Percakapan di Malam Hari

0
0
Deskripsi

Cerita pendek yang bercerita tentang cinta segitiga antara dua lelaki dan satu wanita pemandu lagu dengan latar suasana ibukota

Percakapan di Malam Hari

Lalu lintas Ibukota seakan tidak pernah sepi. Waktu yang sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB masih belum membuat kota ini beristirahat. Semakin malam semakin meriah. Beginilah suasana Ibukota yang penduduknya haus hiburan. Rasa haus yang mendorong orang ingin minum, walaupun dari air yang kotor. Melepas penat setelah menjadi budak kapitalis di tempat hiburan adalah suatu rutinitas penghilang dahaga bagi penduduk Ibukota. 
Seperti yang dilakukan Dedi yang selalu singgah disuatu tempat hiburan bersama temannya Ikbal. Namun, malam ini tidak seperti malam-malam sebelumnya yang dihiasi dengan tawa mereka berdua. Malam ini mereka bertemu untuk menyelesaikan masalah.
Orang-orang semakin hari semakin bodoh dan ceroboh saja, bahkan Dedi dan Ikbal saling menyukai seorang pemandu lagu ditempat karaoke yang mereka suka kunjungi. Mereka saling beradu maskulinitas dan kemapanan untuk mendapatkan hati seorang pemandu lagu yang bernama Arna. 
“Setelah Arna kau antar pulang semalam, besoknya dia memberitahukan semua apa yang lu perbuat padanya, mengapa lu begitu kasar padanya?!” bentak Dedi kepada Ikbal.
“Apa yang dibicarakannya? lu jadi lebih percaya dengan wanita itu daripada gue?” kata Ikbal dengan senyum sinis.
“Lu tau kan bro gue suka sama Arna semenjak ketemu pertama kali?” tanya Dedi.
“Iya gue tau,” sahut Ikbal.
“Terus kenapa lu suka juga sama Arna,” 
“Perasaan kan ga bisa gue larang-larang bro, lagian lu juga yang kelamaan nyatain perasaan lu sama Arna,” 
“Emang egois lu bal, lu tuh nggak cinta sama Arna tapi nafsu,”
“Itu kan persepsi lu ded, buktinya Arna gue tembak minggu lalu dia mau jadi pacar gue, sekarang kita sepasang kekasih kan,”
“Iya tapi otak lu mesum,”
“Lu kenapa sih? Urusan gue lah, pacar-pacar gue yang bodoh itu lu Ded kenapa mau jadi tempat curhat cewek gue,”
“Lu tuh kasar, gue nggak mau lu sakitin perasaan Arna,”
“Ded, gue kasih tau ya Arna itu pacar gue dan lu itu temen gue, jadi gue nggak mau kehilangan salah satu diantara kalian, gue saranin lu cuekin Arna kalua dia curhatin gue ke elu,”
“Lu putusin Arna aja bal, lagian duluan gue yang kenal dia, gue mau nikahin dia,” 
“Udah gila lu ya? Lu mau nikah sama pemandu lagu?”
“Emang kenapa? Bener kan otak lu cuma mesum sama Arna, emang lu nggak pernah mau serius sama dia!”
“Gue realistis bukan nggak mau serius, lu bayangin kalau gue kenalin dia ke keluarga gue terus keluarga gue tau kalau dia kerjaannya pemandu lagu,”
“Ya lu harus perjuangin dia lah. Kalau lu nggak serius lu putusin dia deh. Gue mau seriusin dia atau hubungan persahabatan kita selesai bal,”
“Gila lu ded, Arna cuma pemandu lagu lho, kita temenan dari TK ded, bisa-bisanya lu ngomong kaya gitu,”
“Nggak tau bal, gue jatuh cinta sama Arna. Pokoknya lu kan nggak serius sama dia besok lu putusin ya,”
“Kasih gue waktu,”
“Ok bal, besok gue ada dinas luar kota seminggu. Selesai gue dinas luar kota kita ketemu dan gue harap kita masih sahabatan ya,”
Malam itu mereka lalui tanpa tawa dan canda seperti biasa. Karena seorang wanita kedua sahabat itu bersitegang. Susah senang yang pernah mereka lalui bersama hampir terlupakan karena seorang wanita. Wanita siapapun dia tetaplah wanita yang mempunyai pengaruh besar bagi setiap lelaki. 
***
Seminggu setelah percakapan malam hari sebelum Dedi keluar kota akhirnya tiba. Kedua sahabat itu kembali bertemu di waktu malam.
“Oke Ded, Arna tadi siang udah gue putusin. Gue nggak mau hubungan persahabatan kita renggang,”
“Thanks ya Bal, lu emang sahabat gue bal. Gue bakalan janji bakalan nembak Arna terus gue nikahin. Gue nggak mau dia terus-terusan jadi pemandu lagu,”
“Iya Ded, gue doain yang terbaik buat lu ya,”
Percakapan malam itu terasa sangat hangat, tidak ada lagi sikap dingin antara kedua sahabat itu. Malam itu dihiasi oleh sinar rembulan yang menyatu dengan gemerlap Ibukota membuat malam itu terasa meriah seperti halnya malam tahun baru.
***
Sebulan berlalu setelah malam yang hangat itu, kedua sahabat itu kembali bertemu dan mereka bertembu kembali di waktu malam hari.
“Kan gue bilang ded, wanita itu iblis, mereka  manipulatif mana ketemunya di tempat karaoke lagi. Lagian lu juga kenapa pake dibawa perasaan. Sabar ya ded,”
“Iya bal, gue nggak nyangka Arna bisa selingkuhin gue. Padahal gue udah serius mau nikahin dia, gue udah modalin dia buat usaha biar nggak jadi pemandu lagu lagi,”
“Ded, udahlah lupain cewek begitu, dia nggak kelas sama kita. Inget Ded lu itu dari keluarga terpandang. Lebih bagus begini jalan ceritanya kan,”
“Iya bal, emang gue yang bego bal. Bener kata lu wanita itu Iblis, Nabi Adam aja bisa jatuh dari surga karena wanita ya,”
“Nah iya itu lu akhirnya sadar kan. Udahlah lu lupain Arna itu ya, lu bisa dapat wanita lebih baik lagi,”
“Makasih ya bal, lu emang sahabat gue bal.”
Pelukan kedua sahabat itu seakan menghangatkan malam yang sedang diguyur hujan lebat, membuat suasana ibukota semakin dingin dan tidak semeriah malam-malam sebelumnya.
***
Senja di suatu café Ibukota, dua sejoli sedang dimabuk asmara. Dunia seakan milik mereka berdua. Mereka tidak peduli dengan dunia. Mereka saling bercengkerama dan menumpahkan rasa rindunya.
“Kamu mau nambah minumnya ga?”
“Boleh deh, esnya jangan banyak-banyak ya,”
“Iya, aku pesen dulu ya,”
“iya, kamu jangan lama-lama, kangeeenn,”
“iya cantik, sebentar ya,”
Lelaki berkaos hitam dan bercelana jeans itu bergegas ke barista untuk memesan minuman.
“Capuccino satu dan caramel machiatto satu ya,”
“oke atas nama siapa,?”
“Capuccino untuk ikbal dan caramel machiatto untuk Arna,”
“oke ka ditunggu,”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan