SANG PEWARIS

12
10
Deskripsi

Kisah mengenai anak-anak Konglomerat Indonesia saat pembagian harta warisan dari sang Ayah dan segala aib yang mereka miliki. Siapakah yang akan menjadi Sang Pewaris dari harta Keluarga Salim?

***

post-image-646af16881376.jpg
FULL CAST : SANG PEWARIS
  • Prilly Latuconsina sbg Prilly Aruan Salim
  • Reza Rahadian sbg Reza Thomas Salim
  • Nicholas Saputra sbg Nicholas Hartono Salim
  • Ariel Tatum sbg Ariel Hartono Salim
  • Yoriko Angeline sbg Yoriko Hartono Salim
  • Ira Wibowo sbg Ira Hartanto
  • Ferry Salim sbg Ferry Hartono Salim

Cerita dalam fanfiction ini...

post-image-646af14219374.jpg

***

Cerita dalam fanfiction ini hanyalah fiksi dan keseluruhan cerita adalah karya asli hasil buah pemikiran penulis sedangkan nama-nama yang terlibat, latar, agama, tempat beserta gambar dan yang lainnya bukanlah hal yang sebenarnya terjadi didunia nyata melainkan hanya untuk kebutuhan cerita. Terima kasih.

Selamat membaca jangan lupa tinggalkan like dan komen yaaa...

***

30 March 2023, Gereja Cathedral, Jakarta.
Pemakaman Ferry Hartono Salim.

Gereja Katedral dipenuhi ribuan pelayat dari mulai media massa, sanak keluarga, kerabat, rekan bisnis hingga para pejabat tinggi negara

Gereja Katedral dipenuhi ribuan pelayat dari mulai media massa, sanak keluarga, kerabat, rekan bisnis hingga para pejabat tinggi negara. Di tempat suci itu sedang diadakan upacara penghormatan terakhir untuk salah satu pengusaha ternama Indonesia. Hari ini, tepat pada tanggal 30 Maret 2023 Ferry Hartono Salim salah satu pengusaha dan konglomerat Indonesia berdarah Tionghoa telah berpulang. Upacara pemakaman pemilik Salim Group ini berlangsung dengan penuh penghormatan dan isak tangis. Keluarga besar Ferry yang terdiri dari keempat anaknya, Nicholas Hartono Salim (35), Reza Thomas Salim (32), Ariel Hartono Salim (29) dan si bungsu Yoriko Hartono Salim (23), duduk di kursi paling depan. Di sebelah mereka ada sang Ibu yang adalah mantan istri Ferry, Ira Hartanto duduk bersama si bungsu Yoriko yang masih menangis tersedu karena sang ayah tercinta yang pergi meninggalkannya. Bahkan Yoriko masih merasa bahwa ini semua hanyalah mimpi baginya. Bagaimana mungkin Ayahnya yang beberapa hari lalu masih menciumnya penuh sayang dan berpamitan untuk pergi meeting, kini telah meninggalkannya secepat ini?

Masih di deretan kursi yang sama, seorang gadis muda nan cantik berambut coklat sebahu dengan kacamata hitam dan gaun hitamnya yang seksi istri muda Ferry, Prilly Aruan Salim.

Ya, Ferry menikah dengan Prilly satu tahun yang lalu, seorang wanita muda yang pernah menjadi sekretarisnya di kantor. Rentang usia mereka terpaut sangat jauh, 27 tahun. Seusia dengan anak ketiga Ferry, Ariel. Pernikahan mereka sangat ditentang oleh keluarga terutama anak-anak Ferry. Nicho dan Ariel adalah yang paling menolak keputusan sang ayah ketika mengetahui wanita yang akan menjadi calon ibu baru mereka seumuran dengan mereka semua. Prilly bahkan lebih muda dari Ariel.

Bagi keluarga Salim, pernikahan ayahnya dengan Prilly bukanlah pernikahan yang dapat mereka direstui. Bukan hanya karena rentang usia Prilly yang jauh lebih muda dari ayah mereka, tapi juga karena Prilly bukan berasal dari kasta dan ras yang sama dengan mereka.

Tapi apa mau dikata?

Ferry sudah terlanjur jatuh cinta pada Prilly dan Prilly pun merasakan hal yang sama.

Cinta memang buta, bukan?

Lagi pula setelah bercerai dengan Ira 10 tahun yang lalu, Ferry belum pernah menikah lagi. Sang ayah bukanlah tipe pria yang mudah jatuh cinta, namun ketika mengenal Prilly, gadis 28 tahun itu mampu mengubah semuanya. Prilly yang perhatian, cantik, pintar dan tentu saja seductive begitu menarik perhatian sang konglomerat. Belum satu tahun bekerja di Salim Group, Ferry pun melamar Prilly.

Mantan istri Ferry sendiri, Ira, adalah salah satu orang yang tidak menyetujui keputusan Ferry untuk menikahi wanita yang jauh lebih muda dari mantan suaminya itu. Bukan karena cemburu, namun karena Wanita 50 tahun itu memang tidak menyukai Prilly sejak awal. Ia sendiri bahkan tidak mengerti mengapa Ia begitu tidak menyukai wanita cantik itu sejak pertama kali bertemu di kantor sang mantan suami.

Jika Nicho dan Ariel menentang sang ayah, lain halnya dengan kedua anak Ferry yang lainnya, Reza dan Yoriko. Mereka tidak menentang ataupun setuju. Lebih tepatnya mereka tidak perduli. Reza dan Yoriko tidak peduli dengan siapa ayah mereka menikah yang terpenting itu tidak mengganggu kehidupan mereka.

Peti yang membawa jenazah Ferry mulai berjalan memasuki ruang Gereja, lagu duka dan doa-doa dilantunkan dengan sendu. Prilly dan keluarga Hartono Salim berdiri dari tempat duduknya, terisak memandangi peti mati yang di dalamnya terdapat jasad sang ayah yang digotong oleh beberapa orang menuju altar di depan para tamu. Yoriko dan Ariel yang melihat peti jenazah sang ayah berjalan melewati tempat duduk mereka pun seketika menangis haru.

Nicho memeluk Ariel, mencoba menenangkan adiknya, sedangkan Reza memeluk Yoriko si bungsu. Yoriko memang lebih dekat dengan Reza ketimbang kakak pertamanya.

Sementara itu, Prilly, janda cantik keluarga Salim itu hanya menatap lurus ke depan altar dimana peti sang suami berada dan siap untuk didoakan oleh pastor. Tidak ada yang dapat melihat ekspresi Prilly yang sebenarnya karena kacamata hitam yang ia kenakan menutupi ekspresi wajahnya. Ibadah pun dimulai ketika Pastor yang juga kenalan dekat Ferry semasa hidupnya mulai memimpin doa.

***

Peak Estate - Kavling Serenity
San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.

Setelah ibadah dan penghormatan terakhir di Cathedral, peti yang membawa jenazah Ferry pun dipindahkan ke San Diego Hills

Setelah ibadah dan penghormatan terakhir di Cathedral, peti yang membawa jenazah Ferry pun dipindahkan ke San Diego Hills. Salah satu pemakaman termahal di Indonesia yang terletak di Karawang, Jawa Barat. Keluarga dan Pelayat berkerumun disalah satu tempat mewah yang akan mereka pakai untuk memakamkan sang ayah, Kavling Serenity, lokasi dan kavling termahal di San Diego Hills. Lokasi makam ini berada di tempat yang tinggi yaitu diperbukitan dan memiliki view yang indah dan sangat nyaman untuk di pilih sebagai tempat peristirahatan terakhir keluarga konglomerat seperti keluarga Salim.

Setelah semuanya berkumpul Pastor pun memimpin pembukaan ibadah dengan tanda salib, seraya memanjatkan salam penghantar dan doa pembuka bersama dengan sanak keluarga Salim. Suara sang Pastor terdengar khidmat dan khusu ketika pemberkatan dan pembaptisan makam sedang dilakukan seraya membacakan Firman dari Al-Kitab.

Sementara itu Prilly yang berdiri dihadapan Reza dan Nicho pun masih menunduk berduka sambil mendengarkan sang Pastor yang masih berbicara, kacamata yang tadi dia kenakan telah dilepasnya. Reza yang berada diseberang Prilly memperhatikan gadis cantik itu. Matanya basah dan merah karena air mata, beberapa helai rambut coklatnya yang indah jatuh ke pipinya yang kemerahan lalu kemudian disibak dan ditaruhnya dibelakang telinganya hingga memamerkan leher kanannya yang mulus dan jenjang, kemudian gadis itu menyeka air matanya dalam diam. Prilly mengenakan gaun hitam yang memperlihatkan belahan dadanya, membuatnya terlihat sangat cantik siang ini.

Sial, kenapa dia harus sesexy ini sih diacara pemakaman Papi? Batin Reza yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik ibu tirinya

Sial, kenapa dia harus sesexy ini sih diacara pemakaman Papi? Batin Reza yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik ibu tirinya.

Nicho yang berada disebelah kanan Reza melirik ke arah sang adik lalu menyenggol lengan Reza dengan pelan sambil berbisik "Makam Papi belum kering, tahan nafsu lu, Za!" ucap Nicho meledek.

Tanpa Reza sadari Ia sudah menikmati pemandangan indah di depannya itu sejak tadi "Maksud lu apa???" Reza pura-pura tak mengerti maksud perkataan Nicho padanya.

"Lu pikir gua nggak tahu kalo lu suka sama Prilly?" Nicho berbisik tepat di telinga Reza, tanpa ragu.

Mata Reza membelalak kaget. Bagaimana bisa sang kakak mempunyai pikiran seperti itu? Apa ada yang salah dari sikap Reza pada perempuan itu selama ini?

"Ya kan?" Nicho kembali memojokan Reza.

Nicho sering memergoki sang adik memandang Prilly dengan pandangan yang berbeda, Nicho menyadari hal itu bahkan sejak sang Ayah masih ada. Di mata Nicho, tatapan Reza pada istri kedua ayahnya itu adalah tatapan kagum laki-laki pada seorang wanita bukan sebagai anak tiri pada ibu tirinya.

"Jangan ngaco deh lu!" sanggah Reza tak terima dengan kecurigaan sang kakak yang berusia tiga tahun lebih tua darinya itu.

"Ini bukan pertama kalinya lu natap Prilly pake nafsu. Gua nggak bego, Za!" Nicho kembali menuduh Reza "Tapi wajar sih kalau lu suka sama Prilly, She's pretty and hot. And you know right, kalau sebentar lagi dia bakalan jadi janda muda kaya raya, pasti dia juga dapet warisan yang lumayan gede dari Papi.." Reza melirik Nicho, menatap kakaknya dengan tatapan tidak senang mendengar ocehan anak tertua keluarga Salim itu.

"Gila lu!" balas Reza kesal.

"Lu tahu kan, Papi itu orangnya royal banget sama orang yang dia sayang. Gua yakin, Papi bakalan ngasih banyak warisan buat tuh perempuan!" Nicho berkata dengan nada sarkas "Emang sialan tuh perempuan, dia pinter banget nyari harta kilat cuma dengan nikah sama laki-laki tua kayak Papi!"

"Jangan sembarangan lu kalau ngomong!" Suara Reza yang meninggi hampir saja terdengar oleh adik-adiknya yang ada di samping mereka.

Nicho tertawa sinis melihat reaksi adik laki-lakinya itu.

"Menurut lu berapa persen warisan yang bakalan kita dapat? 20? 25? Ya Paling banyak 30 persen lah. Itu juga cuma buat gua, Ariel dan Yori. Gua yakin Papi nggak akan ngasih terlalu banyak warisan untuk anak haram mantan istrinya... " Nicho menyeringai ketika melontarkan kata anak haram tepat di depan wajah Reza membuat darah pria 32 tahun itu seketika mendidih "Lu beruntung Papi mau menerima lu di rumah kita dan ngizinin lu pakai nama Salim di belakang nama lu. Bukan cuma pakai nama asli lu, Reza Thomas..."

Reza menahan emosinya mendengar kata-kata Nicho padanya. Kakaknya selalu membahas topik sensitif tersebut pada Reza dengan sengaja, bahwa Reza hanyalah anak haram sang ibu dari laki-laki bernama belakang Thomas.

Tangan Reza mengepal. Ingin rasanya ia meninju wajah tampan Nicho hingga hidungnya patah. Ingin rasanya Ia mengutuk ibunya yang membuatnya merasa sangat terhina di antara keluarga Salim yang lain.

Ya, Reza adalah anak haram Ira Hartanto dengan pria lain. Ibunya berselingkuh dengan salah satu staf sang suami bertahun-tahun silam. Saat itu sang Ibu sedang mengandung 5 bulan dan Ferry mengetahui perselingkuhan sang istri dengan pria itu, orang kepercayaan Ferry yang sudah bekerja dengan Ferry sejak muda. Karena perselingkuhan itu pula, Ferry meragukan kehamilan sang istri. Ferry tidak yakin jika anak yang dikandung istrinya adalah darah dagingnya.

Ketika Reza berusia dua tahun Ferry merasa kalau Reza sama sekali tak ada kemiripan dengan dirinya. Wajah dan kulit anak keduanya itu tidak terlihat seperti anak berdarah Tionghoa. Maka karena itu Ferry pun meminta untuk melakukan tes DNA dan hasilnya menunjukkan bahwa Reza bukanlah darah dagingnya. Ferry sangat marah ketika mengetahui hasilnya dan berniat menceraikan Ira saat itu juga. Namun ia mengurungkan niatnya karena Ira memohon memelas untuk tidak diceraikan oleh sang suami dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Tadinya Ferry tidak perduli dengan janji sang istri, hati Ferry sudah terluka dan kepercayaannya pada sang istri sudah hancur. Tapi keluarga besarnya menyarankan agar mereka tidak bercerai saat itu demi nama baik keluarga, apalagi Nicho dan Reza masih sangat kecil. Ditakutkan ini akan berdampak pada image mereka dimata rekan bisnis dan media karena selama ini pernikahan Ferry dan Ira cukup di sorot oleh media di Jakarta.

Setelah berpikir ribuan kali, pada akhirnya Ferry menyetujui saran keluarga besar dan menerima permintaan maaf sang istri tetapi dengan satu syarat yaitu Ferry akan mengubah nama Reza dari Reza Hartono Salim menjadi Reza Thomas Salim. Ira sempat menolak tapi Ira hanya punya 2 pilihan saat itu yaitu: diceraikan atau mengubah nama tengah sang putera. Dan dengan terpaksa, Ira pun lebih memilih mengubah nama tengah sang putera dari pada di ceraikan dan tidak mendapat sepeserpun harta dari keluarga Salim.

Bertahun-tahun Ferry dan Ira tetap menjalani pernikahan yang sudah tak lagi harmonis, sekalipun Ira sudah menjadi istri dan ibu yang baik dan tidak mengulangi kebodohannya lagi tapi tetap saja, Ferry tidak lagi melihat Ira dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya.

Reza menjalani hari-harinya di istana megah keluarga Salim yang terletak dikawasan Sentul City, Bogor. Meskipun Reza mempunyai nama belakang yang sama dengan Nicho dan adik-adiknya, Ferry selalu memperlakukan Reza secara berbeda sejak kecil. Ferry sudah memberitahukan dirinya bahwa dia bukanlah darah daging Ferry saat Reza berusia 6 tahun. Bayangkan saja anak sekecil itu harus mendapati kenyataan yang sangat menyakitkan bahwa dia dan saudara-saudaranya memiliki darah yang berbeda.

Hal yang tak bisa Reza lupakan seumur hidupnya. Dunianya seakan runtuh.

Tak hanya di rumah, bahkan saat ini ketika mereka semua telah dewasa Ferry pun selalu menganaktirikan Reza dari ketiga anaknya yang lain. Diperusahaan contohnya posisi Reza di Salim Group lebih rendah dibandingkan Ariel adiknya. Jika Nicho dijadikan CEO Salim Group dan Ariel adalah Wakil CEO-nya, Reza hanya dijadikan sebagai Manager Umum di Salim Group. Ironis. Posisi Reza di Dinasti Salim Group tak ada bedanya dengan karyawan biasa.

"Atas nama Allah, Engkaulah yang telah memanggil saudara kami kembali kepada-Mu. Maka, Kami kembalikan jenazah ini dalam pangkuanMu. Semoga Tuhan Yesus akan menerima jenazah ini dalam jalan damai dan akan membangkitkannya dalam jalan kehidupan baru yang abadi dan kekal" ujar sang pastor melantunkan doa yang diaminkan oleh para kerabat dan keluarga Salim yang melayat.

Ketika makam sang ayah akan ditutup isak tangis Ariel dan Yoriko kembali terdengar begitu menyayat hati. Sambil menabur bunga ke atas peti, Reza melirik ke arah Prilly, sekilas mata mereka bertemu dan jantung pria berusia 32 tahun itu seakan melompat dari tempatnya.

*** 
Kediaman Keluarga Salim.
Sentul City, Bogor, Jawa Barat.

Pemakaman Ferry Hartono Salim berjalan dengan lancar dan khidmat

Pemakaman Ferry Hartono Salim berjalan dengan lancar dan khidmat. Tamu-tamu terus berdatangan bahkan hingga malam hari. Tak heran, kematian Ferry yang mendadak menjadi berita yang menghebohkan di jagat bisnis dan kalangan elit. Khususnya di Jakarta. Ferry bukan hanya sekedar pengusaha biasa, Keluarga Salim terkenal sebagai penguasa bisnis di Indonesia.

Salim Group menaungi banyak bisnis hampir disemua sektor industri khususnya di kawasan Asia Tenggara meliputi Properti, Entertainment, Obat-obatan, Makanan, Perbankan, Agribisnis dan batu bara, Telekomunikasi, retail dan bisnis-bisnis lainnya yang tak akan pernah habis dimakan waktu. Bisnis mereka sudah melalui beberapa generasi turun temurun hingga kini. Ferry dan kedua saudaranya Marchelino Hartono Salim dan si bungsu Jonathan Hartono Salim adalah generasi keempat dari Salim Group setelah Kakek Buyutnya Hartono Salim, Kakeknya Anthony Hartono Salim dan Ayahnya Rudy Hartono Salim.

Keluarga Salim keluarga berdarah Jawa, Manado dan Tionghoa. Ayahnya yang beretnis Chinese-Jawa menikahi wanita berdarah Chinese-Manado. Sedangkan mantan istri Ferry, Ira Hartanto adalah anak dari rekan bisnis keluarga Salim yang juga berdarah Chinese-Jawa.

Karena itu dengan meninggalnya Ferry membuat para elite khawatir, karena dengan kosongnya kursi Presiden Komisaris di Salim Group membuat kolega dan investor meragukan kinerja perusahaan. Mereka ragu apakah pengganti Ferry akan mampu menggantikan posisi ayahnya nanti? Ini akan menjadi perdebatan tersendiri di dalam keluarga dan para pemegang saham hingga pembacaan surat ahli waris bulan depan.

Malam terasa begitu sepi setelah para pelayat kembali ke rumahnya masing-masing, istana Salim yang megah kembali senyap. Jam menunjukan pukul dua dini hari dan sang pria terlihat gundah dikamarnya. Jujur saja ia sangat terganggu dengan perkataan Nicho tadi siang di makam ayahnya tentang hak warisnya di keluarga ini. Reza menyadari bahwa posisinya yang bukan anak kandung Ferry akan membuat Reza kehilangan haknya sebagai ahli waris. Hal inilah yang membuat Reza sangat membenci ibunya. Karena kelakuan ibunya yang bodoh, ia harus terlahir sebagai anak haram dikeluarga Salim.

Semasa ayahnya hidup Reza berulang kali meyakinkan ayahnya untuk memberinya kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di perusahaan karena Ia merasa kinerjanya jauh lebih baik dari Nicho. Namun Ferry selalu menolak dengan alasan Reza tidak berhak atas jabatan tersebut karena Ia bukanlah darah daging keluarga Salim.

Ketika pada akhirnya Ferry memutuskan bercerai dengan Ira 10 tahun yang lalu karena tak ingin lagi berakting sebagai suami yang mencintai istrinya, Ferry mengatakan kepada sang mantan istri bahwa semua hak asuh anaknya berada ditangan Ferry kecuali Reza. Ira bisa membawa Reza dari rumah itu kapan pun. Dan Saat itu Reza mendengarnya dengan telinganya sendiri dan betapa hancur perasaannya mendengar kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki yang selama puluhan tahun ini sudah Ia anggap seperti ayah kandungnya tapi lelaki itu justru tak pernah sekalipun menganggapnya sebagai anak.

Ferry tetap mempertahankan Reza dikeluarga itu hanya demi menjaga nama baik keluarga saja dan ketika pada akhirnya Ferry memutuskan untuk bercerai dengan sang istri, dia pun siap membuang Reza kapan pun dia mau.

Untungnya sang ibu yang masih ada sedikit rasa peduli pada Reza membantu mempertahankan Reza agar tetap berada di rumah itu dan meminta Ferry untuk tetap menganggap Reza bagian dari keluarga Salim lagi-lagi demi nama baik keluarga itu sendiri yang mau tak mau terpaksa Ferry setujui.

Satu-satunya orang yang Reza cintai dalam keluarga ini adalah Yoriko. Hanya Yoriko yang memperlakukan Reza layaknya saudara kandung. Yoriko tidak pernah membedakannya dengan Nicho ataupun Ariel. Yoriko lah yang selalu bersemangat untuk mengadakan ulang tahun Reza setiap tahunnya, Yoriko lah yang membuat Reza merasa masih memiliki keluarga. Selama menjadi bagian keluarga Salim, Reza selalu menahan dirinya agar Ia bisa tetap menjadi bagian keluarga itu. Sejak kecil Reza selalu berusaha menarik perhatian sang ayah agar Ia bisa mendapatkan kasih sayang yang sama seperti saudara-saudaranya yang lain. Kendati Reza sudah berusaha sekuatnya untuk menjadi yang terbaik bagi keluarga ini, tetap saja Ia selalu dibedakan.

Reza keluar dari kamarnya, ia merasa malam ini hatinya begitu gelisah dan beban pikirannya bertambah hingga membuatnya tak bisa tertidur dengan tenang. Ia butuh udara segar karena itu Ia memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan berjalan menuju home mini bar yang biasa sang ayah jadikan tempat untuk minum dan bersantai. Reza berniat mencari minuman yang dapat menenangkan otaknya dan juga dapat membuat matanya mengantuk. Setelah pemakaman yang melelahkan siang tadi, Reza benar-benar membutuhkan tidur yang sangat panjang tapi pikirannya yang berkecamuk membuat matanya tak juga dapat terpejam.

Setelah pemakaman yang melelahkan siang tadi, Reza benar-benar membutuhkan tidur yang sangat panjang tapi pikirannya yang berkecamuk membuat matanya tak juga dapat terpejam

Saat hendak memasuki mini bar milik sang ayah, mata Reza tertuju pada satu sosok yang selalu membuatnya gelisah akhir-akhir ini. Langkah Reza terhenti begitu melihat wanita cantik itu ada di depan meja bar, Ia jadi agak ragu untuk mendekati tempat itu. Jujur saja beberapa bulan belakangan ini jika Reza bertemu dengan sosok cantik itu, ia begitu sulit untuk mengendalikan dirinya.

Apalagi malam ini...

Prilly, gadis itu, mengenakan kimono lingeri tipis berwarna merah muda yang membuat kulit putih susunya yang mulus bagai porcelein dan dadanya yang sintal tanpa bra begitu terekspos membuat naluri kelaki-lakian Reza berdesir perlahan

Prilly, gadis itu, mengenakan kimono lingeri tipis berwarna merah muda yang membuat kulit putih susunya yang mulus bagai porcelein dan dadanya yang sintal tanpa bra begitu terekspos membuat naluri kelaki-lakian Reza berdesir perlahan.

Oh God...

Prilly yang baru saja mengambil segelas wine putih yang akan Ia bawa ke kamarnya, terkejut mendapati anak tirinya yang tampan sudah berada di hadapannya. Mematung sambil menatapnya penuh hasrat. Prilly bukannya tidak menyadari tatapan mata Reza kepadanya, sudah satu bulan ini Prilly menyadari sikap Reza kepadanya mulai terasa janggal. Terkadang hal itu membuat Prilly tidak nyaman dan sedikit takut. Apalagi ketika Ferry masih ada, sering kali Reza menatap Prilly secara terang-terangan bahkan disaat Prilly sedang bersama sang suami.

"Za..." panggil Prilly dengan lembut, ia melangkah ke tempat Reza berdiri. tangan kanannya memegang segelas wine putih "Kamu belum tidur?" Reza tak menjawab. Matanya yang tajam masih sibuk menelusuri setiap jengkal tubuh Prilly yang sedikit transparan. Bahkan di balik gaun tipis itu, Reza dapat melihat pusar sang gadis yang terpampang dan underwear perempuan itu yang berwarna putih dengan renda-renda di atasnya. Bahkan Reza juga dapat melihat dadanya yang menerawang begitu indahnya.

SHIT!

Mengapa wanita ini harus berpakaian seperti ini di tengah malam buta?

Reza merasakan area kejantanannya mulai bereaksi melihat Prilly yang dengan santai berdiri di hadapannya.

"Za!" Prilly menepuk pundak Reza agak kencang karena pria berusia 32 tahun itu masih juga termangu menatapnya "Kamu ngapain disini?" tanya Prilly lagi, sentuhan gadis berambut cokelat di pundaknya itu membuat Reza semakin terangsang.

Fuck!Fuck!Fuck!

Reza menghentakan bahunya, menolak untuk disentuh oleh wanita yang sudah setahun ini menjadi ibu tirinya "Ini rumah saya, saya bebas ngelakuin apa aja di sini..." Reza berjalan menuju mini bar seraya melewati Prilly dengan begitu dinginnya.

"Kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini kamu selalu bersikap kasar kayak gini..." mata Prilly mengikuti tubuh Reza "Ada apa sih, Za?" tanya Prilly penasaran, benar-benar tak mengerti dengan sikap sang putera kedua keluarga Salim ini karena dulu Reza selalu bersikap baik padanya tidak seperti anak-anak Ferry yang lainnya.

Reza tidak menjawab. Dia sibuk mencari alkohol di dalam pendingin samping bar.

"Papi baru saja dimakamin, apa kamu nggak bisa bersikap baik ke aku sedikit aja?" pinta Prilly dengan nada memohon.

Terdengar suara tawa Reza yang mengejek sambil membelakanginya. Reza sengaja tak menghadap ke arah Prilly ketika Ia menertawakan ucapan Prilly barusan.

"Jadi sekarang anda masih memerankan janda yang sedang berduka?" Reza meledek, seraya mengambil sebotol whiskey dari rak bar disebelah kanan tubuhnya.

"Maksud kamu apa sih?"

Reza tak langsung menjawab pertanyaan Prilly yang terdengar konyol ditelinga Reza. Dituangkannya minuman keras kesukaannya itu pada gelas berisi es batu yang sudah Ia siapkan sebelumnya di meja bar, setelah gelas itu terisi Ia berjalan menghampiri Prilly dengan senyuman sinisnya.

"Akting anda bagus sekali, Nyonya Salim..." dengan suara sinisnya Reza berkata pada Prilly di depan wajah gadis itu "Akting anda sebagai istri Ferry Hartono Salim layak dapat oscar..." lanjut Reza lagi dengan nada yang terdengar dingin dan kasar.

Reza berniat meninggalkan Prilly disana, mencoba untuk tak memperdulikan janda dari sang ayah yang malam ini lagi-lagi menggoda imannya. Tapi sebelum Reza beranjak pergi tangan lembut wanita itu sudah menahan lengan Reza yang besar dengan cepat.

"Za..." Prilly menahan Reza untuk pergi "Sudah cukup Ibu kamu, Nicho dan Ariel yang benci sama aku. Apa kamu nggak bisa sedikit aja bersikap lembut ke aku, Za?" tanya Prilly tanpa melepaskan tangannya dari lengan Reza.

Reza menepis cengkraman tangan Prilly dengan kasar, lalu kemudian menatap wajah cantik sang ibu tiri dengan pandangan yang mengejek. Wajah mereka begitu dekat hingga Reza dapat mencium aroma tubuh dan juga wangi sampoo dirambut sang ibu tiri.

"Nyonya Salim.." buka Reza "Lain kali jangan keluyuran dengan pakaian seperti ini ditengah malam buta, pakaian anda bisa mengundang penjahat..." sindir Reza, jari telunjuknya menyentuh tali kecil di gaun malam yang Prilly pakai dengan sikap menggoda.

Prilly memejamkan mata cokelatnya sejenak ketika jari telunjuk pria tampan itu menyentuh tulang kering dibawah lehernya.

"Tutupi tubuh anda dengan benar..." Reza menarik ke atas long robe tipis yang Prilly kenakan agar menutupi tubuhnya supaya tak terekspose kemudian pergi dari hadapan Prilly yang masih terpaku tanpa dapat berkata-kata.

***

1 minggu sebelum pembacaan Warisan.

Suasana makan malam ini hening seperti biasa, sepeninggal Ferry, suasana kediaman Keluarga Salim semakin tidak menyenangkan

Suasana makan malam ini hening seperti biasa, sepeninggal Ferry, suasana kediaman Keluarga Salim semakin tidak menyenangkan. Situasi perusahaan masih dalam kondisi mengkhawatirkan, karena kematian Ferry yang mendadak posisi Presiden Komisaris Salim Group belum ada penggantinya. Salim Group untuk sementara dipegang oleh Nicho yang tentunya merupakan salah satu orang yang paling berambisi untuk mendapatkan posisi tersebut sebagai pengganti ayahnya. Nicho merasa bahwa selain sebagai anak kandung laki-laki, ia juga merupakan anak tertua di keluarga ini. Namun meski begitu, Nicho bukanlah orang yang cocok untuk menduduki posisi Presiden Komisaris Salim Group, karena manajemen keuangan Nicho sangat buruk. Nicho sangat suka berpesta dan membeli barang-barang mahal seperti mobil ataupun motor sport. Pengeluaran keuangannya bisa dibilang sangat boros dibandingkan dengan anak keluarga Salim lainnya. Orang seperti Nicho dapat membahayakan perusahaan jika diberikan jabatan yang terlalu tinggi.

Sebenarnya masih ada Reza sebagai anak laki-laki yang menyandang nama Salim, namun sayangnya, Reza bukanlah darah daging Ferry sehingga kemungkinan Reza untuk menggantikan posisi ayahnya hampir mustahil. Sisanya adalah Ariel dan Yoriko, putri kandung Ferry. Yoriko masih kuliah dan akan melanjutkan S2 ke Inggris tahun ini. Sedangkan Ariel? Lagi-lagi, pengalaman Ariel masih kurang dan Ia dianggap masih terlalu muda. Jadi siapakah yang akan menggantikan posisi ayah mereka nantinya hal itu yang masih menjadi pertanyaan bagi pemegang saham di Salim Group.

Suara denting pisau dan garpu di meja makan membuat suasana yang tadinya hening tiba-tiba menjadi sedikit riuh. Ariel melirik ke asal suara di depannya. Anak ketiga keluarga Salim ini memang paling benci jika ada suara berisik dari peralatan makan.

"Berisik banget..." sindir Ariel yang masih melanjutkan makannya.

"Sorry..." jawab sang pelaku yang ternyata adalah Prilly.

"Lu sudah setahun tinggal sama kita tapi lu masih belum bisa ngilangin sikap norak lu itu..." Ariel kembali berceloteh dengan nada sinis tanpa menoleh ke arah Prilly.

"Apaan sih, Ce!" Yoriko si bungsu menegur Ariel. Yoriko tidak suka dengan apa yang baru saja diucapkan oleh kakaknya kepada Prilly.

"Loh fakta kan, Ri? Lihat aja kelakuannya sekarang..." sindir Ariel lagi.

"Kebiasaan buruk memang susah diubah..." Nicho dengan sikap cool-nya memotong steak di piring miliknya ikut mengomentari Prilly.

Ariel menahan tawa mendengar ucapan sang kakak "You right, Ko..." katanya setuju dengan pendapat Nicho.

"It's okay kalau dia masih belum terbiasa dengan kehidupan orang-orang seperti kita, dia dan Papi kalian kan baru menikah selama satu tahun. Mungkin memang butuh beberapa tahun lagi untuk membiasakan diri. Tapi sayangnya, Papi kalian sudah nggak ada jadi dia nggak akan sempat untuk belajar lebih lama disini..." sindir Ira. Sang Ibu yang kembali tinggal dengan mereka selama satu bulan ini ikut membantu memancing kerusuhan.

"Ckckck kasian..." Ariel pura-pura bersedih.

"Riel, pembacaan ahli waris Papi hari Sabtu depan kan?" tanya Nicho pada Ariel.

"Seinget gua sih iya, Ko..."

"Kemarin Pak Luhut telepon Mami, beliau minta kita semua berkumpul hari Sabtu depan jam 10 pagi di ruang keluarga. Jangan sampai terlambat, ini penting!" jelas sang Ibu yang sudah tidak sabar untuk mendengar seberapa besar warisan yang ditinggalkan mantan suaminya untuk dia dan anak-anaknya. Bayangkan saja saham Ferry di Salim Group sebesar 65% dan aset pria itu tersebar dibeberapa negara. Dapat dibayangkan bukan, sebanyak apa yang akan mereka terima nantinya?

"By the way, Za! Kalau lu nggak mau dateng juga nggak apa-apa kok. Lu kan bukan anak kandung Papi, lagian Papi juga belum tentu ngasih lu warisan.. " ledek Nicho lagi "Jadi... jangan terlalu berharap lah... "

"Koko!!" omel sang ibu sedikit berteriak.

"Kenapa Mi? Mami tersinggung? Memang benar kan Reza bukan anak kandung Papi, justru harusnya dia bersyukur karena bisa pakai nama keluarga ini dengan gratis. Jadi jangan berharap dapat yang lebih dari ini... " ujar Nicho lagi sambil menatap ibunya sementara Reza masih mengabaikan celotehan sang kakak dan tetap fokus menyantap makanan di piringnya.

Prilly melirik ke arah Reza, ia merasakan sakit di hatinya mendengar perkataan Nicho pada pria itu tapi Prilly tidak bisa berbuat apa-apa.

"Bagaimanapun dia adik kamu, jaga ucapan kamu kalau kamu masih menganggap Mami sebagai orang tua kamu!" Ira membela Reza.

"Mi, kalau Mami mau dianggap sebagai orang tua, bersikaplah selayaknya orang tua. Sampe sekarang Nicho tuh heran sama Mami kenapa sih Mami harus selingkuh sama karyawan Papi? Kayak nggak ada laki-laki lain aja!" sindir Nicho dengan santainya. Ibu dan anak ini memang jarang sekali terlihat akur. Sejak tahu cerita tentang perselingkuhan sang Ibu, Nicho mulai membenci ibunya terlebih lagi jika sang Ibu selalu membela Reza di depan mereka semua.

"Koko, apa-apaan sih!" Yoriko ikut bersuara "Jangan ngomong kayak gitu ke Mami! Papi baru saja meninggal dan kalian malah sibuk berdebat kayak gini!" Si bungsu Yoriko berdiri dari tempat duduknya dan menatap kedua kakaknya secara bergantian.

"Ri, lu tahu kan kalau gua perduli banget sama keluarga ini? Cuma lu, gua sama Ariel yang berhak dapat warisan Papi. Sedangkan mereka bertiga cuma itu benalu!" Nicho menatap Prilly, Reza dan Ibunya "Dan yang paling bikin gua nggak terima adalah Papi nikah sama perempuan yang lebih pantes jadi adek gua! Lu semua sadar kan kalau perempuan ini nikah sama Papi cuma karena harta!" lanjut Nicho tak lagi perduli jika kata-katanya akan menyakiti orang lain.

"Stop it Nicho! Enough!" Prilly menggebrak meja makan hingga terdengar bunyi denting yang sangat keras "Suka atau nggak, saya adalah istri sah Papi kamu. Nggak peduli seberapa besar kamu membenci saya, saya masih punya hak untuk berada di sini! Kamu harus ingat itu!" Prilly berdiri dari kursi, melemparkan serbet yang berada di pangkuannya ke atas piring bekasnya makan.

"Papi nggak akan ngasih warisannya ke perempuan kayak lu, lu itu cuma orang asing!" Nicho dan Prilly saling berpandangan dengan penuh kebencian.

"Kita lihat saja Sabtu depan..." tantang Prilly menyeringai dengan begitu tenangnya seraya meninggalkan meja makan dan diikuti oleh Yoriko setelahnya.

"I lost my appetite now...!" Reza menyeka bibirnya dengan serbet "Excuse me..." kata Reza sambil meninggalkan Nicho, Ariel dan ibunya yang menatapnya dari belakang.

***

1 Minggu Kemudian Sentul City, Bogor. Kediaman Salim.
Ruang Pertemuan Keluarga.

Ruangan mewah itu telah dipenuhi oleh keluarga Salim

Ruangan mewah itu telah dipenuhi oleh keluarga Salim. Ira, Nicho, Ariel, Reza, Yoriko dan Pak Luhut sudah berkumpul di ruang pertemuan keluarga sejak lima belas menit lalu. Ruangan ini sangat jarang digunakan oleh mereka, seingat Nicho, Keluarga Salim terakhir kali menggunakan ruangan ini ketika Ferry mengumumkan akan menikahi Prilly satu tahun yang lalu. Ini adalah ruangan yang sangat privat dan sakral bagi keluarga Salim dan hanya digunakan ketika mereka membahas masalah-masalah penting yang berhubungan dengan keluarga. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sini tanpa seijin mereka, kecuali para pekerja yang akan membersihkan ruangan ini tentu saja.

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi keluarga Salim, hari ini adalah hari pembacaan ahli waris milik Ferry Hartono Salim kepada seluruh ahli waris yang terdaftar termasuk Prilly sebagai istri sah Ferry. Namun sosok yang menjadi tokoh utamanya justru belum juga menampakkan dirinya sejak tadi.

Ariel, Nicho dan Ira yang membenci Prilly tak henti-hentinya mengomentari istri kedua almarhum karena keterlambatannya. Entah sudah berapa keluhan yang Ariel dendangkan sejak hampir setengah jam ini. Ariel merasa Prilly seperti sengaja mengulur waktu seakan-akan semua ini tidak ada arti baginya.

"Di mana sih dia? Berapa lama lagi kita harus nunggu perempuan itu? Satu jam? Dua jam? Seharian penuh?" Ariel berkomentar karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul 10.30 siang namun Prilly belum juga menunjukan batang hidungnya.

Reza dan Yoriko pura-pura tak perduli dan lebih memilih sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Suara sumbang kedua kakaknya sudah membuat keduanya muak sejak tadi dan mereka lebih memilih bungkam.

"Pak Luhut, apa tidak sebaiknya kita mulai saja tanpa dia?" tanya Ira kepada pengacara keluarga Salim yang berdiri ditengah-tengah mereka dengan memegang sebuah dokumen penting.

"Maaf Nyonya Hartanto, menurut perintah Tuan Salim, sebelum dokumen dibacakan semua ahli waris wajib berkumpul..." jelas Luhut Hutapea, pengacara keluarga Salim yang sudah puluhan tahun mengabdi.

"Lagaknya sudah seperti ratu! Lagipula kenapa sih Ferry memasukan perempuan itu ke dalam hak warisnya?" kata Ira lagi.

"Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Salim..." balas Pak Luhut pelan.

"It wasted my time! Apa dia tahu kalau dalam waktu 15 menit gua bisa menghasilkan miliaran transaksi di perusahaan?" Nicho berkata tidak kalah kesal.

"Kesalahan terbesar yang dilakuin Papi adalah nikah sama perempuan itu dan memasukan namanya ke dalam hak waris. Ini benar-benar konyol!" Kata Ariel "Dia pasti senang karena sekarang dia sudah mendapatkan hasil kerja kerasnya selama satu tahun dengan menjadi istri konglomerat tua kayak Papi!" lanjut Ariel dengan kesal. Wanita berambut hitam dan bermata coklat itu tidak berhenti mengoceh sampai disitu.

"Aku nggak rela kalau Papi ngasih warisan ke perempuan itu lebih banyak dari kita..." lanjut Ariel.

"Oh, stop it, Ariel! You're so annoying!" Reza akhirnya buka suara, kesabaran Reza sudah habis, telinganya sudah benar-benar pengang dengan segala dongeng menyedihkan saudara dan juga ibunya.

"What???"

"Kata-kata kamu nggak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Papi sendiri yang milih Prilly untuk jadi istrinya. Kita semua nggak bisa berbuat apa-apa kan? So please stop blabbering. You make me dizzy!" jelas Reza yang duduk terpisah dari keluarga Salim lainnya.

"Actually, you and Prilly have no right to be in this room. Do you remember who you are?" Nicho menimpali, membela adiknya.

"Don't start it again, Nicho!" Ira berkomentar, bosan dengan hal yang selalu Nicho bahas berulang kali tentang asal Reza. Ira tak pernah membenci Reza, Ia justru berharap sang putra yang berdarah berbeda itu mendapatkan warisan sama seperti anak-anaknya yang lain. Yang Ira benci hanya Prilly, istri muda sang mantan suami.

Ariel menyeringai senang mendengar kata-kata Nicho kepada anak haram ibunya.

"Kenapa, sih Mi? Kenapa Mami selalu ngebela anak haram Mami??" bentak Nicho kepada Ira, sang Ibu.

"Nicholas Hartono Salim!" bentak Ira "Reza itu ADIK kamu dan Mami ini masih ORANG TUA kamu, jangan lupa itu!" Ira memajukan tubuhnya ke arah Nicho duduk, menekankan kata Adik dan orang tua pada si sulung.

"Ohh... tenang aja Mi, Nicho nggak akan pernah lupa, Nicho bukan Mami yang bisa ngelupain Papi dengan selingkuh sama karyawan Papi!" balas Nicho, mengejek.

"How dare you!!" Ira berdiri dari duduknya saking marahnya dengan perkataan sang putera, jika saja Nicho duduk dekat dengannya, Ira pasti sudah menampar putera sulungnya itu.

"Ya ampuuuunnn..... Kalian semua bisa diam nggak sih???" teriak Yoriko pada akhirnya, sudah tak tahan dengan bisingnya ruang keluarga ini "Semua udah kejadian, bisa nggak sih Mami, Koko sama Cece nggak ribut terus kayak gini? Kupingku sakit denger ocehan kalian. Setelah ini aku bakalan langsung balik ke Inggris, lama-lama tinggal disini bikin stress tau nggak?!" ujar si bungsu yang selalu ada disisi Reza untuk membelanya.

"Lagian bukan salah Kak Reza kan kalau dia lahir dari ayah yang beda sama kita?" lanjut Yoriko lagi "Dan tolonglah... berhentilah nyalahin Mami dengan dosa di masa lalunya. Kita semua ini keluarga. Bisa nggak sih kalian saling menghargai satu sama lain?" ujar Yoriko kesal dengan sikap kekanak-kanakan Ibu dan kakaknya.

"Oh ya ampun so sweet, dibelain terus sama adik tersayangnya..." ledek Ariel sambil merebahkan punggungnya dengan santai ke sofa.

"Seenggaknya di rumah ini masih ada satu orang yang menganggap gua sebagai keluarga mereka..." Reza tersenyum pada Yoriko.

"Maaf saya terlambat..." belum selesai perdebatan mereka, dari depan pintu ruangan tiba-tiba saja sosok yang sudah mereka tunggu sejak tadi menampakan dirinya dengan senyum cantiknya.

Prilly masuk ke ruangan itu dengan rambut yang tergerai dan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sintal hingga membuat Reza terkagum-kagum.

Prilly masuk ke ruangan itu dengan rambut yang tergerai dan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sintal hingga membuat Reza terkagum-kagum

Oh, Tuhan...

"Akhirnya tuan puteri datang juga..." celetuk Ariel "Kamu tahu kan kita semua sudah nunggu kamu hampir 30 menit di sini?" Prilly duduk di sofa sebelah kanan Reza, tepat di depan Nicho dan Ariel.

"I'm sorry..." Prilly menjawab dengan tenang kemudian melirik ke arah sang pengacara yang ada di meja depan.

"Baiklah, karena semua ahli waris sudah lengkap, saya bisa mulai membacakan hak ahli waris dari Tuan Salim yang sudah beliau ubah 3 bulan yang lalu..." Pak Luhut membuka pembicaraan.

"WHAT?? Papi ngubah ahli warisnya?" Nicho terkejut. Tidak ada seorang pun yang tahu jika ayah mereka telah mengubah surat wasiatnya 3 bulan yang lalu. Bagaimana bisa Papi tidak mengatakan apapun pada keluarganya?

"Pak Luhut, bagaimana mungkin Ferry mengubah ahli warisnya tanpa berdiskusi dengan kami keluarganya?" Ira yang panik ikut protes dengan informasi yang baru saja dia dapat.

"Mohon maaf Nyonya Hartanto, beliau memang sengaja tidak memberitahukan perubahan ahli waris ini kepada siapapun karena beliau takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.." jelas sang pengacara.

"FUCK!" Nicho memaki dengan kesal "Brengsek! Pasti ada yang nggak beres disini!" Nicho masih tak terima.

"Harusnya Bapak bisa memberikan informasi kepada kami dong kalau memang ada perubahan ahli waris?" protes Ariel.

"Maaf Nona Ariel, beliau memang tidak mengijinkan saya untuk memberitahukan pada siapapun dan saya tidak bisa berbuat apa-apa..." jelas Pak Luhut pasrah.

"Enggak bener ini, pasti ada pihak-pihak yang menyuruh Ferry mengubah isi wasiatnya!" Ira melipat kedua tangan seraya bersungut-sungut marah.

"Apa saya bisa mulai sekarang?" tanya Pak Luhut "Amplop ini masih tersegel dan saya bisa menjamin keaslian isinya..." tantang Pak Luhut memperlihatkan sebuah amplop putih besar bersegel logo keluarga Hartono Salim di depan mereka semua.

Semua yang ada di dalam ruangan itu mulai merasakan ketegangan yang luar biasa, mereka sangat takut jika isi surat wasiat ayah mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan. Bahkan Reza dan Prilly pun merasakan hal yang sama.

"Baik Pak, silahkan..." pinta Nicho pada akhirnya, mau tak mau dia harus menerima keputusan sang ayah. Toh, pria itu sudah terlanjur mati kan?

"Silahkan dimulai, Pak.." sang ibu menimpali dengan rasa penasaran yang sudah sampai diubun-ubun. Berapa banyak warisan yang akan Ia terima dari mantan suaminya ini?

"Baik saya akan membacakan hak waris dari Tuan Salim." Dibukanya segel amplop putih itu dengan hati-hati. Semua yang ada diruangan itu menahan nafasnya sesaat karena rasa was-was dan penasaran yang begitu tinggi. Salim bersaudara berdoa dalam hati agar warisan yang mereka terima lebih besar dari sang istri muda.

"Saya Ferry Hartono Salim mewariskan harta kekayaan dan asset yang saya miliki kepada nama-nama yang tertulis di dalam surat ahli waris berikut ini:..." sang pengacara mulai membacakan surat ahli waris yang ia pegang "Nicholas Hartono Salim. Ariel Hartono Salim. Yoriko Hartono Salim, Ira Hartanto, Reza Thomas Salim dan Prilly Aruan..." kata Pak Luhut sang pengacara.

Siaaaaal Reza dan Prilly benar-benar mendapatkan warisan dari Papi, batin Nicho, memaki seraya melirik pada sosok keduanya yang duduk bersebelahan di sofa yang berbeda.

"Untuk Ira Hartanto, saya memberikan tunjangan hidup yang akan dibayarkan setiap bulan berupa cek sebesar USD30.000 selama seumur hidup, 1 unit rumah di Pantai Indah Kapuk, mobil Mercedes Benz-Maybach S 560 dan emas murni senilai USD1.000.000,-"

"Not bad, Mom..." kata Nicho, mencoba mengejek ibunya yang tak mendapat saham sama sekali dari sang mantan suami.

"USD30.000 itu cuma untuk uang pulsa Mami setiap bulan!" keluhnya "Papi kalian benar-benar keterlaluan!" lanjutnya kesal dengan pembagian warisan yang sangat sedikit untuknya.

"Untuk Nicholas, Ariel dan Yoriko, saya memberikan masing-masing anak kandung saya 15 persen saham Salim Group dan 20 persen dari total kekayaan yang saya miliki sebesar USD44,9 miliar atau setara dengan Rp.642,7 triliun berupa tabungan dan deposito pribadi" ujar sang pengacara.

Wow. Ternyata sebanyak ini kekayaan yang dimiliki keluarga Salim. Batin Prilly.

"Asset yang saya wariskan untuk putera sulung saya Nicholas Hartono Salim berupa: Rumah pribadi di London, pesawat Jet pribadi Bombardier Global 8000, lahan tanah di Denpasar Bali dan Jakarta Pusat, rumah pribadi di New York, vila pribadi di Lombok dan Mauritius, Mansory Rolls-Royce Wraith serta Lamborghini Veneno Roadster, 2 motor Harley Davidson dan kapal pesiar pribadi Yacht A."

"Shit! You got a Yacht A ..." Ariel angkat bicara mengenai kapal pesiar kesayangan ayahnya yang jatuh ke tangan sang kakak.

Reza melirik Nicho, seketika rasa iri mengaliri ke sekujur tubuhnya saat ini. Sang ayah memberikan banyak asset penting untuk Nicho. Maklum saja, Nicho memang putera kesayangan ayahnya sejak kecil.

"Asset yang saya wariskan untuk puteri pertama saya Ariel Hartono Salim berupa: Rumah pribadi di Canada, Apartement pribadi di Paris, Pesawat jet pribadi Bombardier Aerospace Learjet 75, Rumah pribadi di Australia, villa pribadi di Jerman dan Austria, lahan tanah di Jakarta Utara dan Puncak Bogor, serta mobil Koenigsegg Regera dan Tesla S P100D."

"Okay..." ujar Ariel mendengar apa yang Ia dapatkan dari sang ayah.

"Asset yang saya wariskan untuk puteri kedua saya Yoriko Hartono Salim berupa tabungan pendidikan senilai USD2,5 juta beserta aset berupa Rumah Pribadi di Los Angeles, Villa pribadi di Phuket, Apartement pribadi di London, lahan Tanah di Jakarta barat dan Bandung Utara, pesawat Jet pribadi Dessault Falcon 8X, mobil pribadi Rolls-Royce Phantom & 1999 Mercedes Benz Vision."

"Not bad, sis..." puji Ariel setelah mendengar apa saja warisan yang sang adik dapatkan.

"Asset yang saya wariskan untuk istri sah saya Prilly Aruan Salim berupa: Jet Pribadi Gulfstream G650ER, hak penuh atas kepemilikan kediaman Keluarga Salim di Sentul City-Bogor, Rumah pribadi dan Apartement pribadi di Sudirman-Jakarta Pusat, Apartement pribadi di Dubai, Rumah pribadi di Milan-Italy, Apartement di New York, vila pribadi di Swiss, lahan tanah pribadi di Jakarta Pusat dan Uluwatu Bali, mobil Mansory Vivere Bugatti Veyron dan kapal pesiar Maltese Falcon." Jelas Pak Luhut.

"Gilak! Papi udah gila ngasih asset sebanyak itu ke dia!" protes Nicho seraya melirik dimana Prilly duduk, gadis 28 tahun itu membalas Nicho dengan senyum mengejeknya.

"Selain itu untuk istri sah saya Prilly Aruan Salim, saya memberikan 20 persen saham Salim Group dan 35 persen dari total kekayaan yang saya miliki sebesar USD44,9 miliar atau setara dengan Rp.642,7 triliun berupa tabungan dan deposito pribadi. Dan dengan ini menjadikan Prilly Aruan Salim sebagai Presiden Komisaris dan pemegang saham terbesar di Salim Group!"

"WHAATT????" Nicho, Ariel dan sang Ibu membelalakkan mata tak percaya, berdiri dari tempat duduk mereka secara bersamaan, terkejut dengan keputusan yang sang ayah buat.

"Bhullshit! This is impossible!!" jerit Nicho marah "Isi surat wasiatnya pasti salah! How could she replace my father? Not me?"

"Mr. Nicho, please calm down, I haven't finished reading his will ..." Pak Luhut mencoba menenangkan Nicho yang tak terima. Bukan hanya Nicho bahkan sebenarnya Yoriko pun terkejut dengan keputusan sang ayah yang memberikan kursi Presiden Komisioner untuk istri mudanya bukan pada Nicho, anak laki-laki tertua di keluarga Salim.

"There must be a mistake, Pak. Luhut! This is all bullshit! I am the eldest son in this family, why does she have to replace my father? she is not capable for that position!" Nicho masih tak mau menerima keputusan wasiat sang ayah.

"Karena secara hukum pemegang saham terbesar otomatis akan menjadi Presiden Komisaris di Salim Group. Anda bertiga memiliki saham masing-masing sebesar 15 persen, adik-adik Tuan Salim memiliki saham sebesar 13 dan 12 persen lalu sisanya dimiliki oleh investor luar dan hanya Nyonya Prilly yang memiliki saham terbanyak disini." jelas sang pengacara dengan jujur "Anda semua dapat membaca isi surat wasiatnya nanti. Sekarang biarkan saya melanjutkan pembacaan dokumen ini hingga selesai..." pinta Pak Luhut dengan sopan.

"Ini nggak adil..." Ariel ikut memprotes.

Prilly tetap tidak berkomentar apapun dengan respon kakak beradik tersebut.

Nicho duduk kembali di kursinya dengan amarah yang menggebu-gebu, ini benar-benar gila dan tidak masuk di akal. Bagaimana mungkin sang ayah bisa memberikan saham Salim group dan harta kekayaan sebanyak itu pada perempuan jalang itu? Bahkan lebih banyak dari anak kadungnya sendiri. Ini tidak bisa diterima begitu saja.

Prilly tak membalas apapun yang sang sulung katakan, Ia hanya diam membiarkan semuanya agar cepat selesai. Di sebelah kiri Prilly, pria tampan berdarah Iran-jawa itu melirik ke arahnya dengan tatapan cemburu.

Wanita yang baru menjadi istri Ferry Hartono Salim selama satu tahun saja bisa mendapatkan kekayaan dan saham sebanyak itu, apa saja yang sudah Prilly lakukan pada pria tua itu hingga membuatnya sebegitu percaya dan cintanya pada Prilly???

"Untuk anak tiri laki-laki saya Reza Thomas Salim karena Reza bukanlah keturunan Hartono Salim maka dengan ini Reza tidak berhak atas saham Salim Group!" tangan Reza mengepal, wajahnya merah padam hingga gurat-gurat diwajahnya terlihat begitu kentara.

Nicho dan Ariel tertawa meledek "You deserved that, bro!"

"...dan untuk Reza Thomas Salim mendapatkan 5 persen dari total kekayaan yang saya miliki sebesar USD44,9 miliar atau setara dengan Rp.642,7 triliun berupa tabungan dan deposito pribadi dengan assetnya berupa: Rumah pribadi di Pondok Indah Jakarta Selatan, Villa pribadi di Jimbaran-Bali dan satu buah mobil pribadi Bugatti Chiron."

Kali ini Prilly melirik Reza, memperhatikan dengan seksama reaksi putra tiri keduanya itu saat pengacara keluarga membacakan isi surat wasiat terakhir suaminya. Prilly hafal wajah itu, raut wajah tidak puas, marah dan terhina. Ia tahu Reza kecewa dengan isi surat wasiat Ferry yang hanya memberinya 5 persen total kekayaan keluarga Salim sementara ketiga anak Ferry yang lain mendapatkan 4 kali lipat dari yang dia dapatkan. bahkan Prilly yang baru menjadi istri Ferry selama satu tahun saja mendapatkan hak waris yang jauh lebih banyak dari Reza.

5 persen bukanlah jumlah uang yang sedikit jika diakumulasikan dengan total kekayaan yang keluarga Salim miliki. Untuk masyarakat biasa, apa yang Reza dapatkan bisa mereka gunakan untuk biaya seumur hidup tanpa harus bekerja keras. Namun bagi Reza, 5 persen adalah harga dirinya. Ia sudah cukup terhina dengan nama belakangnya dan perilaku ibunya, ia sudah cukup terhina dengan pandangan rendah dari kakak dan adiknya, ia sudah cukup terhina dengan diskriminasi yang ia dapat dari Ferry sejak Ia kecil hingga kini.

Dia tidak perlu lagi merasa lebih terhina dengan sumbangan 5 persen dari keluarga ini.

Dan yang membuat Prilly tak habis pikir adalah bahwa sang suami sama sekali tidak memberikan Reza saham di Salim Group. Meskipun Reza hanya anak tiri Ferry, bukankah setidaknya dia berhak mendapatkan sedikit saham disana? Apalagi selama ini Reza lah yang banyak membantu Nicho diperusahaan, Reza juga lah yang sering membereskan masalah-masalah yang sering sang kakak buat di dalam dan luar perusahaan. Tapi bagaimana bisa Ferry setega itu tak memberikannya saham sepeserpun?

"5 persen..." Ariel menahan tawanya "Seenggaknya, Papi masih bermurah hati ngasih hartanya untuk anak haram mantan istrinya..." celetuk Ariel dengan nada mengejek.

"Ce, udah deh!" Yoriko membentak "Nggak usah pada drama deh kalian semua. Sekarang kalian udah puas kan dapet harta Papi?" ucap gadis berusia 23 tahun itu seraya keluar ruangan lalu membanting pintunya dengan kasar.

"Ri!!!" panggil Nicho dan Ariel.

Ira melirik pada Reza menatapnya dengan penuh penyesalan dengan isi wasiat dari mantan suaminya.

"Za..." Ira ingin menenangkan puteranya sang ibu tahu Reza kecewa, bahkan Ira juga merasakan hal yang sama. Tapi Ira tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia sadar Reza bukan darah daging sang mantan suami.

"Udah Mi, cukup. Nggak usah bilang apapun..." Reza menghentikan ibunya sebelum perempuan hina itu melanjutkan omong kosongnya "Saya nggak butuh belas kasihan Mami!"

Nicho tertawa, sangat lantang.

"Lu harusnya bersyukur Za, 5 persen itu bukan jumlah yang sedikit. Lu barusan denger kan kalau kekayaan Papi ada ratusan triliun. 5 persen itu cukup untuk bikin lu hidup bahagia sampai mati..." Nicho kembali menghinanya sambil tertawa terbahak-bahak.

"Shut the fuck up, Nicho!" bentak Prilly kasar.

"What did you say?" Nicho terkejut mendengar Prilly mengeluarkan kata-kata kasar padanya.

"I said... Shut. The. Fuck. Up!" ulang Prilly mengeja kata perkata apa yang tadi dia ucapkan.

"Anjing!! Berani banget lu!"

"Nicho! No!"

"Koko please jangan, Ko. Jangan!" Ariel dan Ibunya buru-buru mencegah Nicho agar tak berbuat yang tidak-tidak pada istri kedua ayahnya itu.

"Mr.Nicho, please. Don't do this..." Pak Luhut ikut memegang tubuh Nicho agar tidak terlalu dekat dengan Prilly. Mereka khawatir Nicho akan menyakiti Prilly karena emosi yang sudah meluap sejak tadi. Mereka tahu Nicho sangat temperamental, tak perduli siapa, Laki-laki ataupun perempuan. Ia tak pandang bulu.

"Prill, tolong jangan memprovokasi, Koko!" bela Ariel, jantungnya berdetak sangat kencang saking takutnya.

Prilly terdiam.

"Dasar murahan! Kalian bertiga itu sama, sama-sama benalu dikeluarga ini!" hina Nicho pada Prilly, Reza dan Ibunya "Just because you served my father in bed for one year, doesn't mean you have a right to my father's wealth!" Nicho kembali menghina Prilly.

Tulang pipinya terlihat menonjol, membuktikan bahwa putra mahkota keluarga Salim itu sangat tidak setuju dengan keputusan Ferry yang memberikan warisan kepada Prilly lebih banyak dari dirinya.

Prilly menatap mata Nicho. Ia sungguh tak terima dengan hinaan putera sulung Ferry tersebut.

Tapi untuk apa melawan laki-laki tidak berguna ini?

Toh, suka atau tidak, sang suami sudah memberikan itu semua padanya.

"I know you're angry...." ucap Prilly dengan nada lembut "But you must remember one thing right now, that I am the largest shareholder in Salim Group. Not you! Try to accept that, Nicho!" ujar Prilly dengan lantang kemudian pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan puas.

"BITCCHHH!!!" jerit Nicho pada Prilly yang sudah tak lagi terlihat oleh mereka.

"Apa masih ada yang ingin dibicarakan lagi, Pak Luhut? Karena ruangan ini sudah mulai terasa tidak nyaman." Ira bertanya dengan suara ramah yang dibuat-buat.

"Saya sudah selesai membacakan semuanya, Nyonya Hartanto. Apa yang perlu saya sampaikan sudah tersampaikan." Jawab Pak Luhut dengan percaya diri seraya membereskan berkas-berkas dan bersiap untuk pergi.

"Good.." Jawab Ira Hartanto lalu meninggalkan ruangan bersama Reza, Nicho dan Ariel.

" Jawab Ira Hartanto lalu meninggalkan ruangan bersama Reza, Nicho dan Ariel

***

2 Minggu kemudian.
Villa Salim - Balangan Beach, Jimbaran - Bali.

Prilly memasuki sebuah villa yang terasa begitu tenang, villa ini sudah lama tidak ditempati namun tetap terjaga kebersihannya

Prilly memasuki sebuah villa yang terasa begitu tenang, villa ini sudah lama tidak ditempati namun tetap terjaga kebersihannya. Dindingnya dihiasi dengan kaca-kaca dan kayu mahogany yang mahal. Di dalam Villa terdapat banyak lukisan yang tergantung di setiap sudut dinding. Villa ini berdiri kokoh di atas perbukitan yang indah dan laut yang berwarna biru.

Keluarga Salim sangat jarang menempati Villa ini, hanya sesekali saja mereka datang ke sini ketika ada keperluan di sekitar Jimbaran. Petugas kebersihan juga hanya sesekali datang untuk mengecek dan hari ini tidak ada siapa-siapa di Villa ini selain pria itu.

Prilly pernah datang ke sini beberapa kali sebelum menikah dengan Ferry, ia pernah datang ke Jimbaran untuk perjalanan bisnis sekaligus berlibur di sini. Bercengkrama dan bercinta sepanjang malam dengannya.

Sebenarnya Prilly senang berada di tempat ini karena udaranya yang segar dan suasananya yang tenang membuat Prilly betah berlama-lama disini.

Sebenarnya Prilly senang berada di tempat ini karena udaranya yang segar dan suasananya yang tenang membuat Prilly betah berlama-lama disini

Prilly melangkahkan kakinya memasuki sebuah kamar berukuran besar, kamar favoritnya. Kamar paling besar dengan pemandangan paling menakjubkan.

Sosok tegap itu berdiri di balkon luar kamar, memandang lurus pada hamparan laut yang indah dengan debur ombaknya yang tidak besar siang ini. Asap tipis-tipis terlihat menemani sang jantan menandakan bahwa Ia sedang menikmati sebatang rokok favoritnya.

Sejak kapan dia mulai kembali merokok? Pikir Prilly.

Prilly menatap punggung tegap itu dengan seksama, entah apa yang ada dipikiran sang pria saat ini. Perlahan dilangkahkan kakinya mendekati laki-laki yang sangat dirindukannya itu kemudian dipeluknya tubuh tegap pria itu dari belakang.

"Za..." Prilly berbisik di telinga Reza, mengecup punggung bidang sang pria dengan begitu lembut.

"Akhirnya kamu dateng juga..." Reza berkata dengan setengah mengejek dengan keberadaan Prilly disana. Dielusnya punggung tangan Prilly yang masih memeluk pinggangnya.

"I miss you..." kata Prilly sambil memeluk Reza dari belakang "Maaf aku terlambat dateng, banyak yang mesti aku urus dulu sebelum kesini..." Prilly melanjutkan lagi dengan suara pelan.

Sudah dua minggu berlalu sejak pembacaan surat ahli waris keluarga Salim dan sudah dua minggu juga Reza berada ditempat ini. Kabur dari kekecewaan yang mendalam. Bersembunyi dari hiruk pikuk keluarga Salim.

Reza sengaja pergi kesini untuk menenangkan dirinya, dia tidak bisa dihubungi sama sekali dan tidak ada yang tahu di mana keberadaannya.

Hingga seminggu yang lalu, Reza menghubungi Prilly bahwa dia berada di Villa ini dan meminta Prilly untuk datang. Tapi Prilly tak bisa langsung menemui sang kekasih dan baru bisa datang seminggu setelahnya.

Dan sekarang disinilah ia, bersama Reza di villa warisan dari almarhum suaminya. Disinilah ia hanya berdua dengan pria yang paling ia rindukan selama setahun terakhir ini.

Reza melepaskan pelukan Prilly, menghentikan merokoknya lalu membuang puntungnya ke sembarang arah seraya menghadap ke arah gadis cantik itu sembari menatap mata cokelat Prilly yang penuh dengan pertanyaan.

Wajah tampan itu begitu kusam. Berewok diwajahnya mulai terlihat tebal karena sudah berhari-hari tidak dicukur.

"Bukannya karena kamu masih menikmati peran kamu sebagai istri muda konglomerat Indonesia, Nyonya Salim?" sarkas Reza dengan nada dan mimik yang serius.

"Maksudnya??" Prilly tidak suka mendengar kata-kata Reza barusan.

"You look good as his wife..." sindir Reza lagi.

"Kamu kok gitu sih ngomongnya?" keluh Prilly "Za... kamu kan yang minta aku ngelakuin ini? Kamu yang minta aku untuk ngedeketin Ferry supaya tua bangka itu jatuh cinta sama aku. Kamu juga yang maksa aku supaya aku nerima lamaran Papi kamu untuk jadi istrinya sampai dia benar-benar percaya sama aku..."

"He is not my father!!!!!" potong Reza marah. Ia sudah muak dengan julukan palsu itu karena nyatanya pria tua itu memang tak pernah menganggap dirinya sebagai ayah Reza.

Prilly terdiam. Dia paham benar rasa sakit hati pria ini pada keluarga tirinya, apalagi setelah pembacaan ahli waris kemarin rasa kecewanya semakin menjadi-jadi.

"I know...." Prilly mengelus pipi berewok Reza dengan lembut "Aku cuma mau bilang kalau aku ngelakuin semua ini demi kamu, Za. Selama satu tahun ini aku udah nahan semuanya demi kamu..." ujar Prilly berusaha membuat Reza percaya bahwa selama satu tahun Ia menjadi istri pria itu, dilakukannya hanya demi rencana yang Reza buat.

Dan setelah satu tahun berperan sebagai istri muda sang konglomerat, ia merasa lelah secara fisik dan mental. Belum lagi menghadapi sifat keras kepala dan sikap otoriter Ferry yang terkadang membuat Prilly ingin mengakhiri semua secepatnya. Ia nyaris menyerah dibulan pertama pernikahan mereka. Sulit sekali rasanya harus berakting mencintai Ferry didepan semua orang. Ia selalu merasa ingin muntah setiap kali harus beradegan mesra dengan pria tua itu!

Reza menatap Prilly dengan seksama, memastikan apakah wanita ini benar-benar masih menjadi kekasihnya seperti 5 tahun yang lalu atau sudah berubah menjadi janda dari keluarga Salim setelah apa yang ia dapatkan dari Ferry?

Sejujurnya Reza takut Prilly berubah dan meninggalkannya begitu saja setelah mendapatkan semuanya.

"Kamu yakin ini udah berakhir?" Reza mengajukan pertanyaan terakhir untuk sang kekasih sambil menatap Prilly penuh keraguan.

"Kamu serius nanya hal kayak ini ke aku??" Prilly balik tanya dengan nada yang sedikit marah. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar dari mulut kekasihnya.

"Sekarang kamu udah jadi janda kaya raya, kamu bisa ngelakuin apa pun yang kamu suka. Kamu bisa beli apapun di dunia ini. Kamu nggak butuh aku lagi." Reza kembali menguji kesetiaan Prilly kepadanya.

Apa yang Reza katakan memang benar, saat ini dia sudah mendapatkan kekayaan yang melimpah, bahkan tanpa Reza pun dia bisa mendapatkan semuanya. Jadi bukan tidak mungkin jika Prilly akan mengkhianatinya, Sama seperti yang sang ibu lakukan dulu ketika menghianati ayah tirinya.

"Kamu benar, sekarang aku udah punya segalanya. Aku bisa ninggalin kamu sekarang juga. Tapi kenyataannya, aku di sini kan, Za? Lalu menurut kamu apa arti semua ini?" Prilly berkata dengan nada sedih. Tidak menyangka Reza meragukan cinta dan kesetiaannya, sementara semua yang dilakukan Prilly selama setahun ini adalah untuknya.

"Tapi kamu nolak aku malam itu..." ujarnya "Waktu itu aku benar-benar butuh kamu, tapi kamu terang-terangan nolak aku!"

Oh, jadi ini alasannya mengapa selama beberapa bulan belakangan ini Reza mulai bersikap dingin pada Prilly? Karena penolakannya pada Reza ketika malam itu dengan tiba-tiba Reza datang ke kamarnya saat Ferry sedang tidak ada di rumah?

Astagaaa.

"Ya ampun, Za. Bukan maksud aku untuk nolak kamu. Aku cuma takut orang rumah curiga. Aku nggak mau kita ketahuan sebelum ngedapetin semuanya. Aku nggak mau rencana yang udah kita susun berbulan-bulan hancur." Prilly menjelaskan alasan penolakannya malam itu.

Reza menikmati setiap kata dan setiap cerita yang keluar dari mulut Prilly, Ia mendengarkan semuanya penuh kekaguman. Pantas saja Ferry begitu tergila-gila pada gadis cantik ini.

Reza merindukan wanita ini. Dia rindu memegang tubuh kecilnya yang ranum. Dia rindu mencumbunya. Dia rindu bercinta dengannya. Melihat Prilly di hadapannya, rasanya Reza ingin sekali menghujamkan kejantanannya berkali-kali pada wanita cantik ini hingga dia berteriak memanggil namanya dengan penuh kenikmatan.

Gosh...

Tapi lagi-lagi Reza harus memastikan semua ini benar-benar sudah berakhir dan Prilly tetap menjadi miliknya beserta seluruh kekayaan keluarga Salim. Dia tidak ingin nantinya mengalami kejadian serupa seperti Ferry, merasakan pengkhianatan dari wanita yang dicintainya.

"Za, please... bisa kan kita selesaiin semua ini? Aku capek." Prilly memohon padanya, menyentuh wajah tampan itu dengan kedua tangannya "Aku nggak akan sanggup ngelakuin ini semua kalau bukan karena kamu. Apa kamu pikir aku bisa ninggalin kamu hanya demi harta? Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan jadi Prilly yang kamu kenal saat ini, Za..." ujar Prilly dengan sungguh-sungguh.

Ya, jika bukan karena Reza, Prilly pasti masih menjadi seorang pecandu narkoba yang rela mencuri di jalanan demi mendapatkan barang haram tersebut. Jika bukan karena pertemuannya dengan Reza 5 tahun yang lalu dan Reza menyelamatkannya, mungkin Prilly sudah berakhir di dalam penjara atau mati karena dipukuli kekasih bulenya.

Prilly, gadis dari keluarga sederhana yang mendapat beasiswa di California, USA karena kepintarannya. Sayangnya didetik-detik terakhir kuliahnya Prilly jatuh cinta pada sosok pria yang salah yang menjerumuskannya ke lubang kesengsaraan. Prilly terjebak bersama seorang pecandu, hidupnya berantakan begitupun kuliah dan beasiswanya ikut dicabut. Karena itu pula Ia tak berani untuk kembali ke Indonesia, tak ingin mengecewakan keluarganya yang sudah berharap jika sang puteri akan sukses di negeri orang.

Di negara asing itu Prilly kerja serabutan untuk menghidupi dirinya dan tentu saja untuk membeli narkoba.

Tapi Tuhan memang baik, suatu hari Ia dipertemukan dengan Reza secara tak sengaja. Disaat Prilly nyaris putus asa dengan hidupnya karena terjerat dengan laki-laki yang kasar dan juga kecanduannya. Malam itu ketika Prilly sedang disiksa habis-habisan oleh sang kekasih disamping sebuah gang sempit ditempat Ia bekerja sebagai waitress di salah satu restoran Chinese ternama, dengan sangat kebetulan Reza yang baru saja makan dengan teman-temannya disana melihat kejadian itu dan memutuskan untuk menolong Prilly.

Reza mengubah hidup Prilly yang seperti neraka hingga menjadi surga. Reza memberikan Prilly pekerjaan yang layak selama di Amerika, menyembuhkannya dari jerat narkoba, menjauhkannya dari sang kekasih yang memanfaatkan dirinya hanya untuk membelikan barang haram itu, bahkan Reza membuat Prilly kembali menyelesaikan kuliahnya.

Mereka menjalin hubungan selama 3 tahun dan memutuskan kembali ke Indonesia tanpa memberitahukan siapapun tentang hubungan mereka.

Prilly mengingat semuanya, semua kenangan, semua perhatian yang diberikan pria itu yang membuatnya jatuh cinta hingga rela melakukan apapun untuknya. Jadi mana mungkin Prilly sanggup mengkhianati Reza?

"Aku bahkan sanggup ngebunuh orang demi kamu, Za..." bisik Prilly lirih dengan suara bergetar "Aku ngebunuh Ferry demi kamu. Lalu bukti apa lagi yang harus aku kasih ke kamu?" Prilly menantang Reza dengan suara yang sangat serius dan matanya yang mulai basah. Ia sudah menjalankan rencana ini sesuai dengan keinginan Reza, namun Reza malah meragukan dirinya.

Hal ini melukai harga dirinya.

"Sekarang semuanya udah jadi milik aku, semuanya milik kamu juga, Za. Aku mau kita kayak dulu lagi. I miss us, Za..." Prilly menangis dan terisak. Jika bukan karena Reza, ia tidak akan bisa melakukan hal yang gila ini.

Tidakkah Reza tahu itu?

"It's over, Za. We're free now..." lanjutnya di tengah-tengah air matanya yang berderai.

Reza tersenyum ketika melihat air mata Prilly meleleh demi meyakinkannya, kemudian dipeluknya tubuh indah itu dengan penuh cinta dan kerinduan. Tubuh yang membuatnya tergila-gila dan hampir menggagalkan rencana yang telah dibuatnya karena tidak bisa mengendalikan rasa cemburunya setiap kali melihat Ferry mencumbu Prilly di depan matanya.

"I'm sorry.." Reza meminta maaf "Maaf sudah meragukan kamu. Maaf karena harus melibatkan kamu dalam kegilaan ini." Reza mengecup kening Prilly dengan lembut.

Pelukan Reza di tubuhnya membuat Prilly semakin menangis, Prilly memeluk tubuh kokoh itu erat-erat dan berharap bisa kembali pada pria yang membuatnya merasakan cinta yang begitu dalam.

"Aku pikir aku akan kehilangan kamu karena warisan itu... " Reza memeluk wajah cantik di depannya sambil tersenyum lalu mencium bibir Prilly sekilas.

"Nggak ada warisan sebanyak apapun yang bisa bikin aku berhenti mencintai kamu, Za..." Prilly membalas ciuman Reza, menarik wajah sang pria dengan penuh cinta dan nafsu. Ia sangat merindukan saat-saat seperti ini.

Menikah dengan Ferry membuatnya merasakan hampa dalam hidupnya dan kesepian di malam hari.

"Apa rencana kamu setelah ini?" Reza bertanya, kini bibir pria itu mulai menyentuh leher Prilly, membuatnya terkikik kegelian

"Apa rencana kamu setelah ini?" Reza bertanya, kini bibir pria itu mulai menyentuh leher Prilly, membuatnya terkikik kegelian.

"Untuk langkah pertama, aku sudah mempersiapkan kamu untuk menggantikan Nicho sebagai CEO di Salim Group lalu setelah semuanya tenang dan berjalan lancar aku akan memberikan saham milikku untuk kamu dan menjadikan kamu Presiden Komisaris di Salim Group..." Prilly mengelus lembut kepala Reza, membiarkan bibir Reza memberikan sentuhan di leher jenjangnya.

"Wow... Really?"

"Hu-um..." jawab Prilly mengangguk setengah mendesah karena lehernya Reza gigit penuh gairah.

"And...?" Reza menghentikan cumbuannya lalu menatap mata Prilly penuh rasa ingin tahu dengan nafsu yang tertahan.

"Aku akan mengubah kepemilikan Kediaman Salim atas nama kamu... it's yours now..." Prilly kembali menjelaskan dengan mata yang sudah sendu dan suara paraunya.

Reza merapatkan tubuhnya pada tubuh mungil Prilly hingga tak ada lagi jarak antara tubuh keduanya.

Prilly menggigit bibir bawahnya ketika merasakan sesuatu menyentuh tubuh bagian bawahnya.

"And...?"

"And... Aku.... udah beli apartement mewah untuk kita berdua atas nama kamu.... aku udah muak tinggal di rumah itu..." Prilly melingkarkan tangannya ke leher Reza dengan nafas yang terengah-engah karena tidak bisa mengendalikan nafsunya lagi.

"Wow.... what a good plan, Nyonya Salim..." Reza meremas bokong Prilly dengan gemas dari balik dress birunya.

"Zaaaa..." rengek Prilly.

Pria itu tertawa girang melihat respon Prilly yang kesal tapi tetap manja.

"Stop calling me like that!" protes sang gadis dengan panggilan Reza padanya tadi.

"Oke, oke. Sorry..." katanya cengengesan "lalu.... apa lagi?"

"Laluuu... Aku mau menghabiskan sisa hidupku sama kamu..." Prilly mengecup bibir Reza dengan singkat.

" Prilly mengecup bibir Reza dengan singkat

Mereka tertawa. Tersenyum bahagia. Akhirnya mereka benar-benar berhasil dengan rencana gila ini. Satu tahun yang lalu saat Reza sengaja mengajak Prilly untuk bekerja di Salim Group sebagai sekretaris Ferry. Tidak ada yang tahu bahwa Prilly adalah kekasih Reza selama 3 tahun di Amerika. Ferry hanya tahu bahwa Prilly adalah kenalan Reza.

Setelah beberapa bulan Prilly bekerja di Salim Group. Reza melihat ada gelagat yang berbeda dari Ferry. Reza sadar Ferry mulai memberikan perhatian lebih kepada Prilly melebihi bos dan karyawannya. Reza tahu bahwa pria tua itu memiliki perasaan lebih pada kekasihnya dan dari situlah Reza mendapatkan ide gila itu.

Pertama membuat Ferry mencintai Prilly dan menikahinya, kedua membuat pria sialan itu mempercayai Prilly 100% dan ketiga ketika Ferry sudah memberikan kepercayaannya pada Prilly dan akses ke perusahaannya, disaat itulah mereka akan menyingkirkam Ferry selamanya.

Bertahun-tahun hidup dengan pria tua itu Reza hapal benar dengan sifat sang ayah, Ferry akan sangat royal kepada wanita yang dicintainya dan Reza yakin Ferry pasti akan memberikan warisan yang melimpah kepada Prilly jika dia benar-benar mencintai Prilly.

Dan ternyata apa yang terjadi justru lebih dari apa yang Reza perkirakan, Prilly bahkan mendapatkan Saham, Asset dan kekayaan paling banyak dari pada anak-anak Ferry.

God bless him....

"Nggak akan ada yang curiga kan sama kecelakaan itu?" Reza bertanya tentang kecelakaan mobil yang menewaskan Ferry.

"Aku bayar sangat mahal untuk bikin semuanya terlihat seperti kecelakaan biasa. Kamu nggak perlu khawatir..." Prilly menjelaskan dengan nada percaya diri dan sangat tenang, membuat nafsu Reza semakin meninggi.

"Damn, you're so fucking hot!" katanya dengan penuh semangat "Kamu nggak tahu betapa gilanya aku nahan hasratku setiap kali melihat kamu berkeliaran di rumah itu, Prill..." ujarnya "Kamu nggak tahu apa yang selalu pengen aku lakuin ke kamu saat itu..." Reza tidak bisa mengendalikan perasaannya untuk tidak menyentuh Prilly saat ini.

"But you can do it right now..." pancing Prilly sambil tersenyum menggoda, dia tidak bisa lagi menahan perasaannya saat ini.

Bercinta dengan Ferry tidak pernah bisa memuaskannya...

"With my pleasure, Nyonya Salim..." ledek Reza tertawa seraya mengangkat tubuh mungil Prilly dan membawanya ke dalam kamar yang pernah mereka pakai untuk bercinta sebelum Prilly menikahi Ferry.

Saat ini Reza dan Prilly akan menikmati hari baru mereka. Setelah bertahun-tahun Reza merasakan penderitaan karena keluarga Salim, kini akhirnya waktunya untuk berkuasa pun tiba. Lewat tangan Prilly kini seluruh aset dan kekayaan keluarga Salim sudah berada ditangannya.

Jangan menyalahkan Reza untuk kejahatan yang sudah dia lakukan pada mereka. Karena semua yang Reza lakukan pada keluarga Salim adalah buah dari sikap dan perlakuan keluarga itu padanya selama bertahun-tahun.

Esok tak akan ada lagi manusia yang berani menyebutnya sebagai ANAK HARAM, karena setelah ini mereka semua akan mulai memanggil dirinya sebagai SANG PEWARIS...

***The End***

SANG PEWARIS Copyright © April 2023 | PENYALIN ILUSI - B891212 | All Rights Reserved.

Akhirnyaaa selesai juga hahahaha FF kali ini genrenya agak beda semoga bisa nambah bacaan kalian yaa. Mohon maaf jika ada kekurangan dan typo hehehehe. Jangan lupa like, komen dan share yaaa! Maacihhh❤️

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya SINNER
25
17
Salah satu anak dari keluarga Matulessy tiba-tiba saja menghilang, kemana dan ada apa dibalik menghilangnya sang anak? Baca selengkapnya hanya di Karyakarsa!Every sin has a reason…FULL CAST : SINNERPrilly Latuconsina sbg Ni Luh Prilly MaharaniReza Rahadian sbg Rezano MatulessyNicholas Saputra sbg Nicholas MatulessyMichelle Ziudith sbg Michelle MatulessySandrinna Michelle sbg Sandrinna MatulessyRio Dewanto sbg dr. Rio DewantoroGabriella Desta sbg Ida Ayu Desta IndrianiCerita dalam fanfiction ini hanyalah fiksi dan keseluruhan cerita adalah karya asli hasil buah pemikiran penulis sedangkan nama-nama yang terlibat, latar, agama, tempat beserta gambar dan yang lainnya bukanlah hal yang sebenarnya terjadi didunia nyata melainkan hanya untuk kebutuhan cerita. Terima kasih.Selamat membaca jangan lupa tinggalkan like dan komen yaaa...
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan