
“Seandainya aku ketemu kamu lebih dulu…”
.
Distraksi adalah sebuah Fanfiction berupa full dialog seperti naskah/skenario. Jangan lupa komen dan like disetiap partnya ya. Terima kasih.
Desember 2022, 2 bulan sebelum pernikahan.
Jakarta, Kantor Pusat Adiputro Group.
.
Prilly baru saja datang ke kantornya, lokasi kantor Prilly di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Desta, salah satu karyawan yang juga temannya di kantor, bertemu Prilly sebelum Prilly masuk ke ruangan kantornya.
Desta: Prill, ada yang nyariin lo tuh...
Prilly: Siapa, Ta?
Desta: Refal
Prilly: REFAL?
Prilly terkejut setengah mati mendengar nama itu. Bisa-bisanya Refal datang tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Desta: Iya, sekarang lagi diruangan lo tuh, nungguin lo dari tadi..
Prilly: Thanks ya, Ta.
Prilly cemas dan sangat khawatir dengan kedatangan Refal ke kantornya. Setelah berbincang dengan Desta, Prilly pun berjalan masuk ke dalam ruang kantornya.
***
Prilly membuka pintu ruangan kantornya dan melihat Refal yang sedang duduk di sofa tamu didalam ruangan itu.
Refal: Hei, finally...
Refal yang melihat Prilly masuk pun berhambur mendekati Prilly lalu memeluk gadis itu dengan lega.
Prilly: Kamu ngapain sih disini?
Prilly melepas pelukan Refal kemudian menaruh tas kerjanya di kursi kebesarannya lalu berdiri berhadapan dengan Refal yang mengekorinya.
Refal: Pengen ketemu kamu aja. Kebetulan aku ada meeting deket-deket sini.
Prilly: Fal, yang bener aja dong Fal, kamu dateng kesini kok nggak ngabarin aku dulu. Kalau Mas Reza liat gimana?
Refal: Hey. Relax. Aku nggak lama kok...
Prilly: Ya tetap aja...
Prilly cemberut, Ia selalu khawatir dengan kedatangan Refal yang tiba-tiba seperti ini.
Refal: Aku tau Reza lagi meeting di Gatsu, makanya aku mampir kesini
Prilly: Fal, aku nggak suka kalo kamu tiba2 dateng kayak gini!
Refal: Iya, sorry. Aku nggak lama kok. Aku Cuma mau ngeliat kamu sebentar. Ini aku langsung balik deh.
Prilly terdiam. Dia bukannya tidak mau bertemu Refal, tapi bukan dikantor seperti ini.
Refal: Hei, maaf. Maaf udah bikin kamu nggak nyaman. Ya udah aku balik sekarang, oke?
Prilly: Kamu kan tau situasinya gimana. Kalau Mas Reza tahu aku pasti kena masalah, Fal.
Refal: Iya. Maaf. I'm going now..
Prilly menghela nafasnya dengan berat seraya menatap wajah tampan Refal. Pria itu memakai kemeja abu-abu dan celana jeans, seperti biasa sangat rapih dan casual.
Prilly: Kamu nggak marah kan?
Refal: Enggak. Aku ngerti.
Prilly: Just... text me kalau kamu udah sampe..
Refal: Iyah. Ya udah aku balik ya.
Prilly mengangguk sambil tersenyum.
Refal: Maaf kalau bikin kamu kaget dan nggak nyaman.
Prilly terlihat sedih, entah apa yang harus dia lakukan Ia hanya takut jika Reza sang kekasih datang secara tiba-tiba dan melihat mereka disana.
Prilly: I’m sorry…
Refal: It's okay. Aku nggak apa-apa kok. Aku balik ya..
Prilly mengangguk kemudian memeluk Refal penuh rasa bersalah.
Prilly: Hati-hati. Kabarin aku kalau kamu udah sampe tempat meeting.
Prilly mengecup pipi Refal dengan sayang.
Refal: Siap bu bos!
***
Siang hari setelah Reza meeting. Di ruangan kantor Prilly.
Reza: Desta bilang tadi Refal kesini? Ngapain dia kesini pagi-pagi?
Prilly gugup mendengar ucapan Reza.
Prilly: Eum.. eh.. enggak itu , tadi dia ada meeting sama klien dideket sini jadi sekalian mampir. Tadinya mau nemuin kamu, tapi aku bilang kamu lagi di Gatsu.
Reza: Tumben. Biasanya juga dia telpon aku dulu kalau mau mampir
Prilly: I don’t know…
Prilly mengangkat bahunya, berpura-pura tidak tahu akan niat sang adik ipar yang tadi datang.
Reza: Lusa kamu jangan sampai lupa kita ada dinner sama Oma...
Prilly: Mas, aku kan udah bilang aku nggak bisa. Jerome minta aku ikut ke Bandung untuk ngurus launching brand baru.
Reza: Minta Jerome pergi sama yang lain lah, kamu kan bos dia, suruh lah anak buahnya yang nemenin. Ngapain kamu yang harus pergi?
Prilly: Mas, nggak bisa gitu dong, dari awal kan project ini aku sama Jerome yang handle, masa pas launching malah nyuruh yang lain?
Reza menatap Prilly dengan marah lalu memegang lengan kanan Prilly dengan kuat, seolah-olah sedang mengancam sang kekasih.
Reza: Jadi kamu lebih mentingin Jerome dari pada keluargaku?
Prilly: Enggak gitu, Mas...
Reza: ….Atau kamu emang sengaja pengen berduaan sama dia, cuma pura-pura aja ngurus kerjaan
Prilly: Mas apaan sih, udahlah nggak usah mulai...
Reza: Kamu tahu kan dia naksir sama kamu?
Prilly: Astaga, kamu tuh jangan nuduh sembarangan. Jerome udah punya istri, Mas!
Reza: Denger ya, kalo sampe lusa kamu nggak dateng, liat aja apa yang bakal aku lakuin...
Prilly: Nggak semua orang harus kamu cemburuin, Mas.
Reza: Ya aku nggak akan begini kalo kamu nggak kecentilan!
Reza menunjuk kening Prilly dengan telunjuknya. Prilly terdiam. Bukan pertama kalinya Reza berlaku sekasar ini padanya. Ini belum apa-apa. Sebentar lagi pasti kata-kata pamungkasnya akan Ia keluarkan.
Reza: Aku udah bilang kan berkali-kali, keluarga harus dinomorsatukan. Inget dong sebentar lagi kamu tuh akan bergabung dikeluarga ini. Keluargaku bukan orang sembarangan ya yang kalau mau ngadain acara harus ikut jadwal kamu. Jangan sok penting kamu! Harusnya kamu bersyukur bisa diterima di keluarga ini. Kamu siapa sih sampai Oma harus ganti hari biar kamu hadir? Kamu bukan siapa-siapa.
Sesak. Ini yang selalu Reza katakan pada Prilly setiap kali Prilly tidak bisa memenuhi keinginan Pria itu. Mengingatkan dirinya jika Prilly bukanlah siapa-siapa tanpa Reza.
Prilly: Aku tahu. Kamu nggak perlu ngulang-ngulang itu terus setiap kali kamu marah..
Reza menatap Prilly, mencengkram wajah cantik Prilly dengan marah yang tertahan.
Reza: Bisa nggak kalau aku ngomong nggak usah ngejawab terus? Aku ngomong gini biar kamu tahu diri dan jangan seenaknya!
Prilly dan Reza saling tatap, Prilly berusaha menahan air matanya untuk tidak jatuh dengan semua perkataan dan sikap sang kekasih.
Prilly: Maaf…
Reza melepas cengkramannya dengan kasar dari wajah Prilly.
Reza: Lusa jangan sampai nggak datang, aku harus ke Bogor dulu siangnya. Nanti Kita langsung ketemuan di rumah Oma aja.
Prilly tak menjawab, Ia hanya memberi anggukan takut. Jika Reza sudah bersabda, tak ada lagi yang dapat Prilly lakukan selain menurutinya.
Reza: Aku ada meeting malam ini sama klien, dan pasti pulang malam banget. Nanti kamu nanti langsung pulang aja ke rumah atau bareng sama Sheila.
Prilly: Iya.
Reza pergi keluar dari ruangan Prilly. Prilly menghela nafasnya yang tadi tertahan. Duduk dengan lemas dan air mata yang lagi-lagi harus keluar karena sakit hatinya. Reza sudah sering berlaku kasar pada Prilly, bertahun-tahun mereka menjalin hubungan dan bodohnya Prilly masih tetap berdiri ditempat yang sama.
Prilly mengambil handphone di tas miliknya, duduk dikursi kerjanya dengan dada yang sesak kemudian menelepon seseorang yang selalu bisa menenangkan hatinya. seseorang yang selalu bisa mendistraksi rasa sakitnya.
Prilly: Halo, Fal. Nanti sore aku ke apartemen kamu ya?
Refal: Kamu kenapa?
Prilly: Aku butuh kamu, Fal…
Refal: Reza ngelakuin apa lagi kali ini????
Refal bersuara dengan nada marah.
Prilly: Aku butuh kamu…
Refal: Aku kesana aja ya sekarang?
Prilly: Jangan, ada Reza di kantor. Nanti sore aku kesana ya?
Refal: Oke. Oke. Aku tunggu ya, but please don’t cry…
Prilly terisak, menahan rasa kesal dan sakit hatinya.
***
Di cafetaria kantor, 15.00 WIB.
Prilly duduk di cafetaria untuk menemani Sheila ngopi, tapi wajah murungnya membuat sang sahabat sadar jika Prilly sedang tidak baik-baik saja.
Sheila: Berantem lagi?
Prilly mengendikan bahunya dengan enggan.
Sheila: Prill… ada yang mau lo certain sama gue?
Prilly menatap wajah Sheila, sahabatnya yang sudah bertahun-tahun dekat dengannya.
Sheila: Gue tahu masalah lo nggak akan jauh-jauh dari Reza, udah deh cerita aja…
Prilly menatap mata Sheila, agak ragu bercerita tapi jika bukan pada Sheila, pada siapa lagi?
Prilly: Lusa Oma mau ngadain dinner keluarga tapi gue udah bilang sama Reza kalau gue harus ke Bandung sama Jerome, lo tahu kan project baru perusahaan?
Sheila: Terus?
Prilly: Dia ngelarang gue untuk pergi..
Sheila: Dinnernya jam berapa?
Prilly: Ya malam, jam tujuhan kali..
Sheila: Launching Brand jam berapa?
Prilly: Jam satu siang..
Sheila: Problem solved. Pagi lo ke Bandung terus siangnya launching, selesai launching lo langsung cuss ke rumah Oma. Beres kan?
Prilly menatap Sheila dengan tidak yakin.
Sheila: Launching Brand paling berapa lama sih? Sejam? Dua jam. Jam tiga lo langsung balik ke Jakarta. Bisa lah…
Prilly: Iya sih, tapi…
Sheila: Prill, gue tuh udah capek ngedengerin lo ngeluh terus soal Reza gini Reza gitu tapi sementara itu lo sendiri masih diam ditempat dan nggak kemana-mana. Jadi ya udah, ini solusi terbaik buat lo sama Reza nggak usah dibikin ribet.
Sheila menyeruput es cokelatnya.
Prilly: Oke.
Sheila: lagian lo tuh emang bego kalau udah jatuh cinta. Dari tiga tahun lalu udah gue bilang, putusin Reza putusin Reza, eh malah tunangan. Capek gue. Sadar dong, Prill. Dia tuh nggak worth it buat lo!
Prilly: Nggak semudah itu, Sheil.
Sheila: Ya emang nggak mudah tapi seenggaknya dicoba, apa pernah lo nyoba? Enggak kan? Ya mana tahu lo bisa apa enggaknya kalau lo aja nggak pernah nyoba.
Prilly: Kok lo jadi marahin gue sih…
Sheila: Ya gue tuh kesel sama lo, Reza tuh kasar sama lo dan lo masih aja nurut sama dia. Tinggalin kek orang kayak gitu!
Prilly: Ih, ngomongin bos sendiri…
Prilly meledek Sheila yang terlihat penuh emosi.
Sheila: Kenapa? lo mau ngaduin gue sama laki lo?
Prilly: Ya ampun Sheil, bercanda kali. Serius amat sih..
Sheila: Lagian nyebelin banget punya temen kayak lo. Ini mumpung kalian belum nikah, udahin lah Prill semuanya sebelum lo nyesel nantinya.
Prilly: Udah ah, bahas yang lain aja.
Sheila: Tuhkan selalu ganti topik kalau ngebahas soal Reza.
Prilly: Nanti anterin gue ya..
Sheila melirik Prilly dengan menyelidik.
Sheila: Kemana?
Prilly: Reza pulang malam hari ini, drop gue di apartemen Refal ya, plis. Nanti kalau Reza tanya, bilang aja gue main ke apartemen lo..
Mata Sheila membelalak tak percaya.
Sheila: Lu gila ya?
Prilly: Gue butuh dia, Sheil.
Sheila: Wah, lu emang bener-bener udah gila, Prill. Lu masih lanjut sama Refal?
Prilly: Apaan sih, orang kita cuma temen cerita aja.
Sheila: Oh come on! Mana ada sih cewek sama cowok cuma temenan. Lagian gue tahu kok dia naksir sama lo!
Prilly: Please, jangan ceramah lagi, Sheil.
Sheila: Gue nggak ngelarang lo mau deket sama cowok manapun asal lo selesaiin dulu hubungan lo sama Reza. Lo bisa bayangin nggak kalau Reza tahu Adik kandungnya pacaran sama tunangannya sendiri?
Prilly: Gue nggak pacaran sama Refal!
Sheila: Ya terserahlah apa nama hubungan lo sama dia, yang jelas kalian itu nggak sekedar berteman.
Prilly: Jadi, mau kan ngedrop gue disana?
Sheila memutar matanya dengan malas.
Sheila: Ya ya ya ya… terserah lo deh…
Prilly: Thank you, Sheilaa…
Prilly memeluk Sheila dengan sayang.
***
17.45 WIB. Apartemen Refal, lobby depan.
Prilly: Thank you, Sheil.
Sheila: Jangan lama-lama, nanti Reza tahu lo nggak dirumah dia ngamuk lagi.
Prilly: Iyaaaa
Sheila: Ya udah, have fun!
Prilly: Apaan sih orang cuma mau ngobrol.
Sheila: Udah ah sana turun dari mobil gue!
Prilly: Ih, galak banget!
Prilly turun dari mobil Sheila dan berjalan memasuk lobby apartemen menuju kediaman Refal.
***
Bel apartemen berbunyi, Prilly menantikan pintu itu dibuka oleh sosok tampan yang sudah dikenalnya selama beberapa bulan ini.
Pintu terbuka.
Reza: Hai…
Prilly: Hai…
Prilly masuk ke dalam apartemen bersama dengan Refal yang kini sedang menggandeng tangannya. Mereka duduk di sofa ruang tamu, duduk berhadapan dengan senyum mengembang. Refal masih menggenggam tangan mulus Prilly.
Refal: Are you okay?
Prilly mengangguk. Setiap kali berhadapan dengan Refal, Prilly merasa semua masalah yang menimpanya menjadi tak berarti. Ketenangan ini yang tidak Ia dapatkan dari Reza selama tiga tahun ini mereka menjalin kasih.
Mereka saling tatap tanpa kata, menikmati kebersamaan yang singkat ini. Jemari Refal masih mengelus lembut jemari Prilly.
Prilly: Aku capek, Fal. Capek harus selalu nurutin mau nya Mas Reza.
Refal: Is there something that I can do for you?
Prilly menggeleng pelan.
Prilly: Kamu nggak perlu melakukan apapun, dengan kita ketemu dan ngobrol kayak gini aja aku udah happy…
Refal: Kamu tahu kan aku selalu punya jawaban yang sama untuk kamu setiap kali kamu ngebahas soal ini..
Prilly: ‘Putusin Reza…’
Refal: Right…
Prilly: Dan kamu juga tahu kan kalau nggak semudah itu?
Refal: Aku tahu. Tapi setidaknya harus kamu coba.
Prilly: Omongan kamu persis sama Sheila. Bisa nggak kita nggak ngebahas soal itu?
Refal: Sepertinya sih nggak bisa, karena masalah kamu cuma muter di hal yang sama.
Prilly kembali menatap wajah tampan Refal.
Prilly: Maaf ya tadi pagi…
Refal: Nggak apa-apa. Aku yang salah kok, aku datang nggak ngabarin kamu dulu.
Prilly: Aku nggak mau Mas Reza curiga sama kamu. Aku nggak mau kamu bermasalah sama dia. Aku nggak mau ambil resiko untuk kehilangan kamu…
Refal: Iya, aku tahu…
Refal tersenyum tulus.
Refal: Ketika aku memutuskan untuk memulai ini sama kamu, aku harus terima resikonya. Aku juga nggak mau kamu bermasalah sama Reza. Ngebayangin dia kasar sama kamu aja, dadaku udah sesak banget, Prill. Ingin rasanya aku bawa kamu pergi dari dia. Seandainya aja dia bukan kakakku, mungkin aku udah nggak perduli lagi soal hubungan ini.
Prilly memeluk Refal dengan sayang.
Prilly: Seandainya aku ketemu kamu lebih dulu…
Refal: Aku harap kamu bisa keluar dari hubungan ini, Prill.
Prilly: Kamu tahu kan itu nggak mungkin. Hubungan aku sama Mas Reza nggak sesimple itu. Banyak yang harus aku urus, banyak yang terlibat didalamnya, fal.
Mereka masih berpelukan.
Refal: Meskipun dia kakakku sendiri, tapi aku tahu dia bukan orang yang baik untuk kamu.
Prilly: Fal…
Prilly melepas pelukannya dan menatap mata Refal.
Prilly: Jangan bahas soal ini dulu ya, please. Waktu aku nggak banyak.
Refal: Oke. Makan aja yuk!
Prilly: That’s a good idea!
***
Dua hari kemudian.
Sepanjang perjalanan Reza dan Prilly hanya diam didalam mobil yang mereka kendarai. Reza tak mengeluarkan sepatah katapun sejak satu jam tadi setelah mereka selesai makan malam bersama keluarga besar Reza. Sebenarnya Prilly tahu alasan kekasihnya itu tak bersuara. Karena tadi Prilly datang lebih lambat dari Reza. Prilly datang setengah jam lebih lama dari Reza dan kacaunya, Prilly tidak mengatakan pada pria itu jika Ia jadi pergi menemani Jerome ke Bandung. Prilly tahu malam ini mereka pasti akan kembali bersiteru.
***
Reza masuk ke dalam rumahnya, berjalan dengan langkah yang berat sambil menahan amarah menuju kamar pribadi mereka.
Prilly: Mas…
Reza membuka jas yang Ia pakai lalu melemparnya kesembarang arah kemudian menatap tajam pada sang kekasih.
Reza: Aku udah bilang berkali-kali, jangan ngecewain aku, jangan bohong sama aku, jangan ngelawan aturanku. Tapi apa yang kamu lakuin? Kamu berkali-kali melakukan hal yang aku larang.
Prilly: Tapi aku dateng kan Mas, aku tetap hadir.
Reza menghampiri Prilly, wajah mereka hampir tanpa jarak.
Reza: Kamu dateng terlambat!!!
Reza membentak. Padahal Reza tahu Prilly hadir sebelum makan malam dimulai dan Ia tidak terlambat sama sekali.
Reza: Dan kamu sadar nggak sih, baju yang kamu pakai ini baju kerja bukan untuk makan malam.
Prilly: Iya aku nggak sempet ganti, aku langsung kesini begitu acaranya selesai.
Reza: Bukan itu masalahnya!!!! Masalahnya, kamu bohong dan kamu malu-maluin aku didepan keluargaku!!
Prilly: Mas udah ya, aku minta maaf kalau aku bohong, tapi yang pentingkan aku tetap bisa hadir malam ini.
Prilly mencoba memegang tangan Reza untuk melunakan hati pria itu tapi Reza menepis tangannya dengan kasar.
Reza: Ngapain aja kamu sama Jerome di Bandung?
Mata Prilly terbelalak kaget mendengar pertanyaan Reza.
Prilly: Kamu kok nanyanya gitu?
Reza: Jujur sama aku, kalian ngapain aja selama disana?
Prilly: Aku launching brand disana, Mas…
Reza: Jangan bohong kamu!
Reza mendekati tubuh Prilly berusaha mengendus tubuh Prilly untuk mencari wangi lain ditubuh kekasihnya.
Reza tersenyum sinis.
Prilly: Apaan sih Mas!
Reza: Bisa kamu ya kayak gini?
Prilly: Maksud kamu?
Reza: Pantesan kamu ngotot tetap pergi sama Jerome…
Prilly: Mas aku nggak ngapa-ngapain sama Jerome!
Reza: Berapa kali kamu ngelakuin itu sama dia? Hah?
Prilly: Mas Reza omongan kamu udah mulai kemana-mana..
Prilly berusaha untuk menjauhi Reza karena Ia enggan untuk berdebat lebih lama, tapi Reza menutup pintu kamarnya dan menguncinya dengan cepat.
Reza: Kita belum selesai ngomong! Berapa kali kamu ngelakuin itu sama Jerome?
Prilly: Aku serendah itu ya dimata kamu?
Reza: Ya aku nggak tahu ya kamu serendah apa, cuma kamu yang bisa jawab!
Prilly: Aku nggak ngapa-ngapain sama Jerome, aku kerja Mas!
Reza: JANGAN BOHONG!!!!!
Reza menggebrak pintu di belakang Prilly hingga terdengar bunyi debam yang kencang. Tubuh Prilly bergidik, telinganya terasa pengang karena suara hentakan dipintu yang sangat kencang.
Prilly: Mas Reza udah dong…
Reza: Aku minta kamu untuk nggak ke Bandung tapi kamu tetap pergi ke Bandung! Apa susahnya sih nurutin permintaanku? HAH? APA SUSAHNYA??!!
Prilly: Mas, aku kesana cuma kerja…
Reza: ENGGAK USAH BOHONG! ANJIIINGGG!!!
Prilly mematung mendengar bentakan Reza tepat didepan wajahnya. Suara bariton pria itu seperti menggema hingga ke gendang telinganya bahkan menyusup hingga ke dalam hatinya.
Reza pernah berjanji untuk bisa menahan dirinya agar tidak terlalu emosi ketika sedang marah tapi lagi-lagi pria itu selalu kalah oleh pikiran negatifnya sendiri.
Reza: Sampai kapan sih harus begini terus????? Kita udah mau nikah, Prill!! Bisa nggak sih jujur sama aku????!!!
Reza mencengkram pipi Prilly dengan kencang hingga Prilly dapat merasakan tangan kekar Reza membentur rahangnya yang kecil.
Prilly: Mas… sa-kit..
Reza: Aku cuma mau kamu JUJUR!! JUJUR!!!!
Reza menghimpit Prilly pada pintu kamarnya, tubuh mungilnya berada diantara daun pintu berbahan kayu dan tubuh tegap Reza yang sedang dikuasi amarah.
Prilly: Mas…. Re..za..
Reza: Berapa kali kamu ngelakuin itu sama dia???!!!
Prilly: Aku nggak ada apa-apa sama Jerome….
Reza menatap manik mata Prilly penuh kebencian.
Reza: Apa sih yang nggak aku kasih buat kamu? Aku kasih semuanya untuk kamu! Aku naikin derajat kamu dan adik kamu. Aku sekolahin adik kamu sampai keluar negeri. Aku kasih kamu jabatan tinggi. ITU JUGA MASIH KURANG?
Reza melepas tangannya dari wajah Prilly, agak kasar hingga tubuh Prilly sedikit membentur tembok dibelakangnya. Prilly sudah merasakan sakit tidak hanya hatinya tapi juga fisiknya.
Prilly: Maaf….
Reza: Maaf! Maaf! MAAF TERUS YANG KAMU UCAPIN!!! KAMU TUH….
Reza menghentikan ucapannya, menarik nafasnya dalam-dalam berusaha untuk tidak meneruskan kalimatnya. Prilly tak berani menatap sang kekasih. Ia hanya menunduk ketakutan. Biasanya Reza tidak pernah sekasar ini, tapi entah kenapa malam ini pria itu terasa berkali lipat lebih menyeramkan.
Reza menghampiri Prilly, menatap mata sang kekasih dengan tatapan sinis.
Reza: Denger ya baik-baik. Tanpa aku, kamu bukan siapa-siapa. Tanpa aku dan keluargaku. Kamu dan adik kamu cuma karyawan miskin yang digaji sama perusahaanku. Jadi nggak usah banyak tingkah! NGERTI?
Prilly tak mampu lagi berkata-kata. Tubuhnya bergetar hebat. Harga dirinya sudah Reza injak sedemikian rendahnya. Suara yang Reza lontarkan selalu mampu menghantam rasa percaya dirinya. Reza benar, tanpa pria itu Prilly hanya lah sales miskin yang berjuang menyekolahkan adiknya. Tanpa Reza, Ia bukan siapa-siapa karena itu Ia tak berhak untuk memilih takdirnya.
*** Tungguin Part 1-nya ya***
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
