh tahun sudah Ndra, aku harus melangkah, aku harus menatap Dan mencari Masa depanku, seperti kamu yang sekarang sedang menjalani hidup terbaik versi mu, it's my closure Ndra, I wish you joy and happiness." lanjutku
Aku tersenyum dan menutup telponku, sekarang aku tahu aku sudah berlaku bodoh dan 
menyakiti diriku sendiri, aku berusaha untuk mencari jalan keluar pulang ke jakarta. Selama perjalanan aku tersenyum dan berusaha mengikhlaskan Endra untuk bahagia menikah 
dengan gadis impiannya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya KINANTI Chapter 2
2
0
Buat reader ku tersayang maafkan klo chapter 1 nya berbayar, kalau mu baca chapter 1 atuh silahkan dibantu authornya. sisanya gratis tis tis tisMelihat Jenifer dan Endra yang beberapa hari ini bolak-balik dibutik sepertinya sudah menjadi pemandangan yang sangat biasa untukku saat ini, aku bisa menatap mata Endra dalam jangka waktu yang lama, bisa tersenyum tulus untuk kebahagiaan mereka, bisa membantu Dinda pada saat mencoba kebaya dan gaun untuk Jenifer dan membantu Disi pada saat mencoba 2 jas milik Endra, aku merasa tak ada beban tak ada rasa benci, yang ada hanya ikhlas.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan