
Ayah...
Sebenarnya, gadis kecilmu ini tetaplah gadis kecilmu yah, meskipun usinya mulai bertambah setiap tahunnya.
Yang butuh peluk hangatmu, yang butuh pundakmu untuk terus bersandar, tapi sekarang kenapa pundak itu sangat terasa jauh Jangan kan untuk bersandar yah, untuk menyentuhnya saja kini aku sangat enggan.
Ayah...
Padahal kita berada didalam satu atap yang sama, tapi kenapa serasa ada jarak yang sangat terbentang begitu luas diantara kita berdua? Disaat aku beranjak dewasa,...
Ayah, Kenapa Harus Aku?
Ayah, dalam berbagai masalah, mungkin aku adalah anak yang terliahat paling tenang seolah tidak peduli, seperti tidak ingin turut terlibat. Tapi, ayah, sebenanarnya aku memikirkan semuanya; bagaimana solusinya, bagaimana jalan keluar paling masuk akal, dan terkadang aku menangis sendirian disudut kamar karena merasa payah.
Aku, tak sungguh-sungguh tenang, hanya saja berpura-pura menjadi yang paling tenang. Ayah, sering kali kau disebut sebagai cinta pertama anak perempuanmu. Aku yah, aku anakmu yang mengakui itu juga, kau cinta pertamaku, aku anak perempuan pertama mu bukti cinta dirimu dan Bundaku.
Ayah, hampir semua sifat-sifatmu turun kepadaku, bahkan tak jarang orang menilai bahwa paras wajahku sangat membentuk dirimu.
Bagaimana tidak tidak yah? Aku adalah diri mu versi perempuan, bedanya aku kini tak bisa apa-apa, sedangkan dirimu selalu berdiri tegap dibelakangku untuk selalu menjaga dan melindungi putrimu yang hingga saat ini masih kau anggap anak kecil.
Ayah, kau tahu bahwa aku anakmu ini sangatlah keras kepala. Yah, sakit rasanya ketika aku mendengar perkataan mereka yang terkadang menghinamu, merendahkanmu, menginjak harga dirimu, menjelek-jelekkan nama mu secara terang-terangan di depanku.
Di tulisan ini, aku akan bercerita sedikit tentang mu.
Ayah, apa kau ingat dulu apa yang kau perbuat pada Bundaku? Kau lukai hatinya yang paling dalam, kau tusuk ia dari belakang dengan ribuan pedang tajam yang membuatnya tak berdaya. Mengkhianatinya seolah ia baik-baik saja karena perbuatanmu.
Ayah, jika banyak sekali orang berkata. Bahwa jodoh anak perempuannya adalah cerminan dari sang Ayah, aku tak ingin yah, aku tak ingin bertemu jodohku yang sepertimu, karena aku tak sekuat Bunda, aku tak seikhlas Bundaku.
Aku sempat pernah merasa kehilangan kasih sayangmu, karena wanita lain yang kau dahulukan dari Bundaku. Bahkan siapa sangka, aku pernah merasakan tamparan darimu di pipi kiriku. Ayah, aku masih ingat itu.
Apa Ayah masih ingat? Dulu waktu aku di zaman SD, kau mengantarkan putrimu untuk sekolah, menuntut ilmu agar bisa menjadi orang yang berguna.
Sepanjang jalan kita bercerita tentang masa depanku, aku ingin jadi itu, aku juga ingin seperti ini. Banyak hal yang masih tersimpan kuat di memoriku yah.
"Mbak, nanti sekolah tinggi-tinggi ya nak, biar bisa kalahin Ayah." Kata-kata itu masih melekat kuat di dalam benakku.
Beranjaknya aku di usia remaja ini, aku mengerti semua hal yang dulu tak ku mengerti tentangmu yah. Bahkan sekarang aku belajar banyak hal dari masa lalumu yang masih ada di kepalaku. Namun, aku pernah berkali-kali disakiti oleh beberapa pria yang ku anggap rumah setelah Ayah.
Ternyata itu yang di rasakan oleh Bundaku.
17 tahun, usia yang tak lagi anak-anak. Aku bahkan sering merasa banyak diamnya, banyak memendamnya dibanding bercerita, berbagi kisah.
Di usia ini, apa Ayah masih anggap aku puteri kecilnya yang sangat manja? atau tidak sama sekali?
Kisah ini, bercerita tentang seorang Ayah bersama anak perempuan sulungnya.
Ayah dengan segala perjuangannya dan sang anak dengan cerita masa lalu Ayahnya.
Ayah, izinkan aku bercerita disini.
Bukannya menyalahkan takdir yang datang padaku, hanya saja terkadang merasa dunia tak adil, ntah kenapa aku sampai begini. Sakit masa lalu, trauma yang aku rasakan dari dulu masih melekat kuat padaku.
Banyak usaha dan upaya yang aku lakukan untuk melupakannya dan menghilangkannya dari isi kepalaku.
Kata mereka rumah adalah tempat ternyaman, tapi kenapa tidak berlaku untuk diriku?
Kenapa aku tak menemukan kata-kata yang mereka ucapkan itu, bahkan aku merasa rumah adalah dimana jiwa dan hatiku hancur. Saat berada diluar, jauh dari lingkungan rumah, aku merasakan hal yang nyaman, hal yang seru, tertawa lepas bersama orang-orang yang kumiliki dan yang ku sayangi.
Namun, saat kaki ku masuk dan menginjak lantai rumah yang dingin, hatiku mulai tak menemukan apa itu tertawa lepas, berbincang, berdiskusi, dan bercanda tawa layaknya keluarga yang harmonis.
Tapi sayangnya aku tak menemukan itu lagi setelah kejadian yang menimpa keluargaku beberapa tahun silam, tepatnya saat ku masih duduk di bangku kelas 3 SD.
Dimana masa-masa itu aku sangat membutuhkan kasih sayang, perhatian yang over, ingin cerita hari-hariku di dengarkan.
Kata mereka Ayah adalah cinta pertama anak perempuan nya, aku anak sulung pertama dari 5 bersaudara, mungkin dulu iya kata-kata itu aku temukan ia adalah cinta pertamaku, dan ia adalah juga luka pertama bagi diriku si putri sulungnya, yang kini sudah mengerti akan semua hal. Mengapa seasing ini ? padahal ia ayahku, bukan musuhku.
"Plaakkk" suara renyah dari tangan kekar itu tepat berada di samping pipi kiriku nan mulus dan putih.Tamparan pertama dari Ayah kandungku, cinta pertamaku, taman bermain pertamaku, tempat berkeluh kesahku.
Saat itu, aku sedang duduk di bangku kelas 3 SD. Aku sudah mendapatkannya dari Ayahku. Sakit jika diingatkan, tapi terlalu sulit aku lupakan hingga saat ini.
Banyak indahnya dan banyak juga buruknya tentang nya. Hal buruk itu sampai saat ini masik melekat hebat, bahkan ingin memaaafkannya saja belum terniat.
Trauma, itu yang aku rasakan sekarang. Dimataku, cowok semuanya sama.
Hingga, perlahan aku tau bahwa terlalu lama di masa lalu membuatku sakit, membuatku tenggelam di masa-masa kelam yang telah lama.
Saat dewasa ini, aku berfikir. Kenapa? Ada apa? Disaat mereka menceritakan Ayah mereka baik, aku malah tertawa renyah dan terlihat sinis sambil berkata "Itu kan Ayah kalian!!"
Namun, perlahan semuanya berlalu. Meski bertahun-tahun mencoba berdamai dengan masa itu.
Karena masa lalu, Ayaa susah percaya kepada siapapun termasuk keluarganya. ditambah lagi disaat usianya menginjak umur 13 tahun, ia bertemu seorang lelaki yang bisa di bilang itu adalah "First Love" Ayaa setelah Ayahnya. Ayaa sadar di usianya yang masih sangat beli, bahwa itu adalah cinta-cintaan monyet saja, namun kesadran Ayaa terlambat, ia sudah lebih dulu terluka akibat cinta pertamya, yang membuat dirinya merasakan trauma dan takut lebih banyak.
Membuat dirinya dendam pada semua lelaki, terutama yang ingin mendekatinya.
Kisah cinta Ayaa selama ini buruk, hubungan yang jahat, toxic, bahkan Ayaa tak jarang pernah menyakiti cowok yang ingin dekat dengannya.
Ayaa terlalu lama didalam masa lalu, membenci Ayah nya, padahal sudah banyak kebaikan yang Ayahnya lakukan, tapi Ayaa tak pernah sadar akan hal itu, karena dendam Ayaa tak menyukai Ayahnya hingga kini, semenjak ia mengerti dan paham kejadian dimasa lalu yang membuatnya seperti ini.
Ayaa sudah sering kali mencoba untuk memaafkan, namun semakin Ayaa mencoba, semakin Ayaa sakit, dendam dan benci, karena mengingat itu.
Ayaa tak ingin seperti ini, namun semuanya terlambat.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ