
Makan indomie, tapi sepiring berdua sama.. Mantan?! Nah loh, gimana ceritanya? Udah, baca aja sampai selesai~
GADIS ini mengetik dengan lincah. Jari - jarinya menari dengan indah di atas keyboard. Ia sudah melakukan aktivitas ini sejak 30 menit yang lalu.
Kedua bola matanya bergerak pelan ke arah kanan. Menelurusi hasil ketikannya. Memastikan tidak ada yang salah.
Setelah selesai dan sudah yakin dengan semuanya, gadis cantik ini mengirimkan hasil karyanya. Ia publikasikan di KaryaKarsa, sebuah aplikasi yang sangat berguna untuk berbagai kalangan usia.
Gadis ini merentangkan kedua tangannya keatas. Kemudian ia menghela napas panjang.
"Finally, selesai juga karya gue," ujarnya tersenyum senang.
Aplikasi ini memudahkan dalam masalah keuangannya, apalagi ia berniat untuk membeli laptop baru.
"Woi!" suara tidak asing mengagetkan gadis ini dari belakang.
Ia menoleh sekilas. "Bikin kaget aja lo!"
Kemudian gadis ini kembali menghadap laptopnya. Di matikan laptop kesayangannya yang sudah harus pensiun.
"Hehe maap ya Zara ku sayang," ujarnya nyengir.
Zara mendengus kesal. Membuang muka.
"Males. Beliin gue MCD, baru di maafin,"
Viola menatap tajam. "Di kasih hati minta empedu,"
Zara tertawa. "Ginjal woi,"
"Iya itu maksut gue, tadi gue bilang apa?"
"Di kasih hati minta empal,"
"Tuhkan telinganya bermasalah,"
Zara terkekeh mendengarnya. "Otak lo tuh bermasalah,"
"Ngajak gelud nih orang,"
"Sstt diem! Lo denger sesuatu gak?" ucap Zara sok misterius.
Viola mengernyitkan dahi. "Gak. Suara apaan? Lo kentut ya?" tuduhnya.
Zara melotot mendengar ucapan Viola. "Enak aja. Emangnya lo, suka kentut sembarangan. Kentut tidak pada tempatnya,"
Viola pura - pura tidak mendengarkan.
"Suara perut gue minta di isi, laper,"
Viola mendecakkan lidah. "Makan lo emang banyak, gak kaget gue,"
Gadis dengan rambut di ikat kuda ini tidak mendengarkan omongan sahabatnya itu. Ia memasukkan laptop ke dalam tas, kemudian beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana lo?"
"Beli indomie goreng," ucapnya sekilas lalu pergi.
"Eh, gue juga mau! Tungguin!"
***
"Pak, indomie gorengnya satu ya," ucap lelaki ini sopan.
"Oke mas, siap. Tunggu sebentar ya,"
"Iya pak saya tunggu,"
"Oh sama es tehnya satu ya pak," tambahnya.
"Ngghokey mas,"
Beberapa detik kemudian, lelaki ini mendengar suara tidak asing. Suara cempreng yang dulu hampir setiap hari di dengarnya.
Ia menoleh ke belakang. Di lihatnya sesosok gadis berparas cantik sedang berjalan bersama sahabatnya.
Gadis itu yang dulu membuat hari - harinya menyenangkan. Bahkan, membuatnya semangat dalam menjalani hidupnya yang suram.
Gadis itu adalah mantan kekasihnya. Hingga detik ini, perasaannya pun masih sama.
Sudut bibir lelaki ini naik. Sudah lama tidak bertemu dengannya. Ia sangat rindu.
"Cie di liatin sama mantan," ucap Viola mengejek.
Zara yang sudah mengerti, pura - pura tidak peduli. Padahal.. Jauh dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia juga senang bertemu dengan mantan kekasihnya itu.
"Apasih, gue ke sini niatnya mau makan,"
Viola tertawa. "Gue juga tau, yang bilang lo mau pengajian juga siapa?"
Zara mendengus kesal dan pergi meninggalkan Viola.
Ia mendatangi stand yang sama. Kebetulan, hanya bapak ini yang buka di kantin kampusnya.
"Kenapa nunggunya harus berdiri di situ sih? Kenapa nggak duduk aja? Kan gue jadi salah tingkah sendiri," batin Zara.
Kini Zara sudah berada di depan stand penjual itu dan berada di samping sang mantan.
Keduanya terdiam tidak saling menyapa. Layaknya orang asing yang tidak saling mengenal.
"Pak, indomie goreng satu,"
"Lah dua dong, gue juga mau," sela Viola yang kini sudah ada di belakangnya.
"Eh ada Arka. Hai Arka," sapa Viola dengan sengaja.
"Hai. Kok lo tumben sendiri?" tanya Arka.
Viola tertawa. Ia tau, Arka sedang menyindir sahabatnya.
"Berdua dong,"
"Kok dia diem aja?" sindir Arka.
"Lagi sariawan katanya,"
Zara memutar bola matanya. "Ralat, indomie gorengnya dua pak," ia pura - pura tidak mendengarkan omongan keduanya.
"Minum apa lo?" tanya Zara.
"Es jeruk deh,"
"Sama es jeruknya dua ya pak,"
"Duh maaf neng. Indomie gorengnya sisa satu," ucap bapak penjual.
Zara menghela napas pendek. "Yaudah pak, indomienya satu aja. Saya tunggu,"
"Oke mbak. Tunggu ya,"
"Terus lo makan apa?" tanya Viola.
"Berdua lah sama lo,"
"Ih gak mau, indomie goreng satu buat berdua tuh kurang!"
"Dih dasar kebo,"
"Bodo amat lo mau ngomong apa. Kan gue mau menikmati indomie yang lezat itu dengan
tenang,"
"Maksut lo tenang apaan?" tanya Zara tersinggung.
"Pikir aja sendiri. Pokoknya gue gak mau mienya di bagi dua sama lo! Mana rela gue berbagi, apalagi berbagi indomie,"
Arka yang sedari tadi memperhatikan keduanya dengan diam, kini angkat bicara.
"Berisik lo pada. Kayak emak - emak lagi rebutan obral panci!"
Zara melotot. "Sialan. Viola tuh, emak - emak cerewet. Gue mah bukan!"
Arka terkekeh mendengarnya. Sedangkan Viola tidak peduli, ia pergi meninggalkan keduanya. Mencari tempat duduk.
"Heh urusan kita belum selesai!" teriak Zara
Viola melambaikan tangan dari kejauhan.
"Kampret," umpat Zara kesal.
Arka menahan tawa melihat tingkah mantan kekasihnya.
"Gimana kalau lo sepiring berdua sama gue? Soalnya gue kelaparan. Jadi biar adil kita bagi berdua,"
"Yang bener aja, sepiring berdua sama lo?! Bisa - bisa usaha gue buat move on selama beberapa bulan ini gagal,"
"Gimana?" tanya Arka.
"Duh.. Tapi perut gue udah demo, minta di isi segera,"
"Za? Gimana?"
"Mending kelaparan dari pada sepiring berdua sama Arka,"
"Iyaudah deh sepiring berdua sama lo,"
"Lah?! Kok malah gue iyain sih?"
Arka tersenyum. "Oke. Biar sama kayak dulu, pas kita masih pacaran. Makan indomie sepiring berdua,"
Zara hanya diam, menahan diri untuk tidak salah tingkah.
"Ini ya pesanan indomie goreng untuk masnya dan eneng udah jadi," bapak penjual ini memberikan dua piring berisi indomie.
"Oh iya pak, terima kasih. Minumnya belum ya?" ujar Arka menerima piring tersebut.
"Nanti saya antar ke meja mas. Tunggu sebentar ya,"
"Oke pak,"
"Makasih ya pak," ucap Zara.
"Iya neng,"
"Sini gue bantuin bawa," tangan Zara sudah siap mengambil alih.
"Gak usah. Gue aja," Arka berjalan mendahului Zara.
Sudut bibir Zara naik. Ia tersenyum tipis.
Keduanya tiba di tempat duduk. Arka meletakkan kedua piring itu di atas meja.
"Mamam tuh indomie," ujar Zara kesal.
Viola meletakkan ponselnya. "Asik udah dateng pesenannya,"
"Pernah ada kabar sih ya. Katanya ada orang yang pelit, gak mau berbagi indomie goreng. Terus besoknya mules," sindir Zara.
Viola hanya melirik sekilas. "Apa sih Zara sayang. Kan biar kalian bisa sepiring berdua,"
Zara melotot. Viola tidak peduli, ia segera menyantap indomie gorengnya.
"Udah, buruan makan," Arka memberikan sumpit.
"Gue dulu nih?" tanya Zara.
Arka mengangguk. "Iya. Abis itu lo suapin gue,"
Zara menghela napas. Kemudian ia menyantap indomie goreng yang aromanya menggoda iman.
Perut Zara yang berisik minta di isi, kini sudah tenang. Terlebih di isi dengan indomie goreng. Sangat nikmat bukan?
"Aaak," Arka membuka mulutnya.
Zara tersenyum dan menyuapi mantannya.
"So sweet. Cocok banget loh kalian berdua, balikan aja!"
Zara menatap tajam sahabatnya itu. Sedangkan Arka mengunyah dengan menaik turunkan alisnya.
***
Siapa yang menyangka? Setelah lost contact beberapa bulan lamanya, bahkan tidak saling sapa ketika bertemu. Kini mereka kembali dekat.
Hubungan mereka membaik setelah kejadian makan indomie sepiring berdua.
"Hai cantik! Lama ya nunggunya?" tanya Arka.
Zara mendengus kesal. Hanya diam membuang muka, tidak menjawab. Pura - pura ngambek.
Arka tertawa. Ia mengusap kepala Zara. "Maaf ya. Sebagai permintaan maaf aku kasih hadiah deh,"
Zara yang mendengar kata hadiah langsung menoleh. Wajahnya senang.
"Apa tuh?!" tanyanya antusias.
"Huh dasar. Giliran di kasih hadiah aja langsung,"
Zara nyengir. "Mana hadiahnya?"
"Iya sabar,"
Arka mengambil tas yang ada di bahunya. Ia letakkan di depan. Kemudian mengambil sesuatu di dalam tasnya.
Dan..
"Tada! Cokelat kesukaan kamu," Arka menggengam tiga batang cokelat.
Mata Zara berbinar - binar. Gadis ini sangat menyukai cokelat.
Spontan tangannya meraih cokelat itu.
Arka menjauhkan ketiga cokelat itu dari tangan Zara.
"Eits! Sebentar. Aku mau ngasih tau sesuatu dulu sebelum kamu ambil cokelat ini,"
Bibir Zara manyun. "Ngasih tau apa?"
Arka terdiam sejenak. Kemudian ia menghela napas panjang.
"Aku sebenernya masih sayang sama kamu. Perasaan ku ke kamu dari dulu sampai sekarang nggak berubah,"
Zara terkejut mendengar ucapan Arka.
"Terus?" tanya Zara.
"Maaf ya. Dulu aku mutusin kamu dalam keadaan emosi. Sekarang aku nyesel,"
Zara tersenyum. "Terus?"
Arka mengerutkan dahinya. "Terus terus mulu kamu. Lagi cosplay jadi tukang parkir?"
Zara tertawa mendengarnya. "Iya aku maafin. Terus kalau udah nyesel, sekarang mau di apain?"
Arka menghela napas. "Mau ku di perbaiki. Kita ulang lagi dari awal. Aku bakal berusaha ngubah sikapku yang bikin kamu gak suka dan kesel,"
Zara menaikkan kedua alisnya. "Maksut kamu balikan?"
Arka mengangguk. "Iya. Kamu boleh ambil ketiga cokelat itu kalau emang mau balikan sama aku,"
Gadis ini mengernyitkan alis. "Kalau gak mau?" tanyanya.
"Ambil salah satu,"
"Yah.. Rugi dong aku. Kalau gitu aku mau aja ya biar bisa ambil semuanya,"
"Heh, yang bener,"
Zara tertawa. "Iya iya," ujarnya. "Hm bentar ya aku pikirkan matang - matang,"
"Jangan sampek gosong,"
Zara terkekeh. "Iya aku mau balikan sama kamu," ia mengambil ketiga cokelat itu.
Mata Arka terbelalak. "Beneran?"
Gadis ini mengangguk. "Iya biar bisa ambil semua cokelatnya,"
"Zara.."
"Iya, iya. Bercanda," ujar Zara terkekeh. "Iya aku serius mau. Tapi, kamu janji bakal berubah ya. Perlu di ingat juga, berubahnya jangan terpaksa karna aku. Harus dengan keinginan kamu sendiri,"
Arka tersenyum lebar. Ia merasa lega. Akhirnya mendapatkan kembali pujaan hatinya.
"Oke siap tuan putri, " Arka mengusap pelan rambut Zara.
"Peluk boleh?"
Zara hanya mengangguk. Tanpa pikir panjang Arka langsung memeluk Zara dengan erat.
"Makan indomie yuk," ucap Arka yang masih memeluk Zara.
Zara mengangguk. "Iya ayo, bikin di rumahku aja,"
Arka melepas pelukannya. Wajahnya sumringah.
"Yay! Suapin juga ya, hehe,"
"Dih manja,"
Arka mencubit pipi Zara. "Biarin. Kan makin nikmat di suapin sama ayang,"
Zara mengelus pipinya. "Iya deh iya,"
"Kamu tau gak apa bedanya kamu sama indomie?" tanya Arka.
Zara menggelengkan kepala. "Nggak. Emang bedanya apa?"
"Gak ada bedanya. Soalnya sama - sama seleraku,"
Zara tersenyum menahan tawanya.
"Kalau mau ketawa jangan di tahan," cibir Arka.
Setelah mendengar ucapan Arka, Zara tidak bisa lagi menahan tawa.
Ia tertawa, sedangkan Arka memasang wajah cemberut.
Ceritanya pura - pura ngambek. Padahal dalam hatinya, lelaki ini sangat senang melihat gadis itu tertawa.
***
Halo hai, maaf ya ceritanya absurd.
Karya ku yang ketiga ini spesial kayak rasanya indomie~ Gak kerasa ya, Indomie udah memproduksi dan menemani kita selama 50 tahun!
Dan aku di sini membuat gabungan karya ilustrasi dan cerita pendek untuk ikut meramaikan kompetisi Indomie X Karyakarsa.
Selamat menikmati, semoga kalian suka<33
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
